PROLOG

883 134 44
                                    

Pertemuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertemuan

Musim semi telah berlalu. Bunga sakura yang indah kini berganti menjadi daun berwarna hijau yang rimbun dan memenuhi sepanjang jalan. Musim panas disambut sebagian besar orang dengan suka cita. Di musim ini, mereka bisa menikmati waktu berlibur bersama keluarga, teman, sahabat dan kekasih mereka. Mengukir sebuah kenangan indah untuk musim berikutnya.

Xiao Zhan, pemuda berusia 19 tahun yang kini tengah menonton rekaman video di laptopnya tersenyum sambil mengunyah camilannya.

"Berhenti tertawa seperti itu, Zhan. Ayo kita pulang." Seorang lelaki muda dengan setelan jas yang rapi berkacak pinggang setelah membereskan koper adiknya itu.

Xiao Zhan segera merangkul pinggang sang kakak dan memeluknya manja.

"Di mana Ayah? Apa dia tidak mau menjemputku?" ujarnya sambil mendongak kepala demi melihat wajah sang kakak.

"Setiap hari Ayah melihatmu."   Yangyang---kakak Xiao Zhan---mencubit hidung sang adik dan mengusap kepalanya.

"Bagaimana jika Ayah tak bisa melihatku lagi besok?" celetuk Xiao Zhan sedikit kesal.

Air muka Yangyang berubah, lelaki itu kemudian berkata, "Apa yang kau bicarakan?"

"Ya, aku hanya berkata siapa tahu besok atau lusa aku sudah tak ada lagi di dunia in---"

"Hentikan ucapanmu! Sekarang matikan benda itu dan ayo kita pulang. Ayah berada di rumah untuk menyiapkan pesta kepulanganmu."

Mendengar suara Yangyang yang sedikit meninggi, Xiao Zhan akhirnya mematikan Handycam-nya dan beranjak dari ranjang tanpa menatap sang kakak.

"Lain kali jangan berkata seperti itu di depan Ayah. Ayah bahkan rela tak tidur setiap malam karena memikirkanmu."

"Hm, aku tahu. Maafkan aku." Xiao Zhan menghela napas berat. Sejenak memejamkan mata demi mengatur ritme napasnya hingga akhirnya dia kembali melangkah.

Sepanjang perjalanan Zhan tak banyak bicara. Dia tahu telah melukai hati Yangyang dan Ayahnya. Ya, jika berbicara kematian, sang Ayah pasti akan teringat pada ibunya yang meninggal karena penyakit yang sama dengan Zhan. Mata pemuda itu kini hanya tertuju pada pemandangan di luar sana.

Zhan segera mengambil Handycam-nya dan mengabadikan momen saat melihat sakura yang terbang dan rontok dari rantingnya.

"Musim panas akan segera tiba," bisiknya pelan.

Yangyang yang mendengar ucapan sang adik kemudian memerhatikannya dari kaca spion.

"Ayah telah memilih universitas yang cocok dengan hobimu. Bibi Han juga telah memasak makanan kesukaanmu."

"Hm. Aku pasti akan menjadi mahasiswa paling tua di tahun ini."

"Jangan khawatir, kau pasti bisa berbaur, Zhan." Semangat Yangyang pada adiknya itu.

Xiao Zhan tahu betul bahwa keluarganya telah mencurahkan seluruh perhatian hanya padanya. Bahkan permintaan Zhan untuk berkuliah pun pada akhirnya dikabulkan sang Ayah. Padahal selama ini Ayahnya dikenal sebagai lelaki yang tegas dan sangat sulit tersenyum di luar sana. Hanya pada Zhan lelaki itu selalu tersenyum.

Semenjak Ibunya meninggal karena melahirkannya, Ayah Zhan tak pernah terlihat tersenyum. Namun, seluruh perhatian tercurah pada Zhan karena Xiao Jia---Ibu Xiao Zhan dan Yangyang---meminta sang suami untuk menjaga putra-putranya terutama Xiao Zhan yang dua tahun ini divonis memiliki penyakit langka yang tidak bisa disembuhkan.

Hipertensi paru yang dideritanya memaksa Zhan menjalani serangkaian pengobatan hingga operasi. Sang kakak yang seharusnya sudah menikah pun justru lebih memilih menemani sang adik setiap pulang bekerja.

Ya ... semua orang benar-benar menyayanginya, tapi ... itu justru membuat Zhan takut. Setiap hari saat ingin menutup mata, harapannya hanya satu. Semoga dirinya masih bisa membuka mata pada esok hari.

Lampu lalu lintas yang merah membuat mobil berhenti sejenak. Zhan menoleh kesamping dan memerhatikan  segerombolan pemuda sedang berolah raga. Matanya kemudian tertuju pada satu pemuda yang tengah bermain skateboard. Tak lupa Zhan segera membuka jendela dan merekam momen itu.

Sejenak Zhan melihat pemuda itu menoleh padanya lalu tersenyum. Senyuman yang indah bersamaan dengan sinar matahari memperjelas siluet tubuhnya. Lampu hijau telah menyala dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Senyuman yang indah," ujar Zhan saat memutar ulang videonya.

"Siapa?" tanya Yangyang ingin tahu.

"Entahlah."




Adakah yang tertarik dengan kisah Xiao Zhan berikutnya?

Kisah seseorang dengan kehidupan yang bergelimang harta, serba ada, tapi Tuhan tak pernah puas dengan makluknya. Sebuah ujian dia berikan agar dia tahu bagaimana menjalani hidup dengan baik. Melihat dua sisi yang berbeda.

Sebagai seorang manusia yang memiliki emosi, Xiao Zhan belajar memahami apa makna sebuah kehidupan dengan ujian yang dia dapat. Mampukah Yibo menemani perjalanan Xiao Zhan?




My SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang