3:42 AM.
Haruto selesai membereskan semua kekacauan yang ia perbuat semalam. Ia juga sudah mandi, sudah rapih dengan seragam nya yang lain.
Dia sekarang tengah menatap pantulan dirinya, menata rambut nya agar dapat menutupi bekas benturan semalam yang berwarna ungu kehitaman serta luka yang sempat di perban karena sekarang dirinya tak lagi menggunakan perban untuk menutupi luka tersebut.
Bahkan sebenarnya Haruto tak pernah meminum obat yang Junghwan berikan agar dapat mempercepat proses penyembuhannya.
Menyisir poni nya agar benar-benar rapi dah tertutup. Dia cukup tertegun saat penampilan nya berbeda, biasanya dirinya membelah poni nya dan menampilkan sedikit jidat nya.
Tapi sekarang berbeda, mungkin dirinya akan memakai poni sampai bekas yang ada di jidat nya memudar.
Ia menarik salah satu hoodie besar milik nya yang berwarna cokelat, memakai hoodie tersebut yang membuat kedua tangan Haruto tenggelam dalam balutan bahan empuk berwarna cokelat itu, lalu menarik keluar dasinya dari dalam hoodie. Haruto mengambil masker putih, memakai dengan rapi agar dapat beralasan sakit dan dapat menutupi luka-luka nya dengan hoodie.
Ia memasuk kan almet sekolah nya ke dalam ransel, lalu mulai membuka pintu dengan sangat hati-hati.
Tadi saat dirinya terbangun, ia sengaja mencoba membuka pintu yang ia kira terkunci. Tapi ternyata saat ia membuka pintu tersebut malah terbuka betulan. Langsung lah dirinya bergegas mandi serta merapikan kamar nya agar dapat membebaskan dirinya dari neraka dunia.
Ia keluar dengan menenteng sepatu nya, lalu berlari ke arah halte bus tanpa menggunakan alas. Kalau menggunakan sepatunya saat di depan rumah, khawatir nya suara larian dengan sepatu malah dapat membangun kan orang tua nya.
Saat sampai di halte bus, ia terduduk lalu menepuk pelan telapak kaki nya, dan mulai menggunakan sepatu nya. Sesaat selesai dengan alas kaki, ia mulai berjalan santai menuju sekolah nya.
Jarak antara halte tersebut dengan sekolah nya cukup jauh, tapi karena sekarang masih cukup pagi dan belum ada bus yang beroperasi jadi Haruto memutuskan berjalan santai. Lumayan kan untuk olahraga pagi.
"Cape juga ya ternyata." Ujar nya sembari mengatur napas yang tersengal. Haruto teringat bahwa sejak kemarin pulang sekolah, ia belum memasuk kan sesuatu kedalam perut nya.
Ngomong-ngomong tangan nya yang tersiram kopi kemarin itu tak begitu parah luka nya. Sekarang hanya menyisakan luka ringan saja karena kopi nya yang tak terlalu panas.
Sudah cukup lama Haruto berjalan, dan mungkin sekarang pukul 5:56 AM. Ia memandang gerbang sekolah nya yang sudah terbuka, dari luar ia sudah bisa melihat ada sedikit murid yang sudah berangkat. Tipikal murid rajin.
Ia melambat kan jalan nya saat sudah berada di koridor kelas nya. Ia terduduk setelah membuka jendela dekat bangku nya, memandang ke arah luar. Ia merasakan kantuk yang mulai menyerang nya.
Haruto menaruh ransel nya ke meja, menjadikan bantalan untuk dirinya tidur. Tertidur menghadap ke jendela, merasakan sapuan angin pada separuh wajah nya yang tak tertutupi masker.
Kedua tangan nya memeluk ransel hitam yang ia jadikan bantalan agar ransel nya tak merosot atau terjatuh.
▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁
Yoshi membawa kotak bekal yang ia bawa dari rumah dan sekotak susu rasa chocolate. Ia berjalan memasuki ruang kelas Adik nya, Haruto.
Yoshi tau bahwa sang adik tak memakan apapun sejak kemarin karena di kunci dalam kamar nya. Sejak kejadian tengah malam dimana dirinya melihat sang adik yang tengah kacau itu cukup memancing simpati dirinya.
Ia berpikir Haruto tak akan seperti kemarin, ia pikir Adik nya hanya akan menangis setelah dimarahi dan dihukum Ayah nya. Tapi ternyata ia salah besar.
Ia berjalan pelan saat melihat sang adik tengah tertidur, ia meletak kan kotak bekal di samping Haruto tak lupa dengan sekotak susu nya. Ia mengelus pelan surai sang adik, lalu berjalan keluar kembali ke kelasnya sendiri.
Perlu kalian ingat bahwa gedung kelas Haruto dengan kelas Yoshi itu terpisah, dan jarak nya yang cukup jauh, belum lagi kelas Haruto berada di lantai dua.
Ia benar-benar berniat untuk mulai memberi sedikit perhatian untuk menebus segala kesalahan yang sudah di perbuat oleh nya maupun oleh sang ayah.
Walau mungkin tak menutup kemungkinan bahwa Haruto tak akan memaafkan segala perbuatan buruk yang sudah anak itu terima sedari dulu.
▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁
Haruto berjalan ke kantin untuk membeli roti, tadi ia sudah memakan nasi goreng yang terbungkus kotak biru serta sekotak susu, tapi dirinya masih lapar.
Tadi saat ia bertanya siapa yang memberikan bekal itu kepada salah satu teman sekelas nya, dan dijawab bahwa si ketua osis lah yang menaruh di meja Haruto.
Rezeki tak datang dua kali, jadi Haruto makan tanpa berpikir panjang.
Toh, kalau di kasih racun yang ada Junghwan juga ikut mati karena tadi dia juga ikut melahap nasi goreng tersebut lebih dulu dari Haruto.
Hanya satu suap yang Junghwan makan lalu kembali ketempat nya, Haruto pikir Junghwan sedang pengertian karena dirinya beralasan sedang sakit lalu tak menghabiskan makanan nya.
Tapi saat ia mulai memakan nasi goreng tersebut ternyata rasa nya diluar dugaan, rasanya manis seperti ketumpahan setoples gula saat memasak nya.
Tapi karena Haruto menghargai kerja keras sang Kakak yang membuat nasi goreng bonus setoples gula, jadi dirinya tetap memakan bekal itu. Juga, sepertinya di luar sana tak ada warung yang menjual nasgor semanis buatan Kakak nya.
Jadi limited edition bukan? Orang lain tak mungkin dapat membeli nya.
Tapi masih aman lah ya, dari pada keasinan kan jadi tidak bisa di makan.
Dikantin, Haruto tengah mengunyah roti dengan isi coklat. Dia membuka mulut nya cukup lebar karena roti yang ia makan ini sangat mengembang bagus, sebenar nya bisa sih Haruto genggam roti itu sampai penyet tapi kan makan nya jadi tidak sopan.
Jadi ya dirinya memilih memakan roti coklat dengan cara yang sama seperti saat memakan burger.
Dengan sedikit isi coklat yang menempel di sudut bibir nya itu membuat beberapa perempuan menjerit tertahan, sungguh! Itu adalah pemandangan dimana anak yang seharusnya masuk kindergarten malah tersesat di senior high school.
"Lucu nya." Yoshi yang sedang melewati kantin itu pun serasa ingin memeluk Adik nya kencang.
Lucu sekali adik nya ini, sampai ia lupa bagaimana keadaan nya saat ia memasuki kamar sang adik saat tengah malam tadi.
Tolong seseorang bawa Haruto pergi dari kantin! Karena sekarang dirinya benar-benar di tatap se-intens itu oleh murid-murid di kantin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME: The Disappointed [jeongharu]
FanfictionIbarat sudah mati setengah, Haruto hanya memiliki setengah nyawa lagi untuk bertahan di tengah kekacauan hidupnya. ©2023, afhrudite