Chapter 10, Rain

33 22 28
                                    

Karena kejadian di gudang olahraga kemarin, Haidane jadi tidak berani berkomunikasi dan bertemu Yunna dulu, ia takut kakak kelasnya itu kembali marah setiap kali Haidane bertemu dengannya.

Seperti saat ini, Haidane sedang duduk di bangkunya sambil melihat ponsel disaat waktu istirahat. Tiba-tiba, Lintang dan Nouvan masuk ke kelas sambil membawa nasi bungkus yang dibeli dari kantin.

"Lo gak makan Dane?" tanya Nouvan. Haidane tidak menjawab dan masih fokus dengan ponselnya.

"Ah elah, masih marah kah lo sama gue tentang kejadian sepatu itu? Gue kan dah minta maaf. Sorry deh."

"Bentar, mau savage nih!" Haidane masih terus berkutat dengan ponselnya. Mendengar itu, Nouvan jadi ikut menonton Haidane yang sedang bermain game.

Lintang hanya menggeleng pelan dan membuka nasi bungkusnya. "Dane, ini sudah lebih dari tiga hari. Lo sudah dimaafin Kak Yunna belum?"

"YES YES VICTORY!" Haidane berteriak senang dan Nouvan bertepuk tangan juga merasa bangga.

"Eh, tadi lo bilang apa Tang?"

Lintang mendengus sebal. "Lo sudah dimaafin belum sama Kak Yunna?"

Haidane menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Awalnya sudah, tapi kemarin gue buat salah lagi kayaknya."

"Wah gila lo Dane, beneran gue botakin inimah rambut lo!"

Haidane meringis dan langsung meminta ampun setelah mendengar perkataan Lintang. "Jangan dong Tang, jangan. Gue bakalan berusaha terus kok biar dimaafin!"

BRAKK!!

Ketiganya terkejut setelah melihat Ana, sang bendahara datang dan menggebrak meja Haidane.

"Kas lo nunggak 3 Minggu, sekarang tolong bayar!"

"Sayang banget gue gak bawa uang," jawab Haidane santai."

"Besok ya?" lanjutnya membuat Ana emosi.

"Dari minggu lalu juga lo bilangnya besok ya besok ya. Tapi buktinya, nggak pernah dibayar!"

Haidane terkekeh. "Gue bayar kok besok, beneran."

Ana memutar bola matanya kesal. "Halah bohong, sekarang kalau bisa. Lo nggak semiskin itu kan uang tiga ribu aja nggak punya?"

Lintang yang sedang menikmati makanannya menjadi terusik karena Ana yang marah-marah dengan suara keras.

"Cepetan bayar dong! Gue tau lo bawa uang ya!"

Haidane kemudian membuka resleting tas miliknya dan mengambil selembar uang 50.000 lalu memberikannya kepada Ana.

"Noh, lunasin ae semuanya!" kata Haidane membuat Ana terdiam.

👟👟👟

Hari ini hari Jum'at, Yunna baru saja selesai mengerjakan essay untuk tugas ekskul jurnalistiknya. Karena sepulang ekstra sudah sore dan juga disertai mendung, ia memilih untuk dijemput ayahnya saja.

Yunna ingin menunggu jemputan di tempat favoritnya, gazebo sekolah. Namun, saat hari Jum'at seperti ini, di depan gazebo banyak sekali sepeda yang parkir. Yunna tebak itu merupakan sepeda anak ekskul lukis.

Parkiran khusus sepeda terletak di belakang dan jauh dari ruang lukis. Maka dari itu, anak lukis biasanya mengambil sepedanya sepulang sekolah terlebih dahulu dan memarkirkannya di depan gazebo yang terletak tak jauh dari ruang lukis. Untuk menghemat energi.

Karena hari ini juga ada ekskul lukis, Yunna jadi teringat kepada Haidane. Gadis itu berdecak sebal dan merutuki kenapa ekskul jurnal dan ekskul lukis berada dalam hari yang sama. Haidane pasti masih berada di sekolah juga sekarang.

MEMORABLE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang