Anak Dewa Dewi

219 22 2
                                    

Esok hari adalah satu tahun.
Dua hari adalah dua tahun.
Tiga hari adalah tiga tahun.

Tidak ada satu bulan, mereka tumbuh menjadi anak 10 tahun. "Ingat kapan mereka lahir? Bagaimana keadaan mereka saat lahir?"

Nie furen memandang tanya pada Jiang wanyin. Jiang wanyin yang ditatap tanya hanya memandang aneh pada hubungan mereka. Bagaimana tidak, Jiang wanyin yang berkunjung ke Qinghe nie disambut sendiri oleh Nie furen. Seolah - olah ia tengah menunggu kehadirannya, seolah ia tau, Jiang wanyin akan segera sampai.

Tidak hanya itu, Nie huaisang tidak lagi memberinya tatapan tidak suka akan sikap istrinya pada Jiang wanyin. Sebaliknya, Huaisang memilih untuk menimang putranya. Seperti yang dilakukannya saat ini, Jiang wanyin dan Nie furen yang berbincang di meja. Sementara Huaisang di belakang istrinya tengah bermain dengan putra yang ada di dekapannya.

Jiang wanyin memandang tidak mengerti dengan prinsip mereka berkeluarga. Ah sudahlah, itu bukan urusanku. Yang terpenting adalah informasi dari istri Huaisang.

"Seperti, mereka akan tumbuh dengan sekejap mata , bukanlah berpuluh puluh tahun. Melainkan dalam beberapa hari sudah berpuluh puluh tahun?"

Nie furen mengganggukkan kepalanya, "Mungkin karena mereka adalah anak dewa dewi"

Memang benar, baru satu minggu kehadiran Lan Jiang tapi mereka sudah tumbuh besar. Bukan sekedar tumbuh besar, namun benar benar besar. Menjadi 7 tahun.

"Aku hanya melihat mereka disaat mereka sekisar anak berumur belasan. Aku tidak bisa meyakinkan umur mereka dengan pasti. Aku mengambil keputusan sepihak, jika itu adalah batas pertumbuhan mereka." Nie furen kembali menekankan kalimatnya akan 'keputusan sepihak'. Dimana maksudnya adalah kesimpulannya sendiri dengan sudut pandangnya sendiri.

Melihat adanya ketegangan, Huaisang ikut bergabung dengan mereka.
"Pertama kali aku bertemu dengan Ye-er, disaat aku melakukan pemeriksaan pada wilayah patrol di pemakaman leluhur. Melihat ada seorang perempuan yang ikut berdiri di barisan penjaga. Aku mengingat kembali jika sebelumnya ada perempuan yang menyalonkan diri sebagai murid Nie. Memang aku tidak menerimanya begitu saja. Namun hasil tes yang ada ditanganku kala itu. Sempurna, ini adalah kemampuan perempuan yang ku inginkan untuk menjadi murid Nie.

Melihat interaksi Jiang-xiong juga Ye-er, aku merasa jika Ye-er bisa melihat masa depan melalui mimpinya" Huaisang mengakhirinya dengan senyum tulus pada istrinya.

"Hh! Apanya yang melihat masa depan. Aku hanya melihatnya merancang rencana dengan banyak kemungkinan dan sebab akibat serta solusi di setiap jalan yang dipilih. Sama seperti yang dilakukan seseorang pada beberapa dekade lalu" Jiang wanyin menjawabnya dengan mengangkat alis pada Huaisang

"Eh~ Apa itu artinya Jiang-xiong mengakui kemampuan berpikir jauhku?"

"Tidak mencerminkan head-shaker sama sekali!"

Candaan dari Huaisang terus ia serang, mencoba menggali muslihat yang tengah disembunyikan Jiang wanyin. Dari pandangan seorang head-shaker, sahabat lamanya itu, Jiang wanyin, datang tidak hanya sekedar mendengar mimpi istrinya. Namun ada hal lain yang ingin ia katakan padanya.

"Ayolah Jiang-xiong~ Ataukah kau memerlukan ruang hanya denganku?" Nie furen yang sudah bersiap untuk berdiri, harus urung saat Jiang wanyin memintanya untuk tinggal.

Huaisang mengangkat alisnya, sedikit memajukan badanya. Menunjukkan ekspresi antusias untuk mendengarkan keluh kesah sahabatnya.

Jiang wanyin yang mendapat pancaran penasaran dari Huaisang, mulai merasa risih. Apalagi di sebrangnya, Nie furen hanya terus tersenyum dengan sedikit sedikit memainkan alis matanya. Pelipis Jiang wanyin mulai berkedut, "Aku pergi!"

Teratai Yunmeng Jiang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang