"Ini pakailah". Vian berseru menyuruh kami untuk mengenakan pakaian yang ia bawa sedari tadi. Akan tetapi aku dan Rey tidak menggubrisnya. Mataku masih tertuju pada Rey. Jika dilihat lebih teliti, raut wajah Rey semakin lama semakin jelas menunjukkan kecemburuan.
"Ayolah, kenapa kalian mengabaikanku? Tempat ini akan terbakar, kita harus segera pergi". Vian terus saja mendesak, namun untuk sesaat kami mengabaikannya.
Tiba-tiba Rey memalingkan wajah ke arah Vian. "Kau Vian kan? Katakan padaku, apa maksud ciumanmu tadi?".
"Oh jadi karena itu kalian mengabaikanku? Bukannya sudah kubilang, kalau aku tidak sengaja".
"Bohong! Aku yakin kau menyembunyikan sesuatu, katakan sejujurnya!".
Rey mulai membentak Vian. Aku yang ada di hadapannya mulai bertanya-tanya kenapa Rey bisa secemburu ini? Padahal aku kira Rey adalah orang yang mudah memahami situasi. Tapi kenapa sekarang dia berbeda?
Kupalingkan pandanganku ke arah Vian. Kini dia hanya tertunduk dan berdehem pendek. Vian seperti sedang mencari-cari jawaban. Namun, alih-alih menjawa. Vian malah mengalihkan topik pembicaraan.
"Pokoknya kita harus keluar dari sini, para peserta game BEJAD yang lain akan segera menghancurkan tempat ini".
"Hah, apa maksudmu?". Jawabku.
"Bukankah kau ingin menghancurkan game BEJAD dan keluar dari sini, Adit?"
"Iya, memang begitu sih tapi...". Jawabku lagi
"Karena itu, aku menceritakan tujuanmu pada peserta lain dan kami setuju untuk membantumu. Kebakaran ini, adalah ulah kami".
Aku terkejut. Namun Rey keburu melangkah maju mendekati Vian. Tanpa dikomando dia langsung memukul wajah Vian begitu keras hingga wajah Vian terbanting ke arah samping.
"REY".
Aku membentak tak percaya dengan kelakuan Rey, apaan-apaan dia. Rey benar-benar aneh. Aku menepuk bahunya hendak menenangkan. Namun kurasakan tubuh Rey begitu panas, diikuti dengan nafas yang tersengal-sengal menahan gejolak amarah. Hingga cucuran keringat mulai mengalir di sekujur tubuhnya.
"Astaga Rey lo kenapa?"
Rey tidak menjawab pertanyaanku, dia malah berteriak kalap ke arah Vian.
"Dengar Bangsat. Adit itu milikku, tidak ada yang boleh merebutnya dariku".
Dia membanting tubuh Vian ke belakang. Vian hampir saja kehilangan keseimbangan, namun untungnya vian tidak sampai terjatuh.
"Rey tenangin diri lo, lo kenapa sih?".
Mendengar aku yang mencoba menghentikan Rey di belakang, membuat dia menoleh berbalik ke arahku.
"Lo udah janji sama gue Adit, kalo lo bakal jadiin gue satu-satunya di hidup lo. Kalaupun lo mau ngentot dengan orang lain, itu harus dengan seizin gue. Tapi kenapa lo khianatin janji lo dan malah main api sama si Vian?"
"APA?"
Aku tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Rey. Sungguh aku tidak pernah mengatakan janji konyol seperti itu, aku bahkan tidak ingat pernah membuatnya. Rey merasa cemburu padaku dengan alasan yang sepele itu sudah tidak wajar. Sekarang dia mengatakan hal konyol, itu jauh lebih tidak wajar, jelas ada yang tidak beres dengan Rey.
Kini Rey mulai menjerit histeris seperti kesetanan. Sesekali dia meneriakkan sumpah serapah hendak menyakiti Vian apabila berani merebut aku dari nya. Dia membantingkan tangan serta kakinya ke segala arah sembarangan. Mencegah siapapun mendekat. Aku yang masih dalam keadaan telanjang tidak berbalutkan pakaian. Menjadi sasaran empuk tendangan kesetanan Rey. Tendangan itu tepat mendarat di kontol ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...