haruto dan rasa sakit

930 94 0
                                    

Jeongwoo kini sedang berada di rooftop, menghirup asap nikotin yang dia apit dengan jari-jarinya. Dia tahu bahwa para osis sedang melakukan inspeksi dadakan karena laporan ibu kantin yang berkata ada beberapa anak yang merokok di sekolah.

Namun dirinya tak perduli, toh mana ada yang berani menghukum nya? Mereka tidak akan mau kehilangan salah satu donatur terbesar karena anak nya yang dihukum atau di keluarkan dari sekolah.

Tadi juga sudah ada yang melihat nya merokok, tapi orang itu terlihat tidak perduli akan eksistensi Jeongwoo yang sibuk menghisap racun kecil itu. Mereka terlalu takut untuk mencari masalah dengan Jeongwoo. Atau mungkin terlalu malas?

Jeongwoo memandang hamparan biru dengan angin yang membelai rambut coklat nya, menampakkan jidat sang pemilik rambut.

Berbeda dengan Jeongwoo, kini Haruto tengah mencuci tangan nya di wastafel toilet sekolah. Menatap pantulan diri nya di cermin. "Se-engga pantes itu ya gue? Udah anak haram, di jadiin bahan dare lagi." gumam nya.

Mengambil beberapa helai tissue yang di sediakan, lalu berjalan keluar toilet. Saat dirinya akan berjalan kembali ke kelasnya. Dia ditarik dengan cepat ke arah gudang. Lalu pintu gudang pun dikunci oleh salah satu perempuan.

"Hai Haruto." Sapa Minji dengan senyumnya.

"To the point, mau apa?"

Minji langsung terkekeh, ternyata orang modelan Haruto tidak suka basa-basi toh. "Yang gue mau cuma satu sih, lo putusin Jeongwoo. Udah." Ucap dirinya sambil tersenyum senang.

"Putusin? Hak lo buat ikut campur urusan gue?" Tanya nya sinis.

"Wah, lo gak mau nurutin gue nih? Apa harus gue pukul kepala lo dulu biar patuh?" Kemudian Minji memberikan kode kepada dua teman nya yang sedari tadi menjaga pintu gudang.

Kedua nya pun mulai mendekati Haruto, salah satu dari mereka membawa balok kayu. Ah bukan, sepertinya terlihat seperti potongan kaki meja. Masih bisa di sebut balok kayu kan?

Lalu, balok kayu yang dipegang perempuan itupun melayang ke arah kepala Haruto. Haruto yang tidak memiliki refleks yang bagus pun tak bisa menghindari nya.

Pukulan yang cukup kuat, Haruto sedikit tak bisa menyeimbangkan tubuh nya, tangan nya meremat helai-helai rambut milik nya sendiri.

Sialan memang meraka, tau titik kelemahan manusia. Haruto terduduk lemas, tenaga nya tak kuat untuk sekedar berdiri.

Minji dan dua teman nya itu tersenyum mendapatkan kesempatan emas. Ketiganya mulai mendekati Haruto lagi, Minji menampar Haruto.

Dua orang yang lain nya juga mulai menjambak rambut potongan wolf cut milik Haruto.

Minji mendekatkan bibir nya ke telinga Haruto. "Inget, kalau lo gak mau putusin Jeongwoo. gue bakal bongkar ke seluruh murid sekolah ini, kalo lo itu anak jalang." Bisiknya dengan cengkeraman yang ia lakukan pada rahang Haruto.

"Yaudah lah ya, bye anak haram." Minji menggandeng kedua teman nya keluar setelah melambaikan tangan nya ke arah Haruto.

Haruto menatap pintu yang tertutup kembali. sepertinya itu tidak dikunci. "Jahat, kalau aja gue gak sekurus ini. Gue pasti gak akan selemah ini, masa di pukul sama cewe doang langsung ambruk sih?" Gumam nya masih dengan meremat rambut nya.

"Si ulat bulu itu juga pasti ngulik info tentang gue dari Park anjing Jeongwoo."

"ARGG, pusing banget yatuhan." Dirinya kembali menatap pintu gudang.

"Kayanya gak di kunci, balik ke kelas nya nanti aja deh." Kemudian Haruto pun menyandarkan dirinya di salah satu sisi ruangan. Memejamkan matanya demi menetralisir rasa sakit yang ia rasakan.

▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁

Haruto kini sudah berada di kelas nya, setelah berdiam diri di gudang. Dirinya juga menggunakan sweater nya, guna menutupi penampilan acak-acakan, serta menutupi sedikit bercak darah yang tertempel di seragam bagian belakang milik dirinya. Haruto sejujurnya bingung, dirinya merasa tidak ada luka terbuka, tapi bagaimana bisa ada bercak darah di seragam nya? Dia hanya merasakan sakit di kepala nya saja, untuk tamparan nya dia tidak merasakan sakit.

Beruntung bercak nya tidak banyak, jadi bisa ia bilas dengan air.

Jam terakhir harusnya di isi mapel sosiologi tapi entah dengan keterangan apa si guru itu tidak memasuki kelas nya. Ngomong-ngomong Haruto membolos sekitar dari jam ke dua sampai yang ke lima. Karena tadi saat dirinya ingin menetralkan rasa pusing di kepala nya, dirinya malah terlanjur tertidur di gudang.

Beruntung nya lagi, saat dirinya berkata sedang sakit dan mampir ke uks, teman kelas Haruto mempercayainya. Ah, kalau kalian bertanya-tanya mengenai dimana pemuda park itu, jawaban nya adalah pulang. Dia sudah pulang terlebih dahulu, entah pulang atau bolos sih.

Kini jam terakhir Haruto gunakan untuk tertidur lagi, sampai dirinya merasakan tepukan di punggung nya.

"Har, anak-anak yang lain udah pada pulang. Lo mau pulang sekarang?" Ujar salah satu teman kelas Haruto.

"Oh udah pulang ya? Yaudah gue pulang deh, makasih udah bangunin gue ya May!"

"Iya, sama-sama Haruto. Gue duluan ya!" Perempuan bernama May itu pun berjalan keluar meninggal kan Haruto yang tengah merapihkan tas nya.

Haruto berjalan, keadaan sekolah nya sudah benar-benar sepi. Bayangkan sekolah luas itu dan hanya dirinya sendiri yang sedang berjalan melewati lapangan basket yang luas nya melebihi luas rumah mu. Rasanya seperti di dunia ini hanya ada dirimu saja.

Setelah keluar dari area sekolah, dirinya lanjut berjalan ke arah halte bus. Namun saat dirinya berjalan, ada seseorang yang menabrak pundak nya kasar, membuat dirinya terjatuh. Kepalanya terbentur aspal, dan sial nya Haruto kini merasakan rasa pusing yang sudah menggerogoti kepalanya.

Tetapi dia masih memiliki tenaga untuk berjalan ke arah halte. Dirinya terduduk di salah satu bangku, memegangi kepala nya yang berdenyut nyeri lebih dari tadi di gudang. Ada seseorang yang menatap nya dari ujung bangku halte, tetapi Haruto tak peduli. Karena kini kepala nya sungguh berat sekali. Untungnya tak lama kemudian, bus pun berhenti di depan halte.

Haruto berdiri dengan sisa tenaga nya. Namun lagi-lagi dirinya merasakan rasa sakit di kepalanya. Sangking sakit nya, secara tak sadar air mata nya pun mulai turun. Sampai tubuh nya mulai limbung, ia merasakan pundak nya di rangkul seseorang.

"Halo? Kak? Kakak kenapa? Saya bawa ke rumah sakit ya?" Lelaki itu merangkul pundak Haruto tanpa menghiraukan bus yang kini sudah pergi.

Saat ingin membalas perkataan lelaki itu, mata Haruto menggelap dan tubuh nya ambruk seketika. Sampai di ujung kesadaran nya, ia mendengar lelaki itu panik sambil menelpon seseorang. Lalu sakit kepalanya menambah, dan Haruto pun kehilangan kesadaran nya.

"Aduh pingsan beneran lagi!" Lelaki itu tambah panik ketika Haruto tak kunjung sadar. Kepanikan nya bertambah ketika si supir yang ia telpon tak kunjung datang.

Mari berdoa semoga Haruto tak meregang nyawa di tengah jalan dan semoga jantung lelaki itu selamat karena sedari tadi berdetak tak normal karena kepanikan nya sendiri.

TBC

[Revisi, 1 juli 2023.]

HOME: The Disappointed [jeongharu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang