Chapter 4

402 49 12
                                    

"Bagaimana kondisinya? Apa dia harus kembali dirawat di rumah sakit?" tanya Wu Lei khawatir melihat sang putra tengah terbaring dengan selang oksigen di hidungnya.

"Jangan khawatir, Xiao Zhan bisa mengatasinya. Biarkan dia istirahat sejenak. Dia hanya terlalu lelah. Juga ... pikiran menjadi kunci kondisi Zhan saat ini. Kalau bisa, jangan membuat Xiao Zhan merasa tertekan. Dia butuh ruang untuk merasa bahagia. Aku tahu di usianya yang masih muda, banyak hal yang ingin dilakukannya. Jadi biarkanlah dia melakukannya. Yang terpenting kita bisa mengontrol obat-obatan yang harus rutin dikonsumsinya."

"Sepertinya Xiao Zhan  masih merasa iri pada kakaknya yang bisa menjalani kehidupan normal. Setelah check up kemarin,  dia sempat meluapkan kemarahannya pada kami."

Dokter Ling memberikan sebuah buku diari pada Wu Lei dan berkata, "Dulu ibunya menitipkan ini padaku. Dia memintaku memberikannya pada Xiao Zhan saat usianya 19 tahun, tapi kurasa ini saat yang tepat Zhan tahu semua hal tentang ibunya. Lusa dia berulang tahun ke 18, bukan?"

Wu Lei menerima buku berwarna biru muda itu lalu menatap sampul di depannya yang bertuliskan 'My World'.

"Xiao Zhan sangat beruntung mendapatkan begitu banyak cinta dari ibunya. Ini seperti kado spesial untuknya."

"Kalian lebih beruntung mendapatkan cintanya secara langsung." Dokter Ling menepuk bahu Wu Lei lalu pergi pamit.

------

Xiao Zhan bangun saat mendengar ponselnya berdering. Dia lupa mematikan alarm untuk minum obat malamnya. Pemuda itu mengambil ponsel yang terletak di samping meja belajarnya dan duduk dengan perlahan di kursi tanpa melepas oksigennya.

Matanya menyipit saat melihat sebuah pesan masuk yang belum terbaca.

Xiao Zhan kemudian membuka pesan itu dan membacanya.

Besok aku jemput pukul 9 pagi, ya. Selamat malam. 

Xiao Zhan hendak membalas pesan itu ketika Wu Lei masuk ke kamar sambil membawa semangkuk sup.

"Kau sudah bangun, Zhan?" tanya sang ayah yang segera meletakkan sup di nakas. Lelaki itu kemudian duduk di ranjang sang putra dengan sebuah buku di tangannya.

"Dokter Ling memberikan ini pada ayah. Dia mengatakan bahwa itu milik ibumu saat dirawat dulu." Lelaki itu meletakkan buku itu di samping sup yang masih terlihat mengepul.

"Hadiah ulang tahunku?" Xiao Zhan mengambil buku itu sembari membolak baliknya.

"Sepertinya hadiah yang datang terlalu cepat. Hahaha." Tawa sang ayah mencairkan suasana. Namun, sepertinya hal itu gagal dilakukan. Suasana kembali hening sesaat hingga suara Xiao Zhan terdengar kembali.

"Ayah, kenapa ayah tak menikah lagi? Ayah tampan, masih muda dan kaya raya." Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Zhan begitu saja.

"Kita hidup sekali, mati sekali, me---"

"Menikah pun juga sekali," sambung Xiao Zhan sudah tahu jawaban sang ayah.

Wu Lei tersenyum atas jawaban sang putra. "Kau tahu jawabannya, bukan?"

"Aku hanya ingin bertemu orang yang seperti ayah. Yang akan menghabiskan sisa waktunya hanya untuk mengenangku. Tapi aku sadar meninggalkan luka bagi orang yang kita cintai rasanya tidak adil."

"Apa kau sedang jatuh cinta?" tanya Wu Lei hati-hati.

"Tidak  Ayah. Itu tidak mungkin. Tidak akan pernah ada orang yang mau denganku. Selamanya aku hanya akan bersama kalian," ujar Xiao Zhan pelan.

My SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang