"Gilang, tak kusangka kau masih hidup. Akhirnya kami menemukanmu". Ucapku. Tapi... kondisi Gilang yang aku lihat dihadapkan kami begitu berbeda, Gilang seolah telah melakukan sesuatu pada Jordi, teman kami. Hingga Jordi terlihat tak sadarkan diri bahkan seperti telah mati, karena tubuhnya begitu pucat layaknya mayat.
Aku melangkahkah kakiku keluar dari semak-semak, memberanikan diri menghampiri Gilang. Gilang yang menyadari ada seseorang yang datang terlihat terkejut seraya menoleh ke arahku. Wajahnya pucat pasi ketakutan. "Adit, kau sudah datang?".
Kecemasan Gilang terdengar dari kalimatnya, sepertinya dia terkejut mendapati aku ada dihadapannya.
"Gilang, kau baik-baik saja?" Aku terus bertanya memastikan keadaan Gilang sembari melangkah maju mendekatinya.
Namun, Gilang terus berjalan mundur menghindari kami, aku dan Rey merasa heran dengan tingkahnya, padahal kami tidak akan menyakitinya sama sekali.
"Gilang, siapa orang yang terkapar disana, dia mirip sekali dengan Jordi". Rey mengajukan pertanyaan yang lain karena dia memperhatikan sosok tubuh yang tergeletak tak jauh di posisi Gilang.
"Tunggu kalian berdua, jangan mendekat". Jawab Gilang dengan raut wajah semakin pucat dan keringat bercucuran di keningnya.
Gilang terus melangkah mundur perlahan, sedangkan aku dan Rey telah tiba di lokasi Jordi tergeletak. Rey meraih tubuh Jordi. Namun alangkah terkejutnya Rey ketika mendapati tubuh Jordi benar-benar telah dingin dan sangat pucat. Rey memeriksa denyut jantung di tubuh Jordi yang tidak terbalutkan busana itu, lalu Rey menyadari bahwa tidak ada detak jantung berdetak disana.
"Gilang, kenapa sama Jordi? dia seperti sudah mati, apa yang loe lakuin?". Rey bertanya kepada Gilang dengan penuh keheranan.
Aku yang mendengarnya segera lekas menyambangi tubuh Jordi dan memeriksa tubuh itu dengan seksama. Ternyata apa yang dikatakan Rey memang benar, Jordi sudah tidak bernyawa lagi.
Aku yang semula mengkhawatirkan kondisi Gilang, kini berbalik mempertanyakan apa yang telah Gilang dan Jordi lakukan hingga Jordi seperti sekarang ini. Aku dan Rey menuntut jawaban pada Gilang.
"A-aku tidak melakukan apa-apa, aku cuman..."
"Cuman apa?" Tanya Rey.
"Cepat jawab!" Perintahku.
"Ngentotin dia dan entah kenapa dia jadi seperti itu setelah beberapa kali ku entot". Jelas Gilang sambil tertunduk melihat tanah.
Rey dan aku saling tatap tak percaya dengan apa yang kami dengar, kami hanya bisa terdiam membisu.
"Mungkin saja aku sudah membunuh Jordi". Ucap Gilang.
Aku tidak percaya Gilang membunuh Jordi.
"Pasti kamu bohong kan Gilang?" Tanyaku pada Gilang yang ada dihadapkan kami.
"Sayangnya itu benar Adit. Aku telah memperkosa dan mengentot Jordi beberapa kali. Jordi terus meronta kesakitan dan minta padaku untuk berhenti, namun aku terus memaksanya sampai aku emosi dan mencekiknya hingga tewas. Aku memiliki ambisi untuk menjadi pemenang, aku ingin menjadi raja dan aku...". Gilang menghentikan sejenak kalimatnya. "...dan aku ingin menjadi pelayan sex sang master".
Aku dan Rey, benar-benar tidak habis pikir. Pengakuan Gilang sungguh diluar dugaan kami. Kami sama sekali tidak mengerti apa yang Gilang ucapkan.
"Apa maksud loe?". Aku menuntut penjelasan dari Gilang.
"Aku menikmati game BEJAD ini. Setiap hari, setiap waktu, aku bisa memuaskan nafsu sex tanpa ada yang melarang dan menghukumku". Gilang tertunduk. "Akan tetapi, aku menolak ketika aku mengetahui kalau pemenang dari Game ini akan dikembalikan ke laboratorium...".
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...