"Adit, gue tadi beli bakso di kantin sekolah, tapi ada yang aneh sama baksonya. loe mau tau ngak?". "hmm, pasti ngak penting lagi deh Rey". "Hehe, penting bangek kok Dit. Tau ngak ternyata bakso yang gue makan ukurannya lebih gede satu centimeter dari hari kemarin lho. Trus yang bikin gue kaget, ternyata harganya ngak naik hahaha". "Ha~ha~ha".
***
Rey selalu saja menceritakan hal-hal konyol padaku. Di memoriku dia selalu berusaha membuatku terus tersenyum dan tertawa. Dia selalu ada disampingku. Namun ketika aku mengetahui dia telah tiada. Hatiku begitu hancur tidak sanggup menerima semua kenyataan ini, aku berharap ada keajaiban yang bisa mengembalikan Rey kepelukanku. Aku benar-benar sangat merindukannya.
Mataku masih terpejam dalam kegelapan dan kesedihan yang sempurna menyelimutiku. Tapi tak lama kemudian aku mulai bisa mendengar suara serangga-serangga malam saling bersahutan. Suara mereka begitu nyaring, apakah aku sudah berada di alam sana? Aku membuka mataku perlahan, namun yang kudapati jelas berbeda. Aku masih terduduk berada di tempat dimana aku tertembak oleh kelompok pasukan aneh. Sepertinya, itu tembakan bius, hanya membuatku pingsan tak sadarkan diri.
"REEEY"
Aku berteriak kalap ketika kesadaranku mulai kembali seutuhnya mengetahui Rey tidak ada di pelukanku, begitupun dengan Gilang dan Jordi, mereka semua menghilang entah kemana. Aku berusaha bangkit dari duduk dengan keadaan panik ingin segera mencari Rey, kuharap dia baik-baik saja. Namun aku tidak bisa bangkit, ada tali yang melilit tubuhku di pohon.
"Eeeeegh apa-apaan ini, lepaskan aku!".
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, berharap ada seseorang yang akan menolong, tak lama di tengah kegelapan ada seseorang yang sedang melangkah menuju ke arahku.
"Astaga, kenapa kau sudah sadar secepat ini? maafkan aku, tapi jangan marah dulu aku bisa menjelaskannya".
Aku tertegun sejenak dan bertanya. "Siapa kamu?".
Sosok itu melangkah lagi ke arahku semakin dekat, sekarang aku bisa melihat wajahnya diterpa sinar rembulan. Astaga, Warna kulitnya putih, rambutnya berwarna pirang dengan potongannya yang cepak. Matanya lebar dan hidungnya mancung, Guratan rahang wajahnya terlihat sangat jelas nan gagah seolah menegaskan dia seorang lelaki sejati. Jika dideskripsikan tampan, dia jelas amat tampan. Sepertinya dia bukan orang asia. Mungkin Eropa.
"Perkenalkan, namaku Sovian, kau bisa memanggilku Vian".
"Apa yang kamu lakukan padaku? cepat lepaskan aku".
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa melakukannya".
Aku terkejut mendengarnya, sepertinya dia komplotan orang-orang yang menembakku tadi, aku menengadahkan kepalaku ke arahnya.
"Kumohon lepaskan aku? aku punya urusan yang sangat penting saat ini, aku harus mencari teman-temanku".
Wajah Vian terlihat menyesal kemudian ia mulai berbicara. "Maafkan aku, tapi jika aku melepaskanmu, bersediakah kau aku entot?".
Aku tertegun sejenak ketika mengetahui alasan dia mengikatku.
"Apa kau mau ngentot dengan ku untuk mendapatan penawar racun?".
Vian terlihat berpikir dan agak malu-malu.
"Benar, aku hanya meminum obat penawar sementara yang hanya bertahan lima belas menit. Kalau aku tidak mendapatkan obat yang asli secepatnya. Aku bisa mati terkena racun".
Astaga, malangnya orang ini, aku terenyuh mendengar penjelasannya.
"Aku punya obat disekitar sini, kau bisa meminumnya".
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...