haruto dan jeongwoo

836 86 1
                                    

Haruto kini tengah memakan roti isi coklat yang tadi ia beli di supermarket sebelum ke taman ini. Satu roti coklat nya itu diberikan kepada Jeongwoo karena Haruto yakin, pemuda Park itu belum memakan apapun. Jadi setelah ia menghabiskan satu roti dan menggenggam satu roti yang lain, ia mengambil sekotak susu yang juga Jeongwoo berikan.

Kegabutan melanda si kecil Watanabe itu, demi apa ia sangat-sangat bosan karena hanya duduk di kursi taman lalu memandangi orang-orang yang sedang berada di taman.

"Jeo.. kalau satu ditambah satu jawaban nya apa?" Tanya Haruto memecah keheningan.

"Dua."

"Salah!"

"Terus? Yang benar apa?"

"Sama dengan!"

"..."

"Kan Aku bilang nya satu ditambah satu doang! Sama dengan nya belum ada!" Ujar Haruto diiringi cengiran bodoh, anak ini mungkin sudah tercemari virus-virus kerandom-an Wonyoung.

Jeongwoo mendengus kesal, tetapi ia terdiam sesaat dirinya menyadari sesuatu. Apa tadi yang Haruto bilang? Dirinya menggunakan 'Aku' ?

Dengan tak sadar, Jeongwoo tersenyum tipis membuat lengkungan keatas. Sial, Jeongwoo sangat lah tampan! Sayang sekali, Haruto tak sadar atas perubahan mimik Jeongwoo dan sibuk memandangi anak-anak kecil berlarian.

"Terus, Kamu tau gak? Kenapa manusia bisa ngerasain rasa sakit, sedih, sama bahagia?" Kali ini Jeongwoo yang bertanya, tentu dirinya sadar akan penggunaan kata 'Kamu'. Dirinya entah bagaimana hanya ingin mengikuti alur nya saja.

"Gak tau tuh! Emang kenapa?" Tanya Haruto penasaran.

"Sama, Aku juga gak tau." Balas Jeongwoo enteng.

"Ih! Bocah prik!" Pekik Haruto, lalu tangan nya dibawa terbang. Menonyor kepala pemuda bermarga Park itu.

"Hahahaha!" Jeongwoo tertawa saat melihat mimik wajah Haruto yang di matanya seperti anak kucing yang sedang kesal karena tak di beri makanan oleh sang tuan.

"Ya, kan, Aku bukan tuhan Haruto. Jadi kan gak tau." Bela Jeongwoo masih dengan terkikik geli.

"Ya! Kalau gak tau gak usah tanya! Aneh! Bocah Aneh! Dasar prik wuuu..." Haruto berkata sambil memonyong kan bibir nya beberapa senti. Dirinya berubah terlihat seperti bebek sekarang di mata Jeongwoo.

"Aku mau tanya lagi deh." Sahut Jeongwoo ketika keheningan kembali menyerang mereka berdua.

"Gak! Gak boleh! Satu pertanyaan harga nya satu juta!"

"Murah itu mah, gampang."

"Ya, terserah kamu aja lah Jeo."

"Jadi, aku mau nanya. Kamu percaya gak sama teori kalau bumi itu bulat?"

"Yaa, iya lah? Mana ada kan bumi itu kotak."

"Lagian nih ya, bumi gak bulat sempurna. Jadi gampang nya tuh kaya agak mleyot-mleyot gitu bentuk nya." Lanjut nya memjawab pertanyaan yang Jeongwoo lemparkan.

"Oh, gitu ya. Tapi kan ada tuh yang bilang bumi itu datar ru." Ujar Jeongwoo menyangkal.

"Gak tau juga, lagian kita bukan astronot yang bisa ke luar angkasa kan? Jadi mending kamu tanya nya ke astronot aja deh."

"Giliran Aku yang tanya! Kamu kok bisa tau Aku ada di rumah Wonyoung." Lanjut Haruto.

Jeongwoo menjentikkan jari nya. "Gps."

Haruto mengangguk menantikan ucapan lanjutan dari pemuda di samping nya ini.

"Handphone yang gps nya nyala itu gampang banget buat di cari lokasi terkini nya, gitu lah."

HOME: The Disappointed [jeongharu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang