Namanya Jevin. Jevin Aprilio Suteja. Mantan pertama Brina alias cowok pertama yang pernah jadi pacarnya. Mereka pacaran di sepanjang masa SMA, dan putusnya setelah kelulusan. Pasalnya, Jevin diterima kuliah di University of British Columbia, jadi harus terbang ke Canada sana. Dan karena dia nggak mau LDR, Brina pun diputusin.
Mereka lost contact setelah putus. Tepatnya sih, Brina yang nggak mau tau apapun lagi tentang Jevin karena takut semakin patah hati. Jadi lah mereka udah lama banget nggak ketemu. Mungkin udah delapan atau sembilan tahun kali.
So, wajar aja dong kalau Brina kaget banget lihat si Jevin yang nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba muncul di kantornya.
Dan yang lebih kagetnya lagi...
"Nah, ini Mas Jevin yang ditunjuk untuk jadi manajer baru di divisi Pelaksanaan Pembelajaran menggantikan Pak Theo yang sekarang sudah pindah jadi ketua departemen di Sekper."
Brina bengong sebengong-bengongnya manusia setelah Pak Rahmat, ketua departemen mereka mengenalkan Jevin sebagai manajer baru di divisi Brina dalam rapat mereka.
"Mas Jevin ini sebelumnya kerja di Canada, dia juga lulusan dari University of British Columbia. Walau seumuran sama Brina dan Aidan, tapi karena pengalamannya selama di Canada, Mas Jevin bisa diterima lewat experienced professional hire di perusahaan kita dan akhirnya terpilih untuk jadi manajer di sini."
Pak Rahmat mengenalkan Jevin kayak lagi membanggakan anak laki-lakinya. Sumringah banget. Tapi nggak heran juga, beliau pasti senang karena punya SDM baru di timnya yang keren dan berkualitas begitu.
Iya, Brina mengakui Jevin keren.
KEREN BANGET.
Diam-diam, Aidan yang ada di sebelah Brina menyikutnya pelan. Tuh cowok secara natural nutupin bibir pakai tangan terus berbisik ke Brina, "Belom ada cincin kawinnya, Brin. Pepet gih."
Brina melirik Aidan tajam. "Bacot," desisnya.
Setelahnya, Brina nggak terlalu fokus di sisa rapat itu. Dia menyimak seadanya aja pembahasan di depan. Bukannya apa ya, cuma gimana bisa Brina fokus di saat ada Jevin duduk di seberangnya? Bagi Brina, rasanya masih kayak mimpi.
Selama delapan tahun lewat ini, ada banyak hal yang sudah terjadi di hidup Brina. Banyak orang baru yang datang, yang mana hal itu secara nggak sengaja menyingkirkan eksistensi Jevin dari daftar orang-orang yang ada di kepala Brina.
Beneran deh, sebelum mereka tabrakan di koridor tadi, nggak ada Brina ingat Jevin sedikit pun. Karena memang udah lama banget mereka nggak interaksi, dan Jevin pun sudah jadi bagian dari masa lalu yang hidup di memori terpendam Brina doang.
Brina nggak pernah berekspektasi bakal ketemu Jevin lagi di masa depan, apa lagi memperkirakan Jevin sebagai manajer barunya di kantor.
That's why it feels unreal, and...he looks unreal too.
Nggak tau deh berapa kali Brina curi-curi pandang ke Jevin sepanjang rapat ini karena cuy...Jevin jadi cakep banget! Dulu aja dia udah cakep, sekarang makin-makin lagi. Entah karena bertahun-tahun kena angin Canada, atau karena pembawaannya yang udah jadi lebih dewasa.
Dulu Jevin cakep tapi kurus kerempeng, sekarang badannya udah lebih tinggi dan bulky, kelihatan kalau rajin nge-gym. Kulitnya bersih, mukanya nggak berubah tapi jadi lebih ganteng, rambut hitam legamnya di-styling comma haircut, yang mana perpaduan itu semua bikin aura Jevin luar biasa karismatik. Ganteng, berwibawa, cerdas, dan vibes dari luar negerinya kelihatan banget pokoknya.
Dengan penampilan Jevin yang begitu, Brina super malu kalau ingat kejadian mereka tabrakan tadi. Karena berbanding terbalik dengan Jevin, Brina justru kucel, muka sembab, mata merah, dan rambut lepek. Di saat Brina menganggap Jevin glow up parah, Jevin pasti mikir kalau Brina justru glow down.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Weton
RomanceGara-gara weton, Brina diputusin pacarnya. Gara-gara diputusin pacarnya, Brina patah hati berat dan nyaris nggak mau percaya cinta lagi. Tapi ternyata semesta baik hati, soalnya Brina nggak disuruh berlama-lama patah hati. Muncul Lingga, cowok spek...