Episode 3 Pahlawanku

860 12 0
                                    

Aku dan Rey adalah sahabat sedari kecil, kami saling menyayangi dan peduli satu sama lain, walaupun demikian hubungan kami tidak pernah lebih dari sahabat, karena yang kutahu Rey tidak sama sepertiku, dia bukan seorang Gay. Karenanya, walaupun aku mencintai Rey. Cinta ini tidak pernah bisa kuutarakan, aku takut persahabatan kami menjadi hancur apabila dia mengetahui jati diriku yang sebenarnya.

***

Aku mendengar samar-samar bisikan Rey di telingaku, awalnya berbisik namun kini mulai berteriak, dia bilang "Dit, banguuun. jangan mati dit, Pleaseeee". Selesai kalimat itu terucap, aku merasakan ada tetesan air jatuh ke pipiku, air nya terasa hangat. "Apakah ini air mata Rey?" aku bertanya dalam fikurku. Aku merasakan kepalaku diankat sedikit keatas oleh Rey, entah apa yang akan dia lakukan. Setelahnya mulutku dipaksa terbuka dan dipaksa menelan sesuatu, tapi mulut ini mengunci tidak dapat kubuka akibat menahan rasa sakit, gigiku menahan apapun untuk masuk kedalam mulut. Tetapi Rey tetap berteriak dan menyuruhku untuk membuka mulut dan menelan sesuatu yang tertahan dibibirku, walaupun aku ingin memuntahkan atau menelanya, tapi keduanya percuma, aku sudah tidak mampu bergerak lagi, rasa sakit ini hampir membunuhku.

Perasaan putus asa menghampiri diriku, aku yakin aku akan mati tidak lama lagi, namun tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh bibirku, hangat dan lembut. "Apa ini? dia bergerak seperti melumat". kemudian sesuatu itu mencoba masuk kecelah gigiku dan mendorong. Dia mendorong sambil melumat bibir yang kini kurasakan begitu hangat. Tak lama kemudian sesuatu yang harus kutelan itu terdorong masuk kedalam tenggorokan, tanpa waktu lama, rasa sakit yang kurasakan berangsur menghilang. Kemudian aku mulai bisa membuka mata, disaat kubuka mata alangkah terkejutnya aku, karena kudapati Rey sedang menciumku. Bibirnya menempel dibibirku, dia melumatnya. Ini menjawab pertanyaanku tentang sesuatu yang mendorong masuk ke tengorokan, ternyata itu bibir dan lidahnya rey. Walaupun pada awalnya aku terkejut, namun aku sengaja tidak bereaksi, aku malah memejamkan mata dan berusaha menikmati ciuman Rey. Beberapa detik kami berciuman kemudian Rey melepas ciumannya dan menatapku. Dia mulai menanyaiku, apakah aku baik-baik saja, apakah aku bisa mendengar suaranya. Dan dikalimatnya yang terakhir, aku mulai membuka mata. Aku melihat wajah tampan Rey yang sedang menangis, air matanya berlinang di pipinya, walaupun tampan tapi kalau dia menangis wajahnya tetaplah jadi jelek. Melihat itu aku sedikit tersenyum. Rey melihat ekspresiku, dia berbicara perlahan. "Akhirnya sadar juga lo?" Dia terlihat bahagia dengan tangis yang masih menghiasi wajahnya.

"Rey gue kenapa? apa yang terjadi sama gue?" Aku bertanya pada Rey dengan kondisi yang masih lemas. Rey tidak menjawab pertanyaanku dia malah menyuruhku untuk cepat-cepat menyetubuhi dia. Aku sangat heran mendengarnya. Setelah tadi menciumku tanpa permisi, sekarang dia ingin aku menyetubuhinya. Apa-apaan si Rey ini, apa dia sudah gila? Tunggu dulu bukankah dia cowok normal, kenapa dia bilang seperti itu?.

Aku mulai mengeraskan suaraku kearahnya. "Lo gila ya Rey? Sebenernya lo rey apa bukan sih, kok tingkah lo jadi aneh?". Aku mencecar dia, dia bilang jika tidak ada waktu untuk menjelaskan secara detail, rasa sakit yang kurasakan tadi adalah efek dari Racun yang ada di tanda G A Y, kemudian obat yang aku telan, itu adalah penawar racunnya, hanya saja efek penawarnya tidak bertahan lama, hanya 15 menit paling lama. Kemudian Rey menyarankan padaku untuk segera meminum obat yang asli secepatnya, akan tetapi untuk mendapatkan obat itu, aku harus melakukan persetubuhan dengan Rey.

Rey sudah semakin gila fikirku, dia sudah kehilangan kewarasannya. Tanganku meraih pundak Rey sampai mendorongnya kebelakang, aku tidak terima dengan ocehan gilanya, aku ingin menghentikan dia berbicara ngawur tak terkendali. Rey terjatuh dan sekarang posisi dia ada di bawahku, dari posisi diatas aku bilang padanya. "Lo siapa? lo bukan Rey, Rey yang gue kenal ngak kayak gini. Ngaku lo bangsat!". Aku marah tak terkendali saat itu, namun Rey tidak mencoba membalasnya, dia terlihat sedih sambil sedikit berteriak "Gue Rey, Dit. Reynaldi. Gue bakalan ceritain semuanya, tapi sekarang lo harus dapetin dulu penawar racun, sebelum racunnya bereaksi lagi". "Dit, percaya sama gue. emang ini kedengarannya gila. Tapi, saat kontol lo berhasil croot di dalam lobang gue, lo bakalan dapet 'hadiah' dari langit', hadiah itu adalah obat yang lo butuhin sekarang."

SEX, SURVIVE & GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang