{41} akhir dari segalanya

64 5 0
                                    

holaaaa

jangan lupa tinggalkan 💬⭐

~happy reading~

"Senyumnya sirna, dunianya hancur, tawanya hilang, dunianya kembali abu-abu. Dia menderita." Jelas Shaka membuat mulut Muzza kembali bungkam.

Sesak? Sekali.

"Jiwanya ikut pergi sama lo, Za." Timpal Zerro, dimeja bundar itu tak lagi ada tawa, hanya ada suasana yang seketika berubah dingin.

"Dia nungguin lo sampai saat ini." Sambung Alora.

"Hatinya hancur berserakan, karena lo Claira kehilangan dirinya." Tutur Lidia.

"Gue yakin Claira itu gadis yang ceria, tapi sayangnya gue kenal sama dia disaat dia kehilangan dirinya." Elisa menimpali, memang ia mengenal Claira disaat Claira sudah kehilangan jati dirinya.

"Muzza, dunia Claira muram. Gimana dia mau tetap hidup sedangkan semestanya pergi?" Tanya Lidia.

"Ada yang kembali karena sesuatu belum berakhir, lo juga 'kan?" Tanya Shaka.

"Gue gak mau jadi luka baru buat Claira." Ucap Muzza tersenyum kecut. Jauh dari lubuk hatinya Muzza menginginkan kisahnya kembali terulang, Muzza juga sudah 3 tahun belajar untuk tidak berinteraksi dengan gadis-gadis. Dia kembali dengan versi terbaik.

"Penyembuh lukanya cuma lo, gak semua yang kembali itu akan memberikan luka yang sama."

"Kalian usai, tapi gak benar-benar selesai." Ucap Zerro.

"Kembali Muzza, kembali jadi semesta buat Claira." Pinta Lidia.

"Za, selamat kembali pada nyaman yang lama." Zerro menyunggingkan senyum tipis. "Akhiri penderitaan gadis lo, Za. Dia masih terikat sama lo." Sambungnya.

"Penyembuhnya cuma lo kembali. Balik untuk jadi yang terbaik, ya?" Pinta Alora.

"Gue sakit ngeliat Claira kayak gitu, gue ikut hancur saat Claira hancur, mungkin kembalinya lo bisa membuat senyumnya juga ikut kembali." Timpal Lidia.

"Datang kembali untuk merapikan yang tertinggal, okay?" Tanya Elisa.

"Claira butuh tempat pulang, dan rumahnya itu lo, Za. Keluarganya hancur berantakan, hatinya juga tak kalah hancur, tetapi penyembuhnya itu cuma lo."

"Kembali untuk Claira, ya?"

×××

Muzza menyunggingkan senyum cerah saat ia diterima di universitas yang sama dengan teman-temannya. Muzza memang melanjutkan kuliahnya di Indonesia, karena urusan di London telah usai.

Keluar dari ruangan itu dengan senyum yang tak luntur. Banyak gadis-gadis yang berteriak heboh melihat Muzza yang berjalan di koridor, tetapi itu sama sekali tak dihiraukan Muzza.

Muzza memang akan berubah, ia tak mau lagi menyakiti banyak gadis-gadis hanya karena waktu luangnya. Sekarang Muzza ingin menghabiskan waktu luangnya untuk sesuatu yang positif.

Saat hendak berbelok ke parkiran Muzza berpapasan dengan seorang gadis, bibir pucat yang senantiasa melengkung kebawah, mata sayu yang dikelilingi lingkaran hitam.

[√] 1. ElmuzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang