Episode 8 Level Akhir

207 6 0
                                    

Penerangan di lorong bawah tanah ini tidak terlalu baik. Aku dan Vian hampir tidak dapat melihat ujung dari lorongnya. Pada bagian kanan dan kiri dinding terasa seperti dinding keras dan dingin. Kami sempurna terkurung bersama si tanpa kontol di tempat yang tidak kami ketahui.

"Hei bocah pucat, berani sekali kau menyebutku si tanpa kontol." Sambil menunjukkan jarinya ke arah Vian.

"Namaku Kenan. Apa kau tahu apa akibatnya jika kau mengataiku Si tanpa kontol?". Kenan mengancam Vian, tidak terima.

"Jika aku mendengar kata itu lagi darimu. Maka aku akan memotong kontol mu dan menjadikannya dildo milikku hahaha".

Aku dan Vian yang mendengarnya tertegun tak bersuara. Orang yang ada di hadapan kami sepertinya seorang psikopat. Dia tidak akan segan menyiksa kami jika kami tertangkap olehnya.

"Adit, apa yang harus kita lakukan?". "Aku tidak tahu, aku sedang memperhatikan situasi, semoga saja ada celah untuk melarikan diri".

Vian terdengar cemas dengan keadaan kami. Tapi aku mencoba menenangkan kepanikannya dengan memberikan sedikit harapan.

Tak lama kemudian, Kenan melakukan pergerakan, dia meraih kain yang ada di selangkangannya dan mengangkat kain itu sambil menunjukkan kontol nya kepada kami. Kami yang melihatnya tidak percaya sembari melongo keheranan.

Tidak mungkin ada lelaki seperti dia, kontol nya sedang tidak menggunakan cage tapi sempurna tidak memanjang, melipat masuk ke dalam menyentuh bola-bola testisnya. Seolah-olah memang tidak ada batang kontol disitu.

"Kalian tahu, kontol itu digunakan hanya untuk menyalurkan kotoran dan kenikmatan. Namun bagaimana jadinya jika kenikmatan itu bisa didapatkan dari saluran yang lain?".

Aku dan Vian keheranan tidak mengerti pertanyaan Kenan. Tak lama kemudian, aku melihat tangannya merogoh saku celana sembari mengambil sesuatu. Dia mengambil sebuah benda dan ditunjukkannya kepada kami.

Benda yang ada di tangannya berbentuk tabung kecil meliuk tak beraturan berwarna hitam, di bagian ujungnya terlihat ada pegangan. Aku dan Vian memperhatikan benda itu, rasa-rasanya benda itu mirip seperti sumbat.

"Kalian tahu benda apa ini? benda Ini adalah Vibrator untuk dimasukan kedalam anus".

Aku tersentak mendengarnya. Untuk apa Kenan menunjukkan benda seperti itu kepada kami.

"Dasar psikopat gila". Gumamku.

Kenan memegangi vibrator dan menjilatinya penuh nafsu, kemudian dia arahkan ke belakang pantatnya dan sedikit demi sedikit memasukan vibrator kedalam lobang anusnya.

"Aaaaah, Baiklah persiapan pertama sudah selesai". Dia berbicara seolah menikmati aksinya.

"Vibrator ini akan menyentuh prostatku supaya aku bisa ejakulasi saat melawan kalian. Hal itu lebih nikmat ketimbang menggunakan kontol."

Dia terdiam sejenak, kemudian melanjutkan. "Jadi aku tanya pada kalian bocah-bocah. Apa gunanya kontol jika aku bisa merasakan kenikmatan ejakulasi dari sumber yang lain?".

Astaga, jadi itu alasan dia 'meniadakan' kontolnya. Dia hanya ingin mendapatkan kenikmatan ejakulasi dari vibrator yang menyentuh prostat. Astaga, apa yang dilakukannya terdengar gila, namun aku juga pernah merasakan hal seperti itu ketika di setubuhi oleh Vian. Rasanya nikmat, tapi apakah kenikmatan itu harus didapatkan dengan cara 'meniadakan' kontol dan menggunakan vibrator? Aku tidak habis pikir dengan kelakukan Kenan.

"Sekarang persiapanku sudah selesai, waktunya menangkap kalian. Oh iya, jangan berusaha kabur dan melawanku. Karena aku tidak akan segan-segan menyiksa kalian". K

SEX, SURVIVE & GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang