"Tuan, semua persiapan sudah selesai. Sekarang kita bisa memulai pertunjukan utamanya". "Bagus, aku sudah menunggu saat-saat seperti ini. Beritahu mereka untuk segera menyiapkan uangnya". "Baik Tuan".
***
"Rey, walaupun ingatan tentangmu selama ini adalah kebohongan, namun aku tidak peduli, aku tetap menyayangi dan mencintaimu Rey". Aku mengatakan itu di depan wajah Rey sembari menahan air mata. Aku lap air mataku yang mengalir di wajahnya, kemudian aku pegangi bibirnya yang agak membiru sembari sesekali menyibakkan rambut yang menghalangi wajah rupawan Rey.
Cahaya rembulan membuat wajah itu berkilauan. Mata Rey begitu Indah, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang indah seolah menambah kesempurnaan ciptaanNya. Aku ingat betapa bibir itu selalu tersenyum kepadaku dulu, walaupun di ingatanku aku selalu berbuat jahat pada Rey, tetapi Rey selalu tersenyum. Astaga, semakin aku mengingatnya, semakin aku tidak bisa menahan bendungan air mataku. Mereka berjatuhan seperti hujan deras yang membasahi bumi yang gersang.
Di dalam kesedihanku meratapi Rey, tiba-tiba aku mendengar suara. Suara itu memanggil namaku. "Halo Adit". Aku terkejut, aku harap itu datang dari mulut Rey. Akan tetapi mulut Rey sempurna terdiam.
Suara itu kembali terdengar, kali ini menyuruhku melakukan sesuatu. "Dekatkan jam tangan Rey di kupingmu Adit". Aku sedikit terheran, namun Aku lakukan apa yang diperintahkan.
"Halo Adit, perkenalkan, aku adalah orang yang memasukkanmu ke dalam Game BEJAD ini". Astaga, benarkah dengan apa yang aku dengar, aku tidak percaya. "Siapa kamu?". "Panggil saja aku si Kelinci". "Anjir, bangsat loe!". Aku membentak suara itu lebih keras dari sebelumnya. "Apa yang udah lo lakian ke gue Bajingan?. Cepat keluarin gue dari permainan gila ini, gue ngak pernah minta buat ikut dalam permainan Bejat loe". "Hahaha. aku pasti akan mengeluarkanmu Adit. Aku hanya ingin bermain-main sedikit denganmu". Suara itu menjengkelkan sekali.
"Apa maksud loe? apa yang loe mau dari gue?". "Aku hanya ingin melihat pertunjukan persetubuhan sesama lelaki terbaik darimu. Dengan begitu rasa haus akan sex milikku bisa terpenuhi". Mendengar ucapan itu aku semakin marah. "Bajingan! jangan main-main sama gue. loe dimana? gue samperin loe. Gue bunuh loe bangsat".
Aku mengancam si kelinci karena dia sudah menyebabkan semua kesengsaraan ini terjadi kepadaku. "Tidak perlu repot-repot kau mencariku Adit, aku pasti akan menemuimu. Kau hanya perlu menang dalam permainan ini dan aku akan datang padamu".
Sialan pikirku, aku tidak akan memaafkannya. Pasti akan ku bunuh dia jika bertemu nanti.
"Oh iya aku minta maaf tidak segera mengirimkan 'hadiah dari langit' untuk Rey, karena aku hanya ingin bicara berdua saja denganmu". "Bajingan! Apa yang udah loe lakuin, Rey bisa saja mati, cepat beri dia obatnya, kalau tidak, aku akan mengutukmu seumur hidupku". "Okey, Tenanglah, obatnya sebentar lagi akan datang. Kau tidak perlu khawatir, lagian aku juga sudah menyiapkan hadiah istimewa untukmu, aku harap kau bisa menggunakan hadiah itu dengan baik dan bisa memberikan pertunjukan tak terlupakan untukku".
Setelah kalimat itu selesai, kudengar suara BIP dari jam tangan Rey. Sepertinya sambungan komunikasi kami sudah terputus. Terdengar suara Drone menghampiri posisi kami tak lama setelah percakapan kami selesai.
Aku buru-buru berlari menghampiri drone yang membawa kotak 'hadiah dari langit', kemudian membukanya, tapi kotaknya terkunci, anehnya tidak ada lubang kunci di kotak tersebut. Aku kebingungan dan mencoba mengingat apa yang dilakukan Rey saat akan membuka kotak waktu itu.
"Oh iya gue inget".
Aku teringat sesuatu dan berlari ke arah Rey. Aku mulai meraih tangan Rey yang memakai jam dan aku dekatkan ke arah kotaknya. Seketika itu juga, terdengar suara BIP BIP di iringi suara kotak terbuka Krek. Aku menghembuskan nafas lega. Aku mulai mencari perban dan obat-obatan di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX, SURVIVE & GAME
Teen Fiction**GAY ALERT** HOMOPHOBIA, SILAHKAN PERGI!!! Perkenalkan namaku Aditya Al Rhysjad. Sebenarnya aku tidak pernah tahu, apa yang terjadi pada diriku saat ini. Semuanya seperti percampuran antara kenyataan dan mimpi. Aku tidak tahu lagi, siapa yang harus...