Rasa Dari Ketidakhadirannya

105 11 0
                                    

Danau begitu penuh akan bunga teratai. Hawa dingin yang ada tidak mengidahkan seseorang untuk beranjak dari tempatnya berdiri. Ini bukanlah di Yunmeng. Air terjun suci yang dikenal baik untuk penyembuhan, berubah menjadi danau teratai buatan. Entah sejak kapan. Namun itu tidak masalah, karena itu mejadi obat penyembuh untuk seseorang, terkhususkan.

Seseorang sedang tidak memikirkan bagaiman angin dingin menusuk tulangnya. Seseorang itu hanya menatap kosong teratai. Tak indah karena itu bukan tempatnya teratai. Beberapa bahkan perlahan mati.

"Jika, aku membawa banyak teratai. Apa Jiang zongzhu akan muncul di sini?"
Itu adalah pernyataan bodoh yang orang itu sendiri mengakuinya.

Begitulah biru danau berhiaskan ungunya teratai. Tapi itu tidak sepenuhnya ungu.

Sakit. Biru dalam dirinya telah memudarkan ungu. Warna ungu yang perlahan padam, dijaganya dengan hati.

Setetes air mata terjun dari wajah datarnya. Ah, dia menangis tanpa di sadari.
"Ternyata, aku masih memiliki kantong mata."

Dia memang ingin menangis karena kehilangan. Tapi dari sekian kehilangan, dia pikir sudah tidak ada air mata dalam dirinya.

"Menyedihkan"
Ucapnya pada diri sendiri, mengusap air mata.

Awan bertebaran di mana-mana. Tapi awan dalam diri orang itu, merindukan bagaimana memeluk teratai ungunya. "Ini benar-benar berbeda."

Sepertinya, angin dingin berhasil mendorongnya untuk pergi. Meski alasan sebenarnya adalah untuk mencari kabar baik dari Yunmeng jiang.

Murid lan yang lalu lalang ia beri senyuman. Itu adalah kegiatan yang sudah biasa dilakukannya. Seseorang yang murah senyum. Akan tetap tersenyum meski tidak dengan matanya.

Mengerikan.
Memang begitulah kondisinya saat ini.
Tidak ada yang berani berkomentar.

"Sampaikan pada Shufu, aku hanya akan kembali untuk mengambil beberapa teratai."

Penjaga gerbang Gusu akan melarangnya, tapi kecepatannya dalam menaiki pedang meloloskannya.

Penjaga gerbang memijit kepala. "Benar-benar. Apakah keluarga Lan tidak memiliki keberuntungan perihal cinta? Pergilah. Dan sampaikan pesan Zewujun pada Tetua lan."

Zewujun merentangkan tangannya. Saat ini, dia membiarkan awan memeluk dirinya sendiri. Tapi kelak, dia hanya akan membiarkan Jiang nya lah yang berhak memeluknya. Hanya Jiang nya.

Dari kejauhan, pemukiman di atas danau mudah terlihat. Tapi di antara mereka semua, tidak ada seseorang yang dinantinya. Berasa sia-sua untuknya datang berkunjung.

Meski begitu, ada satu orang yang harus dipastikan keberadaannya. Jiang xiwa. Berjalan dengan anggun meski tumpukan dokumen ada dipelukan tangannya. Zewujun tidak akan memujinya, tidak untuk saat ini. Mereka adalah orang yang bisa melakukan apa yang bisa dilakukan dalam situasi apapun.

Karena itu, Zewujun lebih memilih untuk menurunkan pedangnya di dekat danau. Menunggu Jiang wanyin. Sebenarnya, Zewujun juga tidak mengerti kenapa dia hanya ingin menunggu Jiang wanyin? Apakah perasaannya ini bisa disandingkan dengan bagaimana perasaan Lan wangji kepada Wei wuxian?

Lan xichen menggelengkan kepalanya. Aku bahkan tidak yakin bisa menunggu seseorang yang sudah tiada.

Lan xichen teringat perkataan Tetua jiang yang menyetujui akan kematian Jiang wanyin. Bukankah dia seperti seseorang yang sudah putus asa?

Lan xichen duduk bersila. Benar. Aku bukan orang yang mudah putus asa. Aku menunggu di sini, karena aku yakin akan kembalinya Jiang zongzhu.

Namun untuk sesaat, perkataan Pamannya terlintas. Bagaimana Pamannya yang melihatnya dengan khawatir akan sikapnya kepada Jiang zongzhu. Membawa Jiang zongzhu yang terluka ke Gusu, bahkan ke kamarnya. Sikapnya yang menentang siapapun untuk membawa Jiang zongzhu pergi dari Gusu, sekalipun itu Jin rulan keponakannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teratai Yunmeng Jiang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang