haruto dan junghwan

905 88 0
                                    

Haruto bangun, dirinya menatap ruangan serba putih yang ia yakini pasti salah satu ruang kamar rumah sakit. Tapi dimana orang yang menolong nya? Apakah orang yang menolong itu meninggalkan dirinya sendiri setelah membawa nya ke rs?

Bagaimana jika biaya administrasi nya belum dibayar? Haruto kan tidak membawa kartu atm nya.

Saking sibuknya dengan pemikiran nya sendiri, Haruto sampai sedikit terkejut akan suara pintu yang terbuka. Hanya sedikit.

Pintu ruangan terbuka menampakkan seorang lelaki berseragam sekolah, menenteng paper bag kecil. Lelaki itu tersenyum kepada Haruto, tentu Haruto pun juga tersenyum.

"Kakak masih ada yang sakit?" Tanya nya lembut.

"Engga kok." Haruto menggeleng pelan.

"Bagus deh. Oh iya, saya Junghwan kak, yang tadi bantuin kakak di halte. Salam kenal ya!" Anak bernama Junghwan itu mengulurkan tangan nya.

Haruto menjabat tangan hangat. "Oke, salam kenal ya Ju, gue Haruto. Makasih udah bantuin gue." Ujar nya sambil tersenyum ramah.

Setelah nya jabatan tangan itu terlepas. "Sama-sama Kak. Oh iya, ini obat punya kak haru, ada vitamin nya juga. Kata dokter harus di minum rutin."

"Tadi juga dokter bilang ada luka di kepala bagian belakang Kakak, gak parah sih. Cuman, tadi darah nya keluar banyak, terus di suruh banyak-banyak minum susu sama dokter."

"Luka di jidat kakak itu kata dokter kalau sehabis mandi atau pulang aktivitas harus di bersihin luka nya lagi biar cepet sembuh dan gak infeksi." Junghwan mengatakan hal-hal yang dikatakan dokter tadi kepada Haruto dengan lembut.

Haruto tersenyum lebar, anak ini terlihat sangat cerewet, pikirnya. "Siap! Makasih banyak ya Ju."

"Iya kak, btw nih, mau pulang sekarang?"

"Eh, lo pulang duluan aja gak papa, gue bisa pulang sendiri."

"Ya gak bisa dong kak, kakak tuh lagi sakit. Nanti kalau di tengah jalan tiba-tiba jatuh pingsan gimana? Jadi mending pulang bareng saya aja kak."

Haruto ingin menolak tapi tak enak, toh mayan kan. Tidak keluar uang banyak. "Ya udah deh, pulang bareng lo aja."

"Oke, ayo ke mobil." Junghwan merangkul pundak Haruto, menuntun nya sampai ke mobil hitam milik dirinya.

Haruto membatin, jika saja sekarang yang sedang merangkul pundak nya itu Jeongwoo.

Jika saja yang menolong nya itu Jeongwoo.

Jika saja yang mengatakan apa yang dikatakan dokter itu Jeongwoo.

Dan jika saja Jeongwoo-nya bisa bersikap selembut Junghwan seperti sekarang.

Ah, itu adalah ketidak kemungkinan yang selalu Haruto mungkin-kan.

Haruto duduk di bangku belakang bersama dengan Junghwan, sedangkan yang menyupir itu supir pribadi keluarga Junghwan. Tadi juga dirinya sudah memberikan alamat apartement bunda nya.

Bisa habis jika dirinya pulang kerumah dengan keadaan seperti ini, apalagi ini sudah malam hari. Bisa-bisa nanti bukan nya membaik malah mati mendadak.

Tak terasa mobil itu terhenti di depan gedung apartement yang bunda nya tempati. Junghwan membukakan pintu mobil lalu menuntun Haruto ke dalam gedung, tadinya Haruto menolak untuk diantar kan sampai ke depan unit.

Tapi yang nama nya Junghwan kan keras kepala anaknya, jadi dia mengeluarkan kata-kata mutiara kepada Haruto yang mau tak mau Haruto menerima tawaran Junghwan yang mau mengantarkan sampai depan unit nya.

HOME: The Disappointed [jeongharu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang