“Tuan, semua pasien di seluruh dunia sudah mentransfer uang mereka. Mereka sudah siap menyaksikan aksi Adit dan Rey. Hanya saja mereka mengeluhkan waktu yang lebih cepat dari Jadwal. Sehingga mereka mengancam uang mereka kembali, apabila pertunjukan pembangkitannya gagal menyembuhkan penyakit mereka”.
“Alasan dibalik jadwal dipercepat karena Adit yang tiba-tiba datang kemari. Katakan saja kepada mereka, kalau pertunjukan kali ini kupastikan akan menjadi obat untuk penyakit mereka”.
“Baik tuan”
“Adit, nasib Dunia sekarang ada di tanganmu. Kalau kau bisa menjadi obat bagi mereka, maka akupun akan sangat diuntungkan. Lakukanlah yang terbaik”.
***
Kenan melangkah keluar ruangan meninggalkan aku dan Rey, kemudian tak lama setelahnya ada monitor besar yang diturunkan dari atas langit-langit ruangan. Monitor yang di atas kami menyiarkan siaran langsung kontol Kenan. Itulah juri kami saat ini.
“Rey dengerin gue, kita harus keluar dari tempat ini gimanapun caranya”.
“Setuju, tapi gimana? dengan BDSM?”
“Dengerin rencana gue”.
Kudekatkan mulutku ke arah telinga Rey, membisikan rencana untuk kabur. Rey hanya mengangguk mengerti dengan semua rencanaku. Tak lama kemudian aku berdiri dan mengarahkan wajahku ke monitor yang ada di atas kami. Aku hendak berbicara dengan Kenan dan si Master.
“Hei, kami tidak bisa melakukan pertunjukan dengan keadaan terikat seperti ini, apa kalian tidak membukakan ikatan kami terlebih dahulu?”.
Sesaat hening tidak ada jawaban yang kudapatkan, tetapi setelah beberapa menit menunggu akhirnya aku mendengar suara desingan pintu terbuka. Terlihat seorang petugas menggunakan penutup kepala, kacamata dan baju lengkap berwarna hitam seperti komplotan yang menyergapku tempo hari berdiri di balik pintu. Aku tidak bisa melihat wajahnya, padahal aku sangat ingin melihatnya.
Petugas itu masuk ke dalam ruangan disusul pintu yang kembali menutup. Dia mendekat ke arahku.
“Berbaliklah, aku akan melepaskan ikatanmu”.
Aku mengikuti perintahnya.
“Setelah ini, kau harus membebaskan Rey” aku memerintah.
Petugas itu hanya terdiam tidak menanggapi. Sesaat setelah ikatanku terlepas, dia berjalan menuju ke arah Rey dan mulai melepaskan ikatan Rey.
“Bagus sesuai rencana”. Gumamku.
Melihat petugas itu sibuk membuka ikatan, aku segera berlari ke arah patung Dildo yang paling besar di pojokan ruangan yang sebelumnya sudah aku incar.
Patung Dildo itu aku ambil dan aku pukulkan sekeras mungkin ke arah kepala petugas yang membelakangiku.
“Akh”.
Orang itu kesakitan menerima pukulan, akan tetapi pukulanku tidak cukup membuatnya pingsan. Petugas itu membalikkan badan menghadap ke arahku. Sepertinya dia akan melakukan sesuatu yang buruk. Namun sebelum ia sempat melancarkan aksinya. Rey yang sudah terbebas di belakang tiba-tiba melilitkan tali yang semula digunakan untuk mengikat tangan Rey ke leher petugas itu.
“Bagus sekali Rey”. Aku tersenyum puas.
Petugas itu meronta melawan namun ikatan Rey sepertinya sangat kuat sehingga sedikit demi sedikit petugas itu kehilangan tenaga.
“Rey, jangan bunuh dia, ingat rencananya”.
“Baik”.
Aku mengingatkan Rey untuk tidak membunuh petugasnya, karena kita masih memiliki rencana dengan petugas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...