Alternative Ending [ 01 ]

736 23 13
                                    

[ Kaeya's Alternative Ending ]

"Untuk apa kau menanyakan hal itu ke Rosaria?" tanya Kaeya datar.

Kamu tersenyum miring, "Umumnya bau tubuh seseorang tidak akan menempel dengan mudah jika tidak terjadi kontak fisik. Jadi aku tanya padamu juga sekarang. Apa saja yang kau lakukan dengan Rosaria sehingga baunya melekat di badanmu?"

Alih-alih menjawab, Kaeya berdiri menyingkir dari atas badanmu sambil menghela napas. "Kalau aku menjawab pertanyaanmu, apa yang akan kau lakukan?"

Kamu mendudukkan dirimu dan menatap Kaeya yang membelakangimu, "Depending on your answer", jawabmu sambil menatap Kaeya sinis.

Kaeya terdiam, membalikkan badannya dan menatapmu dengan tatapan yang sulit diartikan. Kamu mempertahankan sikap tegasmu meskipun rasanya sakit sekali mengetahui Kaeya pergi ke bar bersama perempuan lain. Di sisi lain, Kaeya hanya menghela napas sambil memijit dahinya yang tiba-tiba terasa pusing.

"Demi apapun, kau hanya membuatku malu.." gumam Kaeya. Kamu yang tidak setuju langsung protes, "Membuatmu malu? Aku hanya ingin merebut apa yang sudah menjadi milikku, yaitu kau."

Kaeya hanya menggelengkan kepala, "Tidak. Kau sungguh membuatku malu karena berbicara pada Rosaria seolah kau sedang memergoki seorang pelakor."

Kamu terdiam, tak mengerti. "Apa maksudmu? Bukannya memang kenyataannya seperti itu?" tanyamu.

Kaeya sekali lagi menghela napas sambil berkacak pinggang, "Rosaria itu Bibiku. Wanita itu sungguh menolak tua untuk ku panggil Bibi, jadilah kenapa aku memanggil namanya langsung." ucap Kaeya membuatmu terkejut, hampir tak percaya dengan perkataan Kaeya. "Bercandamu tidak lucu, Kaeya." gumammu.

Alis Kaeya berkedut, "Bercanda? Kau lupa kah kalau dia juga hadir di acara pernikahan kita dulu? Bahkan kamu satu-satunya orang yang menyadari keberadaannya yang selalu berdiri di pojok ruangan disaat orang lain tidak sadar dia berdiri di sana sendirian?"

Tiba-tiba melintas ingatan singkat di kepalamu. Memang benar hanya kamu satu-satunya yang menyadari Rosaria yang selalu di pojok ruangan. Bahkan juga menjadi orang yang tak segan mengajak Rosaria bergabung untuk berkumpul di hari pernikahanmu dan Kaeya. Mengingat itu tiba-tiba wajahmu memerah.

"Tolong jangan bilang kamu tidak ingat apa yang kamu lakukan pada Rosaria di hari pernikahan kita." lanjut Kaeya. Detik berikutnya Kaeya menyadari perubahan ekspresi wajahmu, dari yang sebelumnya berwajah si paling tegas, berpendirian teguh, lalu berubah drastis menjadi wajah yang merasa bersalah dan terlihat bodoh di mata Kaeya.

"Oh, sepertinya si pikun satu ini sudah mengingatnya." sindir Kaeya sambil menyeringai. Kamu hanya tertawa canggung sambil mengalihkan pandangan matamu.

"Maaf.." ucapmu pelan, merasa malu luar biasa. Kaeya hanya menghela napas, "Kasihan sekali kapasitas otakmu sangat terbatas untuk mengingat hal-hal kecil seperti ini, padahal masih muda. Otakmu perlu diupgrade agar penyimpanan ingatannya bisa lebih kuat."

Kaeya berjalan mendekat menghampirimu, menarik dagumu untuk melihatnya, "Sekarang akan ku pikirkan hukuman macam apa yang pantas untuk Nyonya cemburuan satu ini.." gumam Kaeya sembari menatap bibirmu yang entah sejak kapan bergetar.

Mendengar kata-kata Kaeya barusan membuatmu merinding. Kamu tahu sekali kalau ini bukan pertanda baik untuk tetap diam di sini. Dengan kekuatan yang entah dari mana kamu dapat, kamu mendorong Kaeya sehingga dia melangkah mundur ke belakang, lalu dengan cepat kamu bangkit dari duduk, berusaha berlari ke kamar dan menguncinya dari dalam agar selamat dari Kaeya, namun Kaeya lebih cepat. Kaeya menarik tanganmu, tangannya yang lain dilingkarkan ke pinggangmu dengan kuat.

"Ingatkan aku untuk membeli kursi roda besok." bisik Kaeya sebelum akhirnya dia menggigit pelan daun telingamu.

Tepat seperti dugaanmu. Akan ada masalah yang jauh lebih fatal yang akan terjadi, terbukti dari kata-kata Kaeya.

All Genshin Men x Reader [Angst AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang