Hujan tadi sore ternyata tak kunjung reda. Malam ini, hujan justru turun lebih deras bahkan juga disertai petir. Hal itu membuat Yunna yang sedang tidur dibalut selimut merah mudanya menjadi terbangun.
Yunna meraih ponselnya yang berada di atas meja belajar kemudian melihat jam yang ternyata menunjukkan pukul 00.43. Gadis itu kemudian beranjak dari kasur, ingin menuju dapur untuk mengambil minum.
Yunna membuka pintu kamar dengan pelan agar tidak mengganggu waktu tidur orang tuanya. Namun, setelah keluar dari kamar, ia justru mendengar suatu percakapan dari kamar sebelah, kamar orang tuanya.
Ia mendengar bundanya menyebut namanya berkali-kali. Yunna menggigit bibirnya khawatir, apakah dirinya pernah melakukan kesalahan atau masalah?
Setelah mengambil segelas air putih, Yunna melangkahkan kakinya menuju kamar lagi. Namun, sebelum masuk ke kamar, ia mendengar perdebatan orang tuanya kembali.
"Penghasilanku dagang soto itu belum cukup, gaji mu jadi guru swasta juga belum cair. Terus ini nanti gimana sama utang-utangnya?"
"Nanti gimana dengan biaya sekolah Yunna dan kebutuhan lainnya?"
Yunna hanya mendengar sekilas apa yang mereka bicarakan. Sepertinya membahas masalah ekonomi dan membahas biaya sekolah untuk Yunna. Hal tersebut mampu membuat Yunna kepikiran dan tidak bisa melanjutkan tidurnya dengan tenang.
👟👟👟
Pagi ini seperti biasa, Yunna membantu bundanya memasak untuk sarapan dan membantu menyiapkan soto untuk dagangan.
"Bund, aku berangkat sama pulangnya jalan kaki aja ya," ujar Yunna memberi tahu.
Yulia membalasnya dengan anggukan kepala. "Oke, tetap hati-hati ya Yunn, apalagi kalau misalnya nyebrang." Nasihat itu dibalas acungan jempol oleh Yunna.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, ia bergegas untuk sarapan. Tidak lama-lama karena agar tidak molor untuk sampai ke sekolah.
"Selesai, aku berangkat dulu ya Bunda, Ayah!" Yunna menyalimi tangan kedua orangtuanya kemudian berjalan keluar dari rumah.
Di perjalanan, perasaan Yunna sangat campur aduk. Mengingat memori perdebatan orang tuanya tadi malam, ia jadi tidak bisa bernapas dengan tenang.
Yunna terus melangkahkan kakinya sambil bergelut dengan pikiran. Memikirkan bagaimana caranya memiliki uang dengan cepat.
Tak lama kemudian, matanya menangkap seorang wanita yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa sambil sibuk mencari sesuatu di dalam tas tentengnya. Ia melewati Yunna dengan terus sibuk mencari sampai tak sadar ada sesuatu yang jatuh dari dalam tasnya.
Sesuatu itu jatuh tepat di samping Yunna. Yunna mendekat dan terkejut setelah melihatnya. Sebuah dompet kecil berwarna silver yang memiliki kesan mahal.
Perlahan, ia membuka dompet tersebut. Napasnya tercekat melihat banyaknya uang berwarna merah dan biru. Yunna langsung berpikir jika uang sebanyak itu pasti langsung bisa melunasi semua utang yang orang tuanya miliki.
Yunna melihat kearah wanita tadi, wanita itu masih terus berjalan sambil menenteng tasnya. Sepertinya dia akan menghampiri mobil hitam yang terparkir di depan sebuah toko.
Yunna mengamati dompet itu lagi kemudian menutupnya. Ia menyingkirkan pikiran buruk yang datang menghampiri otaknya.
Bukan kayak gini Yunn untuk mendapatkan uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORABLE (Hiatus)
Teen FictionYunna yang saat itu sedang menyukai teman sekelasnya, Bian, justru dipertemukan dengan seorang adik kelas yang childish dan selalu menjadi perbincangan guru, Haidane. Bahkan Yunna pernah tak sengaja mendapatkan lemparan sepatu dari Haidane yang mem...