Chapter 2, Shoe

115 86 80
                                    

Keluar dari kantin, Yunna mendengar namanya dipanggil berkali-kali oleh Thesa. Yunna masih mengabaikannya, ia masih kesal dengan ulah anak itu.

"Yunn, lo marah kah? Jangan marah dong gue cuma bercanda. Lo kan cuma cintanya Bian seorang."

Mendengar perkataan yang dilontarkan Thesa, Yunna berbalik dan tersenyum. "Hehe, tahu aja deh cara bikin orang enggak jadi marah."

"Dih, giliran digituin aja langsung jadi manis."

Yunna terkekeh. "Aku mau ke perpustakaan, mau pinjam buku. Kamu ikut nggak Sa?"

Thesa menggeleng. "Gue mau balik ke kelas aja, mau tidur."

"Yah oke deh, mau gimana lagi kan. Kamu kerjaannya habis makan ya tidur!"

Thesa akhirnya meninggalkan Yunna yang ingin menuju perpustakaan. Thesa itu tidak suka membaca buku, bahkan buku novel sekalipun. Berbanding terbalik dengan Yunna, ia sangat menyukai buku. Yunna juga suka menulis cerita, setiap hari ia membawa buku tulis khusus untuk dirinya menuliskan sebuah cerita.

Sesampainya di perpustakaan, Yunna menyapa beberapa guru yang ada disana. Ia juga mengisi buku pengunjung terlebih dahulu kemudian barulah ia memilih dan melihat-lihat buku yang ingin dipinjam.

"Yunna, kamu suka menulis cerita kan ya?"

Mendengar ada seseorang yang bertanya, Yunna menoleh mendapati Bu Lia, guru Bahasa Indonesia sedang membawa beberapa novel.

"Iya bu, saya suka menulis."

"Kamu tidak ada niatan ikut event menulis, Yunna? Sekarang banyak sekali event menulis yang diadakan oleh berbagai penerbit lho, ini kesempatan untuk kamu," jelas Bu Lia.

Yunna menggeleng pelan. "Saya masih amatir Bu, tulisan saya masih berantakan dan saya tidak percaya diri."

"Dicoba saja dulu, saya sering lihat karya tulismu di mading sekolah kok. Itu sudah cukup bagus Yunna," jelas Bu Lia.

Yunna tersenyum karena ini pertama kali karya tulisnya diapresiasi. "Baik Bu, saya pertimbangkan dulu. Nanti kalau sudah fix, saya kabari."

Bu Lia tersenyum lega. "Baiklah, kamu pertimbangkan saja dulu."

Yunna mengangguk kemudian pamit ke kelas. Ia urungkan niatnya untuk meminjam buku.

Nasib sial menghampiri Yunna, belum saja ia sampai ke kelas, sebuah benda keras menghantam kepala bagian belakangnya.

DUAK!

Yunna meringis menahan sakit, dilihatnya sebuah sepatu hitam di bawah. Benda itulah yang baru saja menghantam kepala Yunna.

"WOI HAIDANE, JANGAN KABUR LO. TANGGUNG JAWAB DONG, SEPATU LO KENA SESEORANG NIH!" teriak seorang anak laki-laki. Sepertinya ia berasal dari kelas 10 karena area kelas 10 berada di sekitar perpustakaan.

Laki-laki itu menghampiri Yunna kemudian mengambil sepatu yang barusan mengenai kepala Yunna.

"Maaf kak, saya minta maaf atas kelakuan Haidane, teman saya karena main lempar-lemparan sepatu. Jika ada yang sakit, saya tidak keberatan mengantar kakak menuju UKS," ujar laki-laki yang ber name tag bordir di seragamnya, Lintang Kurnia Adhigana.

"Haidane?" gumam Yunna geram. "Dia manusia yang tadi mengutang di kantin kan?"

Yunna kemudian meninggalkan Lintang tanpa sepatah katapun dan berlari menuju UKS. Rasanya kepalanya sangat pusing, lagipula apakah Haidane tidak berpikir bahwa lempar-lemparan sepatu itu berbahaya?

"Dasar, anak kelas 10 masih seperti anak TK! Dia juga bukannya minta maaf malah kabur, awas saja!" monolog Yunna tak habis pikir.

Yunna melepas sepatunya sebelum memasuki ruang UKS. Bau alkohol menyeruak di hidung Yunna. Ia melihat seorang gadis keluar dari salah satu kasur yang sudah tertutup tirai sambil membawa alkohol .

"Bella?"

Bella terkejut melihat sahabatnya ada di UKS. Yunna menghampiri Bella lalu bertanya, "Itu siapa Bell yang berbaring di kasur?"

"Temen sekelas gue, barusan jatuh tadi. Terus kepalanya ada yang luka, ini gue barusan ngobatin," jawab Bella.

"Lo kenapa ke UKS Yunn, are you okay?"

Yunna menggeleng. "Kepalaku barusan kena sepatu."

"What, kok bisa. Sepatunya siapa? Kenanya gimana deh, kejatuhan atau gimana?"

Yunna menghela nafasnya. "Tadi ada adik kelas, namanya Haidane. Gatau dia mainan apa gimana tapi sepatunya kelempar terus kena kepalaku. Bukannya minta maaf malah kabur."

"Haidane? Cecurut itu berulah lagi yaampun. Sini naik ke kasur, gue pijitin kepala lo."

Yunna menuruti ajakan Bella kemudian membiarkan sahabatnya memijit kepalanya. Setidaknya ia bisa meredam emosinya sebentar.

👟👟👟

Suasana kelas 10 IPS 2 langsung ramai karena perbuatan Haidane. Lintang dari tadi sudah mengomel tak karuan sementara Haidane hanya duduk di bangkunya dengan perasaan tak bersalah.

"Itu bukan murni kesalahan gue, gue kan niatnya ngelempar ke Nouvan." Haidane masih mengelak tidak terima.

"Tapikan lo yang ngelempar sepatu itu dan akhirnya kena kepala kakak kelas, Haidane. Sepatu yang harusnya ada di kaki, tapi justru kena kepala orang itu gak sopan," jelas Lintang masih dalam intonasi yang pelan.

"Itu gara-gara Nouvan, andai dia gak ngejek gue yatim mah gabakal ada kejadian itu!" Haidane emosi sambil menunjuk Nouvan.

Nouvan yang sedang bermain game sambil menyelonjorkan kakinya di atas meja hanya tertawa seolah tidak ada kejadian tadi.

Haidane yang sudah emosi kemudian menghampiri Nouvan dan mencengkram kerah laki-laki itu.

"Kurang ajar, gara-gara lo gue jadi kena masalah lagi!"

Lintang yang merupakan ketua kelas tentu sudah tidak tahan. Ia bergegas melerai keduanya sebelum terjadi keributan yang besar.

"Kalian berdua masih bocah apa gimana sih? Pengen kelas 10 IPS 2 semakin dianggap buruk?" Intonasi Lintang mulai meninggi membuat Haidane dan Nouvan menciut.

"Haidane, gue pengen nanti sepulang sekolah lo minta maaf ke kakak kelas tadi. Kalau gak salah namanya Ayunna."

Haidane duduk kembali di bangkunya sambil mengacak rambut. "Gimana gue bisa tahu orangnya yang mana, gue kan tadi kabur."

"Gue tahu kok orangnya yang mana. Nanti gue temani. Intinya lo harus minta maaf hari ini!"

"Lalu Nouvan? Dia gak minta maaf?"

"Lah, ngapain gue minta maaf, orang gue gak salah," ujar Nouvan berbangga diri.

"Lo harusnya minta maaf ke Haidane, gak sopan juga ngatain orang kayak gitu walau benar adanya," pinta Lintang kepada Nouvan.

Haidane tertawa mengejek dan Nouvan memutar bola matanya malas. Ia mengulurkan tangannya kepada Haidane untuk meminta maaf, tapi namanya saja Haidane, tentu tidak semudah itu memaafkan.

Hal itu tentu membuat Lintang mengacak rambutnya sendiri, frustasi. "Gila tu anak, gue capek banget Tuhan, ketemu murid jelmaan setan satu ini."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ                                           

Hayolo Haidane, ditunggu klarifikasinya.

To be continued....

MEMORABLE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang