Part 17

19 2 0
                                    

Happy reading💌

Hari ini adalah hari minggu. Zavina bangun pagi sekali untuk bersiap siap gym, ia memasuki kamar mandi dan mengganti bajunya. Ia menggunakan tanktop tanpa tali dilapisi cardigan hitam dan legging. Setelah itu ia memakai sneakers, mengambil botol yang ada dibawah dapur dan segera menuju ketempat.

Tiba disana Zavina disapa banyak orang, karena ia sudah lama berolahraga disini. Milik Edward, Ayah Gavin. Entah kenapa ayahnya menyarankan Zavina agar disana, tak jarang juga bahwa gedung itu terkenal. Setelah tau Gavin dan Zavina memiliki hobi yang sama, Edward memberikan ruangan khusus pada mereka berdua.

Tiap hari Zavina disana, sudah 3 tahun sejak Zavina pindah ke negara ini. Terkadang Gavin tidak datang berolahraga. Gavin hanya pasrah kala tau sang Ayah memberi ruangan yang sama dengan Zavina. Hanya berdua.

"Gavin ada gak ya didalem?" gumam nya saat berada di lift.

"Atau gak dateng lagi?" keluhnya menghentikan aksinya yang akan menelpon nomor Gavin.

Zavina segera menempelkan sidik jarinya dan masuk kedalam. Ruangan itu bernuansa hitam putih, berkesan sangat cocok dengan tema nya.

"Akhirnya lo dateng juga, kirain gak dateng." ucap Zavina menutup pintu itu seraya melontarkan perkataan pada Gavin yang sedang bertelanjang dada disana dengan memegang alat olahraga. Ia baru saja melakukan push up.

Gavin berhenti. Ia menatap Zavina dari atas sampai bawah.

Sexy. Ucapan yang seharusnya keluar dari mulutnya, kini hanya bisa disimpan dihatinya.

Bohong jika ia tidak tergoda, baru kali ini Zavina memakai baju seperti itu. Ah ralat! Itu tidak pantas disebut baju. Ditambah lagi saat gadis itu membuka cardigan, Gavin meneguk saliva nya dengan rahang tegas yang menampakkan betapa tampan dirinya.

Gavin berjalan mendekati Zavina yang juga sedang terpana dengan wajah Gavin yang dipenuhi keringat. Gavin sampai tepat didepan gadis itu, dan menatap tajam masuk kedalam manik mata Zavina. Zavina yang ditatap selama itu, menaikkan alisnya tidak mengerti seraya raut bertanya diwajahnya.

"Kurang bahan, mau gue beliin baju?" desis Gavin menatap tanktop berwarna hitam yang melekat indah pada tubuh Zavina.

Zavina melemparkan tatapan tajamnya dan menjulurkan lidahnya mengejek Gavin. "Mending gue, daripada lo telanjang dada."

"Lo sering lihat gue kaya gini, wajar juga cowok kalau olahraga gini."

"Dan, cuma lo cewek yang lihat gue kaya gini Za" bisiknya.

"Gavin apa si, jangan deket deket geli tau!" Zavina terkekeh pelan kala Gavin semakin dekat, hanya berjarak hidung mereka saja.

"Ah ralat! Bukan geli, tapi jantung gue gak aman!" batinnya.

"Jadi sekarang lo udah ada niatan buat gue jauhin?" tanya Gavin menaikkan alisnya.

"G-gak gitu juga kali, gue gak bisa lah"

"Terus?"

"E-ehh Ayah masuk yah," bohong Zavina hanya untuk mengalihkan perhatian Gavin. Dan sialnya bagi Gavin, dia telah dibohongi!

GAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang