{13} kedai es krim

29 2 0
                                    

Holaaaaaw

-happy reading-

"Suka banget sama gulali?" Tanya Muzza memperhatikan Claira yang memakan permen kapas itu dengan antusias.

Claira mengangguk cepat, "Aku gak pernah nyobain sebelumnya, aku gak nyangka rasanya selezat ini."

"Kalo gak pernah nyoba kenapa lo heboh banget minta dibeliin ini?" Muzza mencubit permen kapas miliknya kemudian memasukkan nya di dalam mulutnya.

"Makan permen kapas ini impian aku dari kecil," Ucap Claira membuat Muzza menegakkan tubuhnya seolah siap mendengar cerita dongeng yang akan di bacakan Claira.

"Dulu, setiap aku minta di beliin ini, mama selalu marah." Claira menunduk lesu mengenang masalalu nya.

"Kenapa marah? Bukannya keluarga lo orang yang berada ya? Lagian ini harganya juga terjangkau." Heran Muzza.

"Muzza, hidup bergelimang harta gak selalu menjamin kebahagiaan." Claira mendongak menatap Muzza yang kini juga tengah menatapnya, "Keluargaku punya banyak harta, tapi gak pernah punya waktu." Sambungnya.

"Waktu mereka hanya untuk menumpuk harta, kalaupun ketemu waktunya selalu di gunain buat debat."

"Hey," Muzza menghapus air mata Claira dengan ibu jarinya, "Hari ini impian lama lo terkabul, buat apa nangis?"

"Makasih, udah penuhi impian aku." Muzza membawa Claira kedalam dekapannya, mengusap punggung bergetar itu dengan pelan.

"Aku seneng akhirnya hari ini impianku terkabul, udah lama aku menanti hari ini." Claira bersandar di dada bidang Muzza dengan nyaman, "Dulu aku kira Papa yang bakal wujudkan, tapi ternyata salah. Dan dulu aku juga sempat ngira kalo Dilan yang bakal kasih, tapi ternyata enggak."

"Lo masih suka Dilan?" Tanya Muzza, rasanya sedikit sakit mendengar Claira menyebut nama Dilan di hadapannya.

"Aku membelanya saat orang-orang selalu bilang kalau dia orang jahat dan tidak pantas untukku, sialnya kejadian kemarin membuktikan bahwa mereka benar."

"Ini waktunya untuk lo, melepaskan manusia favorit lo." Muzza menjeda ucapannya, "Ra, gue tau lo benci dengar kata people come and go, tapi itu nyata. Tuhan selalu membuat kita merasakan kehilangan seseorang, tapi ia tak pernah lupa untuk memberi lagi. Memberi yang jauh lebih baik."

"Tuhan, melepaskan orang-orang jahat, agar seseorang yang baik bisa hadir." Ucap Muzza tersenyum lebar.

"Yuk, beli makanan Zuzu. Gue tau dada gue emang nyaman buat bersandar." Claira lantas bangkit mendengar kenarsisan Muzza.

Memang tidak bisa di ajak romantis!

Claira berjalan cepat meninggalkan Muzza dengan sebal, bukannya menyusul Muzza memandang punggung Claira yang mulai menjauh dengan pandangan yang tak dapat diartikan.

Merenung, melamun seperti orang gila menatap kosong kearah depan dengan menerawang jauh, hanya satu yang ada di pikirannya.

Inner child.

Itu yang sedari tadi menganggu pikirannya, "Apa mungkin... Gak! Gak mungkin." Muzza memukul kepalanya kuat untuk menangkis pikiran buruk itu.

[√] 1. ElmuzzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang