"Adit, pasti kau sudah bisa mendengarku kan, Ayo nak, sudah saatnya".
"Suara itu lagi. siapa? siapa yang memanggil namaku? saatnya untuk apa? siapa kamu? ada apa denganku" itulah pertanyaan yang ingin kulontarkan, namun mulutku tidak dapat mengucap pertanyaan itu, mataku tidak dapat terbuka dan tubuhku pun tidak dapat digerakkan, aku hanya bisa mendengar. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini, aku tidak tahu.
Beberapa saat kemudian aku berusaha kembali membuka mata, di ujung ruangan terlihat sesosok orang berdiri, tidak jelas memang sosoknya seperti apa karena kesadaranku belum pulih sepenuhnya, samar-samar aku melihat orang itu menghampiri ku, sepertinya dia menggunakan jas berwarna hitam dan wajahnya ditutupi topeng aneh berbentuk kelinci dengan dua telinga yang panjang di atasnya. "Siapa kamu? ada apa denganku?" aku berusaha mengucap kalimat itu, tapi tetap tidak dapat kuucap. Sosok itu terus mendekat ke arahku, semakin mendekat semakin aku merasakan tubuhku melemah dan kesadaranku mulai menghilang, kemudian kegelapan itu pun menyelimutiku lagi. Aku pingsan untuk yang kesekian kalinya.
"Sial, kalau terus seperti ini, kita bisa kehilangan bibit-bibit unggul. Tidak adakah cara untuk mengurangi efeknya jika dia masih berada di 'luar'?". "Sudah kucoba, tapi hasilnya seperti apa yang kau lihat sekarang, lebih baik kita segera memasukkan dia kesana, sebelum dia mati disini". Aku kembali mendengar orang-orang berbicara, tidak jelas apa yang mereka bicarakan, sepertinya kesabaranku sudah mulai kembali. Mataku sudah dapat melihat, tetapi yang kulihat di depan adalah ruangan mirip laboratorium. Aku yakin ini bukan ruangan pasien di UKS sekolah atau rumah sakit, ini jelas berbeda, aku melihat tabung-tabung kimia dengan cairan-cairan merahnya, kemudian unit-unit komputer yang tepat disampingnya dua orang berjas hitam sedang bercengkrama. Tak lama aku memperhatikan sekitar, aku mulai menyadari kalau aku tidak sedang berbaring di ranjang, aku sedang terduduk di kursi dengan tangan dan kakiku terikat, kemudian betapa terkejutnya aku ketika mengetahui tubuh ini tidak terbalutkan busana alias telanjang. "Astaga". fikirku. Tidak berhenti disitu saja, mulutku pun sepertinya disumpal oleh sesuatu, aku tidak tahu benda apa ini, tetapi benda ini membuatku tidak dapat berbicara. Aku meronta-ronta berusaha melepaskan diri, aku ingin menutupi kontolku karena malu. Tetapi rontaanku menarik perhatian kedua orang yang ada di seberang sana mereka berbalik arah dan terlihat terkejut, salah satu dari mereka berkata kepada yang lain "Astaga, cerobohnya kamu, sudah kubilang untuk memberikan dosis yang lebih banyak pada orang baru. Cepat, tambah dosisnya, jangan sampai dia mengingat apa yang dia lihat sekarang". Aku heran mendengarnya, mengapa mereka bilang seperti itu, apa yang sebenarnya terjadi. Salah satu dari mereka menghampiriku dengan membawa suntikan di tangannya, sepertinya dia hendak menyuntikkan benda itu ke tubuhku, langkahnya semakin dekat dan kini dia berada tepat di depanku. Dia mengulurkan tangannya dan astaga, tanpa diduga, dia malah memegang kontolku, apa-apaan orang ini. apa yang dia lakukan. Aku meronta-ronta lebih keras, tapi dia memegangi kontolku dengan kuat, tanpa aba-aba suntikan itu sudah menancap tepat di tanda mirip huruf G A Y. sesaat itu juga aku mulai pingsan, lagi.
***
Kepalaku agak sakit sekarang, tapi aku mulai bisa merasakan angin yang kencang berhembus menerpa tubuhku dan terdengar suara ombak disamping kananku. Seperti biasa, aku tidak dapat membuka mata, hanya bisa mendengar dan merasakan. Aku pasrah dan hanya bisa menunggu hingga kesadaran dan kemampuan menggerakkan tubuh ini kembali normal. Tak lama aku menunggu, aku mulai merasakan sesuatu seperti sentuhan. "Sentuhan apa ini?", Aku bertanya dalam fikirku, aku merasakan sentuhan hangat di sekitar leher, sentuhan itu mulai kurasakan menurun dan berdiam di area dada, ku rasakan sentuhannya sekarang menyentuh area puting. "Aakh" aku mengerang, putingku menjadi hangat disentuhnya. Kemudian berlanjut ke bawah menyentuh pusar dan terus ke bawah sampai akhirnya kurasakan kehangatan menyentuh kontol. Rasanya seperti mimpi, aku tidak dapat melakukan apapun hanya bisa merasakan. Sentuhan itu begitu hangat di kontolku. lama-kelamaan sentuhan itu berubah menjadi ganggaman, dia menggenggam dan memaju mundurkan kontolku. "Astaga, apa lagi ini, sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanyaku dalam fikir. Aku ingin melepaskan genggamannya namun rasanya nikmat sekali, sensasi hangat dari genggaman begitu terasa. "Siapa yang menggenggam kontolku?" masih kutanya dalam fikir. Tidak lama dari itu, aku merasakan sentuhan hangat yang lain berada di pahaku, sepertinya ini sentuhan tangan yang lain. Sentuhan itu terus merangkak naik ke atas dan kurasakan ada di area pantat ku. Aku heran, apa yang akan dilakukan sentuhan ini. Tak lama kemudian aku merasakan ada sesuatu yang hendak menusuk pantatku tetapi sebelum sampai menusuk, seketika itu juga aku langsung terperanjat dan berteriak "HEI APA-APAAN LO?".
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...