[ 01 ] Kaeya

2.2K 67 23
                                    

Malam ini, lagi-lagi kamu mendapati suami mu pulang dalam keadaan mabuk dengan bau wanita lain di badannya. Ini bukan yang pertama kalinya suami mu pulang dalam keadaan seperti ini. Kamu bahkan sudah tidak menghitung lagi ini yang keberapa kalinya suami mu melakukan hal ini. Tapi kamu selalu memaafkannya dan selalu membantunya membersihkan badan, memakaikannya baju tidur lalu membiarkannya tidur nyenyak di ranjang kalian. Setelah Kaeya, suami mu itu tidur, kamu bukannya ikut menyusulnya tidur di sebelahnya, tapi justru malah pergi ke ruang tengah untuk duduk di sofa.

'Mau sampai kapan harus begini?'

'Aku lelah melihatnya pulang kerja selalu dalam keadaan mabuk. Aku ingin menegurnya, tapi aku takut kalau aku menegur sikapnya itu, dia malah akan marah padaku dan berujung dia menginap di rumah wanita yang baunya selalu ku cium di badannya.'

'Seperti waktu itu aku marah padanya karena aku mencium bau wanita lain di badannya. Dia malah marah padaku dan pergi begitu saja menghampiri wanita yang dia kencani saat di bar.'

'Kalau bukan aku sendiri yang menjemputnya, dia mungkin tidak akan pulang sampai sekarang.'

'Kaeya bilang padaku, kalau aku ingin dia pulang, harus ada syarat yang harus aku patuhi. Syaratnya adalah aku tidak boleh protes kalau dia pulang dalam keadaan mabuk.'

'Jadi apa yang aku lakukan sekarang, memakluminya yang selalu pulang dalam keadaan mabuk adalah syaratnya yang harus aku penuhi jika aku ingin dia tetap pulang ke rumah.'


'Tapi mau sampai kapan kita harus begini?'

Tak terasa air matamu mulai mengalir di pipimu. Hatimu sakit. Kamu terlalu mencintai Kaeya sehingga kamu menjadi bodoh seperti ini, membiarkan seseorang yang statusnya suami mu memperlakukan dirimu sampai seperti ini. Kamu masih butuh waktu lebih untuk memikirkan apa yang harus kamu lakukan kedepannya.

Tetap bersama Kaeya, laki-laki yang kamu cintai, namun disaat yang sama membuat hatimu selalu sakit, atau pergi dari hidup Kaeya namun kamu bisa memulai hidupmu dari awal yang dimana kamu tidak perlu lagi merasa sakit hati seperti ini?.

Beberapa jam berlalu, kamu tertidur di sofa dengan hidungmu yang memerah dan air mata yang masih keluar sedikit dari matamu yang tertutup. Tidurmu cukup nyenyak, meski kamu tidur dengan posisi tidak nyaman di sofa. Sementara di belakang sofa tempatmu tertidur, ada Kaeya yang berdiri diam-diam memperhatikanmu.

Pagi harinya kamu terbangun dari tidur, kamu mendapati kamu sedang berada di kamar dengan selimut yang membungkus badanmu. Saat melihat ke arah nakas, kamu mendapati sarapan dan amplop yang lumayan tebal di sebelahnya. Juga terdapat secarik kertas di sana. Kamu langsung mengambil secarik kertas tersebut dan membaca pesan disana.

"Terima kasih karena mengurusku seperti biasa tadi malam. Aku sudah buatkan sarapan untukmu, jadi dihabiskan ya. Jangan lupa, uang yang ada di amplop itu adalah uang bulananmu. Aku tidak tega membangunkanmu dari tidur, jadi aku akan meninggalkan semuanya di nakas sebelum berangkat bekerja. Dari suamimu, Kaeya."

Begitulah isi pesannya berakhir. Kamu merasa ada sebuah kehangatan yang kamu rasakan di hatimu. Kaeya selalu menyakiti hatimu di tiap malam, namun bisa menjadi sangat manis di pagi hari. Hal ini lah yang membuatmu selalu dilema untuk memilih pergi atau tetap tinggal.

'Tuhan, aku sangat mencintainya. Aku suka sikap manisnya yang ini, Tetapi ku juga capek dengan sikapnya yang selalu selingkuh di bar selama ini', batinmu.


***


Malam ini, tidak biasanya kamu keluar rumah. Kamu pergi ke bar dimana Kaeya biasanya mabuk. Kamu melakukan ini bukan semata-mata ingin menghampiri wanita itu, tetapi kamu juga ingin diam-diam melihat bagaimana Kaeya dan wanita itu berinteraksi. Tapi ada yang aneh. Seharusnya Kaeya sudah di bar sekarang. Tapi ini sudah jam 9 malam, Kaeya masih belum menunjukkan batang hidungnya. Namun, wanita yang selama ini selalu menemani Kaeya di bar sudah tiba. Mengedarkan pandangan matamu ke sekitar, kamu benar-benar tidak menemukan Kaeya di sudut manapun.

Saat wanita itu mendudukkan dirinya di depan barista, kamu langsung berdiri dan berjalan menghampiri wanita itu. Kamu tak langsung menyapanya, hanya memperhatikannya diam-diam. Tetapi sepertinya wanita itu menyadari keberadaanmu meski kamu tidak mengeluarkan sedikit pun suara saat menghampirinya.

"Kaeya bilang padaku kalau dia akan pulang lebih awal karena katanya ada seorang istri yang menunggunya di rumah. Itulah kenapa dia tidak ada disini sekarang." ucap wanita itu tanpa melihat ke arahmu.

Kamu terdiam. Cukup tertegun dengan pernyataan wanita itu. Merasa kamu tak meresponnya, wanita itu membalikkan badannya dan menatapmu dengan pandangan datar.

"Rosaria. Itu namaku." ucapnya.


Kamu masih tidak meresponnya. Ada banyak hal yang ingin kamu tanyakan padanya, tapi semuanya tertahan karena mendengar ungkapan Rosaria di awal. 'Kaeya pulang awal karena dia ingat denganku?', batinmu.

"Rosaria, namamu bukan?" tanyamu.

Rosaria tak menanggapi, tapi dia terlihat mengiyakan pertanyaanmu. Kamu pun memutuskan untuk bertanya lagi.

"Rosaria. Apa kau menyukai Kaeya?" tanyamu datar.

Salah satu alis Rosaria terangkat, "Apa maksudmu?" tanyanya.

"Bau wanita yang selalu ku cium di badan Kaeya setiap dia pulang dalam keadaan mabuk, itu bau mu. Aku bisa mengenalinya dengan baik. Jadi aku bertanya padamu, apa kau menyukai Kaeya?" ucapmu.

Belum sempat Rosaria menjawab pertanyaanmu, tiba-tiba Kaeya datang menginterupsi kalian. Wajah Kaeya terlihat kusut disana. Itu adalah wajah marah Kaeya yang kamu lihat ketika kamu menegurnya yang pulang dalam keadaan mabuk pertama kali. Firasatmu tidak enak tentang ini.

Kaeya mengambil langkah lebar menghampiri dimana kamu dan Rosaria berada. Sesampainya Kaeya di depanmu, Kaeya menarik tanganmu dan pergi keluar dari bar.


Sepanjang perjalanan ke rumah, Kaeya tak mengucapkan sepatah kata pun. Kamu sendiri lebih memilih diam karena memikirkan ucapan Rosaria tadi. Hampir tak percaya kalau Kaeya pulang awal demi dirimu. Karena selama ini, Kaeya selalu pulang dalam keadaan mabuk dan bau wanita lain yang menempel di badannya. Jadi sulit bagimu untuk percaya ucapannya barusan.

Sesampainya di rumah, Kaeya masih menarikmu lalu melemparmu ke sofa ruang tengah. Kaeya menatapmu dingin. Kamu tidak takut dengan tatapan mata yang Kaeya arahkan ke arahmu, kamu bahkan berani menatapnya balik.

Dengan kasar Kaeya mengurungmu di bawahnya masih dengan tatapan dinginnya. Setelah lama suasana senyap ini berlangsung, Kaeya mulai mengeluarkan suaranya.

"Atas alasan apa kau menghampiri Rosaria? Apa kau mau menyalahkannya karena sudah menjadi seseorang yang hadir dalam kehidupan kita?" tanyanya.

Dengan ringan kamu menjawabnya, "Aku menghampirinya bukan ingin melabraknya. Aku hanya ingin bertanya sesuatu padanya."

"Kamu pulang mabuk biasanya berbarengan dengan bau tubuhnya di badanmu. Jadi aku bertanya padanya, apa dia memiliki perasaan padamu. Tapi belum sempat dia menjawabku, kamu malah menarikku pergi." lanjutmu.

"Atas dasar apa pertanyaan itu kau ajukan ke Rosaria?" tanya Kaeya datar.

Kamu tersenyum miring, "Umumnya bau tubuh seseorang tidak akan menempel dengan mudah jika tidak terjadi kontak fisik. Jadi aku tanya padamu juga sekarang. Apa saja yang kau lakukan dengan Rosaria sehingga baunya melekat di badanmu?"

Alih-alih menjawab, Kaeya berdiri menyingkir dari atas badanmu sambil menghela napas. "Kalau aku menjawab pertanyaanmu, apa yang akan kau lakukan?"

Kamu mendudukkan dirimu dan menatap Kaeya yang membelakangimu, "Depending on your answer", jawabmu sambil menatap Kaeya sinis.

~

End of Kaeya's chapter.

All Genshin Men x Reader [Angst AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang