CHAPTER 9

338 33 10
                                    

Xiao Zhan terlihat kikuk saat Yibo membantu membereskan barang-barang miliknya.

"Sudah kau pulang saja. Jika ayah melihatmu di sini sekarang, bisa-bisa dia mengusirmu."

"Sampai kapan aku harus menghindar dari ayahmu? Saat aku menyatakan perasaanku, maka aku juga harus meminta izin pada ayahmu," ujar Yibo mantap.

"Kau berani?" Xiao Zhan melirik ke belakang punggung Yibo di mana sang ayah tengah melipat kedua tangannya dengan sorot mata yang tajam.

"Tentu saja aku berani."

"Kalau begitu sekarang kau pergi dari ruangan putraku." Suara Wu Lei yang terdengar dari arah belakang membuat Yibo melonjak kaget.

"Pa-paman, hehe." Yibo menoleh ke belakang lalu menunduk hormat pada Wu Lei yang segera masuk ke ruangan itu.

"Jika kau benar-benar menyayangi putraku, coba buat aku memberikan kepercayaan padamu untuk menjaganya."

"Akan kulakukan apa pun agar paman merestui hubungan kami," ujar Yibo mantap. Perasaan Yibo berdebar seolah tengah membalap dan kini sedang menuju garis finish.

Pasti aku akan menang!

"Zhan, ayo kita pulang." Wu Lei segera membawa koper Xiao Zhan lalu menggandeng tangan sang putra keluar dari ruang rawatnya.

Xiao Zhan melambaikan tangan sambil berbisik, "Akan kukabari di we chat saat aku sampai rumah."

Yibo tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

Setelah Wu Lei menaruh koper Xiao Zhan di bagasi, lelaki itu masuk ke kursi kemudi dan mulai menginjak pedal gas.

"Kalian sudah berpacaran?" tanya Wu Lei to the point.

"Hm? Hm, iya," jawab Xiao Zhan ragu.

"Kau yakin dengan keputusanmu?" tanya sang ayah meyakinkan.

"Kami akan mencobanya," jawab Xiao Zhan ragu. Sejujurnya Zhan tak yakin dengan jawabannya sendiri, tapi hatinya tak bisa berbohong bahwa kini dia sedang jatuh cinta.

"Baiklah, kita lihat nanti seberapa serius dia padamu."

"Ke mana gege? Kenapa dia tak menjemputku?" tanya Xiao Zhan mengalihkan topik pembicaraan.

"Gegemu sedang rapat bersama para pemegang saham untuk proyek terbaru yang cukup besar."

Xiao Zhan tersenyum miris. Meski dia tak memberikan dokumen untuk persentasi saat itu, tapi nyatanya sang kakak bisa mengatasinya dengan baik. Jika dipikir lagi, rasanya tidak adil karena semua hal baik selalu diraih Yangyang.

"Kebaikan apa yang pernah gege lakukan di kehidupan sebelumnya? Kenapa dia selalu mendapat hal baik?" Mata Xiao Zhan tampak menerawang mengingat hal apa saja yang pernah dilakukannya sejak dulu. Adakah hal buruk yang pernah dilakukannya hingga harus menerima vonis ini?

"Setiap orang memiliki porsinya masing-masing, Zhan. Terkadang kita lupa bersyukur bahwa apa yang ada di sekeliling kita adalah hal baik yang kita punya. Bahkan saat kau bisa membuat orang lain tersenyum, itu juga hal baik yang kau berikan pada orang lain."

"Begitu, ya." Xiao Zhan tak lagi bicara. Dia memilih memejamkan mata merasakan irama jantungnya yang berdetak. Belajar memahami dan menerima keadaan diri sendiri rupanya tak semudah seperti membalikkan telapak tangan.

Benar apa yang selalu orang katakan bahwa orang yang bahagia adalah orang yang bisa mencintai dan menerima dirinya sendiri dengan lapang.

.....

Yibo kembali ke rumah dan seperti biasa sang ayah selalu menunggunya di ruang tamu.

"Dari mana?" tanya Wang Han penasaran melihat sang putra berdandan rapi.

My SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang