haruto dan sidak

843 89 0
                                    

Sinar terang milik matahari sudah terlihat mengintip dibalik tirai biru tua, memberitahu si pemilik kamar waktunya untuk bangun dari benda empuk nan lembut. Namun sayangnya, si pemilik kamar sudah terlebih dahulu bangun dan menyegarkan diri, lebih cepat dari datang nya matahari. Oleh karenanya, matahari harus datang lebih cepat dari si pemilik kamar untuk bisa membangunkan dirinya.

Kini si pemilik kamar itu tengah menatap pantulan dirinya yang ada di cermin. Merapihkan kembali rambut nya yang mencuat, lalu menyimpulkan seutas dasi yang sedari tadi hanya menggantung di lehernya.

Kemudian menenteng tas dan kedua sepatunya. Keluar dari kamar yang mampu membuatnya betah berlama-lama disana.

Sampai di dapur, ia menyapa dua perempuan yang sedang asik mengobrol di depan kompor yang menyala. "Pagi bunda, pagi won." Sapa nya.

"Pagi juga Haruto." Balas keduanya. Lalu si paling muda itu ikut duduk disebelah Haruto, menunggu si bunda menyelesaikan masakan nya.

Setelah mematikan kompor itu, bunda Haruto pun membawa dua piring berisi nasi goreng. "Dimakan ya anak-anak nya bunda." Lalu tersenyum manis dan kembali lagi kedapur guna mengambil satu porsi lagi untuk dirinya sendiri.

Wonyoung menyelesaikan kunyahan pertamanya. "Nasgor nya bunda emang paling best best best dehh!" Wonyoung pun memperlihat kan dua ibu jari nya ke arah bunda.

"Aduh wony bisa aja, udah sana dilanjut makan nya. Nanti langsung berangkat ya." Ujar nya penuh kelembutan.

Setelah menyelesaikan sarapan nya, mereka pun bersiap-siap untuk melakukan kegiatan. Si bunda yang akan berangkat bekerja, dan Haruto serta Wonyoung yang akan mencari ilmu dengan sedikit bumbu-bumbu kemalasan dari Wonyoung.

Kedua nya itu menyalimi tangan bunda secara bergantian. "Bunda, kita pamit dulu ya!" Ucap Haruto.

"Iya, hati-hati dijalan. Jangan kebut-kebutan ya!"

"Siap bunda! Bunda juga hati-hati ya!" Wonyoung masuk terlebih dahulu ke dalam mobil.

Haruto mendekat kearah bunda nya, mengecup cepat pipi sang bunda. "Dadah bunda!" Kemudian berlari sambil melambaikan tangan nya kearah sang bunda.

Si bunda itu hanya terkekeh kecil, membalas lambai-an dari putra satu-satunya itu. Sampai kapan pun, Haruto masih terlihat seperti bayi kecil di mata nya. Sampai kapan pun itu, akan tetap seperti itu.

▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁

6:13 AM.

Wonyoung menyetir dengan kecepatan lambat. Saat masih pagi seperti sekarang, jalanan yang biasa di lalui cukup sepi karena beberapa orang terlalu malas keluar se-pagi ini.

Sedangkan Haruto kini sedang sibuk dengan handphone milik nya. Meng-scroll beranda twitter nya.

"Won."

Wonyoung menoleh. "Apa?"

"Di base sekolah katanya ada yang bilang bakal di bubarin hari ini." Lalu Haruto menunjukkan salah satu tweet yang terlihat di layar handphone nya.

"Udah tau duluan gue mah. Si Jaehee anak osis itu udah koar-koar di grup kelas. Jaehee juga bilang nanti kalau beneran tuh hari ini mau diadain sidak, katanya ibu-ibu kantin ada yang liat banyak yang nge-rokok di sekolah." Jelas si Wonyoung.

"Oh gitu ya." Mengangguk mengerti. Kini keheningan menyelimuti mobil Wonyoung. Sampai akhirnya kedua nya pun berhenti di parkir yang cukup luas. Tentunya di sekolah mereka.

Keduanya turun dari mobil, berjalan melewati koridor kelas nya sampai di ujung koridor mereka berpisah karena arah kelas nya yang berbeda.

Haruto duduk di bangku paling belakang sudut kiri, dekat dengan jendela. Ngomong-ngomong kelas nya berada di lantai dua, sedangkan di lantai satu untuk deretan kelas 10 lainnya. Kelas 11 dan 12 berada di gedung yang berbeda, untuk berjaga-jaga agar tidak ada penindasan yang akan dilakukan kepada adik kelas. Namun tetap saja, penindasan seperti itu akan ada seperti biasanya. Ada yang secara terang-terangan dan ada yang di atur sedemikian rupa agar orang lain tak tau pelaku nya, korban nya juga pasti sudah di ancam untuk tidak mengadu ke pihak sekolah.

Asal kalian tau, sekolah sebesar ini tidak memasang banyak cctv disana. Mereka hanya memasang beberapa cctv di tempat yang menurut mereka itu strategis. Aneh, kerjaan nya morotin uang murid tapi tidak menambah fasilitas sekolah. Mana terkadang gurunya itu memakan gaji buta, jam pelajaran yang seharusnya di isi pembelajaran malah dikosongkan terus gurunya ternyata bikin instastory jalan-jalan.

Kelas Haruto sudah banyak anak yang terduduk di kursi mereka. Area sekolah juga sudah ramai murid-murid berkeliaran. Bel masuk juga sudah dibunyikan. Tapi tetap, banyak anak yang baru datang 2 menit sebelum bel.

"Selamat pagi adik-adik." Sekitar 5 orang yang biasa di sebut babu sekolah oleh murid lain itu kini tengah berdiri di depan. Mungkin benar yang dikatakan Wonyoung tadi.

Mereka membalas sapaan tersebut. Lalu salah satu dari mereka maju dan memberitahu sesuatu. "Jadi, setelah kemarin para guru diskusi dan akhirnya mereka memutuskan agar melakukan operasi dadakan yang ternyata di lakukan hari ini nih. Dan kita di beri kepercayaan untuk mengecek isi tas kalian, jadi mohon bantuan nya ya adik-adik sekalian." Ujar kakak osis yang menggunakan kacamata itu sambil tersenyum ramah, bernama Yoshinori. Ya, kakak Haruto sekaligus ketua osis di sekolah tersebut.

"Iya kak." Mereka menjawab serempak. Kemudian osis-osis itu mulai berkeliaran membuka mencari benda-benda yang di haram kan di bawa ke sekolah.

Yoshi selesai dengan murid di depan Haruto kemudian berjalan ke arah Haruto. Membuka ransel hitam milik adiknya sendiri. Menggeledah isi ransel itu, sampai menemukan dua benda yang cukup aneh untuk dibawa ke sekolah.

"Kenapa bawa pisau lipat?" Ucap nya tajam. Dirinya menemukan sebuah pisau lipat di atas kotak bekal. Tanpa menjawab kakaknya itu, Haruto membuka bekal nya dan menunjukan sepotong apel serta sepucuk kertas sticky notes berwarna hijau neon. Disana tertulis, haru, bunda gak sempet ngupas apel nya, jadi apel nya kamu kupas sendiri ya! jangan ngeyel terus dimakan sama kulit nya loh!!

"Bisa baca sendiri bukan? Fyi, gue alergi kulit apel." Ucap nya ketus.

"Apapun alasannya, pisau gue sita." Haruto hanya diam tak merespons. Sedangkan Yoshi pergi setelah mengantongi wadah obat yang ia temukan di ransel Haruto.

Yoshi keluar dari kelas Haruto dengan tiba-tiba, pemuda itu berjalan menjauhi kelas adik beda ibu nya.

Mengambil wadah obat yang tadi ia ambil tampa izin, mengamati tulisan-tulisan yang tertera pada label wadah tersebut.

"Alprazolam." Gumam nya membaca nama obat yang tertera.

"Ini obat penenang kan?"

Tangan nya bergerak mengambil ponsel yang berada di saku almamater osis nya, kemudian jari-jari lincah milik nya mengetik kan sederet huruf pada sebuah kolom pencarian.

Yoshi mulai membaca beberapa artikel yang keluar.

"Alprazolam termasuk obat benzodiazepine, diklarifikasikan psikotropika golongan empat." GumamYoshi membaca hasil searching nya.

"Buset nama kimia nya aneh." Lanjut nya setengah terkekeh.

"Eh? Termasuk narkotika dong?"

TBC

[Revisi, 30 juni 2023.]
buset, pas di revisi ternyata ni chapter gak kapital di awal kalimat hiks. capek aku tuh.

[Revisi, 1 juli 2023.]
ckck, ketiduran pas nge revisi /dislike

HOME: The Disappointed [jeongharu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang