Maret 2, 2022
Pada malam Maret yang menghampiri kota Seoul, Korea Selatan telah melepas jubah putih saljunya. Tidak ada lagi embun beku, matahari yang hangat telah mencairkan bumi Korea yang mati rasa.
Sekarang, cahaya ada di musim semi untuk menelan mati. Bunga mulai bermekaran, dan di atas pohon, daun kembali menghijau seperti mendapatkan semangatnya kembali.
Angin musim semi itu bicara kepada mereka, juga pada para manusia yang menghuni dan tinggal di dalamnya. Bahwa di musim gugur beberapa hal mungkin harus berpisah, namun musim semi adalah waktu yang paling tepat untuk kembali bersama.
Di dunia yang penuh kepahitan, musim semi bagaikan ibu penyayang yang mengajarkan bahwa hal-hal indah akan bermekaran pada waktunya, seperti bunga.
Seperti tangkaian bunga yang saat ini berdiri manis di atas sebuah meja makan besar pada kediaman, sebuah rumah di pusat kota Seoul yang ditinggali satu keluarga besar sekaligus.
Bunga yang disebut terangkai indah di dalam sebuah vas bening, menjadi pemberi warna di dalam keheningan oleh 6 orang manusia yang berusaha menyudahi makan malam sunyi yang lebih mengerikan dari perang dingin itu.
Sepertinya musim semi yang hangat tidak bisa menjadi alasan bagi mereka lebih hangat dari kebekuan hati belakangan ini.
3 pasang suami istri di sana dipimpin oleh Kim Tae Pyong bersama istrinya Lee Min Jung. Pasangan yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Tuan dan Nyonya Kim itu tinggal bersama dengan 2 anak laki-laki mereka.
Hunian besar yang berdiri kokoh di pusat kota ditinggali keluarga besar itu tanpa Assisten rumah tangga yang menetap. 2 Assisten Rumah Tangga mereka hanya datang di pagi hari, lalu pulang saat menyelesaikan tugasnya. Salah satunya membantu mengurus rumah, juga menjaga putra mahkota bernama Loki.
Sejenis kucing biasa, kucing besar yang tidak terlihat seperti kucing Ras dengan biaya hidup crazy rich bernama Loki itu adalah putra mahkota dari anak tertua di rumah itu, yaitu Kim Bum.
Saat ini, pria bertubuh tinggi dan tegap bernama lengkap Kim Sang Bum itu duduk di sisi kanan meja makan sambil sesekali meneguk winenya. Ia berpotongan rambut classic pompadour, dan menggunakan kaca mata minus sebagai penolong sejati kedua matanya, lalu jari manisnya telah dihias cincin yang menandakan bahwa ia adalah pria menikah.
"Aku tidak terlalu lapar"
Seseorang memecah keheningan makan malam mereka, dan pemilik suara kecil itu berdiri, "aku harus istirahat", lanjutnya dengan malas. Kemudian mencuri pandang pada salah satu mereka, lalu menghela napas kemudian.
"Kau pikir kami duduk manis di sini, memaksakan diri untuk makan malam yang lebih mirip medan perang ini, karena kami lapar?"
Seseorang menimpali sembari pria itu meletakkan gelasnya di atas meja. Menahan langkah pemilik suara sebelumnya, "jika kau tidak bisa menghormati makanan yang tersedia di atas meja, setidaknya pikirkan orang-orang yang meluangkan waktu untuk duduk di sini, hanya untukmu"