Overthinking semalam ternyata membuat Yunna bangun kesiangan. Dirinya kali ini sedang panik dan bingung. Jam sudah menunjukkan pukul 06.25 sementara sekolahnya masuk pukul 06.45. Jika Yunna berangkat sekolah dengan jalan kaki, sudah pasti dirinya akan terlambat.
"Aduh, aku sempat mandi gak ya? Tapi gak enak banget kalau ke sekolah gak mandi."
Akhirnya Yunna memutuskan untuk mandi dengan kecepatan ekstra. Setelah selesai mandi, ia segera memoles bibirnya dengan lipbalm sedikit kemudian keluar dari kamar.
"Bunda, kenapa Bunda nggak bangunin aku?" tanya Yunna.
Yulia yang sedang sibuk mengurus soto kemudian menoleh kepada anaknya. "Eh, dari tadi Bunda sudah bangunin kamu lho Yunn, tapi kamunya tetep tidur."
Yunna menoleh sekitar dengan panik. "Ayah sudah berangkat kerja?"
Yulia mengangguk. "Iya, dari tadi."
"Bund, tolong antar aku ke sekolah yuk, aku sudah telat pasti kalau jalan kaki," pinta Yunna dengan memohon-mohon.
"Loh, kamu lihat sendiri kan Bunda lagi ngapain? Ini kalau ada pembeli bagaimana?"
Yunna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Terus ini gimana bund, masa Yunna harus jalan kaki? Pesen ojek pun juga lama nunggunya kalau dah jam segini."
"Ada sepeda Yunn, setidaknya lebih cepat dari jalan kaki," saran Yulia.
Yunna buru-buru menggeleng. Tentu saja ia tidak mau menaiki sepeda. Kalau begini, maka ia lebih memilih terlambat daripada menaiki sepeda, apalagi sekarang dirinya dalam keadaan panik.
"Yasudah aku jalan kaki aja, duluan Bundaa," pamit Yunna kemudian segera berlari keluar rumah.
👟👟👟
Gerbang sekolah sudah mau ditutup oleh Pak Gio, satpam sekolah. Sementara itu, Yunna berlari dengan napas yang tidak beraturan. "Pak Gio!"
Pak Gio melihat Yunna yang berlari sambil melambaikan tangannya. "Loh, Yunna kok tumben terlambat? Masuk dulu ayo, isi surat keterlambatan dulu."
Yunna masuk kemudian segera mengisi surat keterlambatan yang diberikan Pak Gio. Belum selesai ia mengisi, seorang siswa masuk dengan seragam yang keluar dan juga dasi yang belum rapi.
Yunna menoleh, mendapati Haidane yang masuk ke sekolah dengan tenang. Padahal saat ini, Yunna sedang panik tidak karuan.
Haidane menaikkan kedua sudut bibirnya dan dengan santai menyapa, "Hai!"
"Kalau Haidane mah saya tidak heran lagi bisa terlambat, tapi Yunna? Kayaknya pertama kali ya Yunn?" Pak Gio bertanya sambil memeriksa surat keterlambatan milik Yunna. Yunna hanya mengangguk pelan.
Pak Gio beralih menatap Haidane. "Kamu kenapa telat lagi Dane, habis tawuran sama kucing garong? Habis ketemu sama balon spiderman di tengah jalan? Atau juga habis dikejar banteng? Atau ada alasan gak masuk akal lagi yang akan kamu sampaikan?"
Haidane menampilkan cengirannya. "Kali ini masuk akal kok pak, saya bangun kesiangan."
Pak Gio menggelengkan kepalanya setelah mendengar alasan dari Haidane. "Oke, tentu saja tetap ada hukuman bagi kalian berdua. Tapi kali ini saya beri keringanan untuk boleh memilih hukuman yang dimau. Membersihkan kamar mandi dan membersihkan gudang olahraga."
"Kamu pilih apa Dane?" tanya Pak Gio kepada Haidane.
"Sesuai selera Kak Na aja pak," jawab Haidane sambil mengarahkan jari telunjuknya kepada Yunna. Yang ditunjuk justru keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORABLE (Hiatus)
JugendliteraturYunna yang saat itu sedang menyukai teman sekelasnya, Bian, justru dipertemukan dengan seorang adik kelas yang childish dan selalu menjadi perbincangan guru, Haidane. Bahkan Yunna pernah tak sengaja mendapatkan lemparan sepatu dari Haidane yang mem...