Aku terjatuh karena terkejut melihat sosok Gilang tiba-tiba ada di hadapanku, mataku terbelalak, tubuhku gemetar dan dahiku mengucurkan keringat. Sangat mengejutkan melihat sosok Gilang disini. Apakah dia hantu? Sungguh keberadaanya tidak aku sadari.
"Kau...Kenapa kau...Bukannya waktu itu...".
Aku berkata gagap tak karuan sambil menunjuk ke arah Gilang. Dia terlihat tidak berekspresi melihatku.
Kuperhatikan penampilan Gilang yang ada di hadapanku sangat berbeda dengan yang terakhir aku lihat. Tubuhnya telanjang tidak menggunakan pakaian sehelaipun, ditambah banyak sekali bekas luka cambukan disekujur tubuhnya, entah siapa yang melakukannya, namun jelas kalau pelakunya melakukan itu dengan kasar.
Pergelangan tangan kanannya terlihat menghitam akibat tersengat listrik sewaktu perkelahian kami tempo hari di hutan. Kontol nya dipasangkan cage cock berwarna hitam. Kondisinya kini sungguh memprihatinkan.
Aku menelan ludah beberapa kali, menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh Gilang, aku takut dia akan mencoba kembali membunuhku. Semoga saja dia tidak melakukannya.
Namun tetapi, kaki Gilang tiba-tiba saja menendang wajahku ke arah samping hingga membuat wajah ini terbanting cukup keras. Darah segar mengalir keluar dari mulutku. Sakit sekali, Gilang benar-benar menyerangku.
"Adit, aku merasa jijik kepadamu, wajahmu membuatku ingin muntah...
...tapi aku heran, kenapa sang master menyukaimu. Dia malah menyiksaku sampai aku hampir mati".
Dari nada bicara Gilang, jelas sekali kalau dia tidak menyukai aku, dan aku sangat tahu apa penyebabnya.
"Asal kau tahu Adit, kejadian di hutan waktu itu tidak membuatku mati, namun aku disiksa oleh si tanpa kontol atas perintah sang master dan dikurung disini."
"Aku berusaha melarikan diri namun semua pintu keluar terkunci. Akhirnya aku menyamar sebagai orang mati di dalam kantong mayat, menunggu seseorang membawanya keluar."
"Namun coba lihat apa yang aku dapatkan disini sekarang? Seseorang yang paling aku benci yang sebentar lagi akan aku siksa sampai mati. HAHAHA".
Gilang tertawa. Ekspresi menakutkannya sudah sempurna membuatku melongo tak karuan. Perkataannya sangat jelas menunjukan kalau dia pasti akan membunuhku, ini gawat.
"Kau telah mengambil semua harapanku, kau telah membuatku dibenci oleh sang Master. Kau telah menyebabkan semua kesengsaraan padaku. Aku tidak akan memaafkanmu".
Aku berusaha segera bangkit untuk melarikan diri, namun Gilang tiba-tiba saja kembali menendang kearah kepalaku dengan kakinya. Tendangan itu mengenai bagian telinga kiriku sampai suara dengungan keras aku rasakan menjalar di telinga.
Tak berhenti sampai disitu, kaki kanan Gilang menendang ke arah samping mengincar wajahku, namun aku tidak tinggal diam, tanganku yang masih terbebas di arahkan ke sekitar wajahku, sehingga menahan tendangan Gilang.
Kaki kiri Gilang kini diangkat ke atas dan dihempaskan ke arah kepalaku. Namun untung saja sebelum tendangan itu mendarat, aku reflek menutupi kepala dengan kedua tanganku agar pertahananku semakin kuat sehingga kepalaku terlindungi.
Akan tetapi, serangannya kini bertubi-tubi sampai-sampai aku seolah tidak diberi kesempatan untuk bernafas sekalipun.
"Matilah kau bangsat, semua ini salahmu. Andai saja kau tidak dikirim ke dalam game BEJAD, aku pasti sudah menjadi penguasa disini".
Tanganku rasanya mati rasa akibat menahan tendangan beruntun dari Gilang. Keduanya terasa sakit hingga menjalar ke seluruh tubuhku.
Aku berharap penyiksaan ini akan segera berakhir. Namun, harapan hanyalah harapan. Tendangan itu kini mengarah tidak hanya kepala, melainkan kebagian tubuhku yang lain yaitu perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...