Setelah kapal mulai bergerak mengarungi lautan, terdengar ledakan bom yang sangat kuat. Tanah dan air laut sampai ikut bergetar karenanya.
Kobaran api mulai menelan seluruh sudut kota Marley. Api begitu tinggi hingga dapat dijangkau mata dari jarak ribuan kilometer sekalipun. Langit yang semula gelap pun kembali benderang karena cahayanya.
Ledakan itu diiringi dengan isak tangis teman seperjuangan Eren terutama Armin.
Sasha, Connie, dan Jean saling berpelukan sambil terus menangis. Mereka semua begitu terpukul dengan kepergian Eren.
Suasana kapal begitu haru dan senyap. Masing-masing orang masih terlarut dalam rasa sedih dan kehilangan.
Tak banyak Marleyan yang dapat diselamatkan dari ledakan itu. Hanya mereka yang berkecimpung dalam rencana Eren sajalah yang dapat naik disana. Pieck bahkan meninggalkan ayahnya di Marley, begitu juga dengan Reiner. Mereka meninggalkan semua keluarga mereka.
-
Kobaran api dan asap tak kunjung menghilang dari pandangan. Entah bagaimana keadaan Marley saat ini, mungkin sudah hangus tak tersisa.
"Eren!" Teriak seorang gadis.
Gadis itu baru saja bangun dari tidurnya.
"Dimana Eren!?" Tanya Mikasa setelah keluar dari kabin kapal.
Tak ada yang menjawab Mikasa. Semua orang tampak begitu bersedih. Melihat hal itu, Mikasa berlari menuju bagian belakang kapal sambil terus meneriaki nama Eren.
"EREEEEEEEENN!!"
Air matanya mulai mengalir di pipi. Mikasa menangis bak anak kecil yang tak sengaja merusak mainan kesayangannya.
Tak sebentar Mikasa meneriaki nama Eren, dirinya lah orang yang paling kehilangan sosok Eren. Bagaimana tidak? Mikasa sudah mengikuti Eren sejak usia mereka masih 7 tahun. Mikasa selalu melindungi Eren, ia tak pernah membirkan Eren kesulitan. Kapanpun Eren butuh, Mikasa selalu ada di sisinya.
"Mikasa tenangkan dirimu.." Lirih Armin seraya mencoba memeluk Mikasa.
"Armin! Eren ada disana! Kita harus menyelamatkannya!" Ujarnya menolak pelukan Armin.
"Mikasa.. Eren sudah tiada. Kau harus mengikhlaskannya."
"Tidak! Aku akan menyelamatkannya!"
Mikasa yang masih terus menangis itu berusaha menaiki pagar pembatas kapal.
"Mikasa! Tenanglah! Jangan lakukan itu!" Teriak Armin sambil menarik tangan Mikasa agar menjauh dari tempat itu.
Untungnya Armin dibantu oleh Annie.
"Tenanglah! Aku tau kau tidak rela, aku juga begitu, Mikasa. Kami semua bersedih atas kepergian Eren! Kami semua tidak rela! Tapi Eren sudah melakukan semua yang ia bisa. Eren melakukan ini semua bukan untuk membuat kita bersedih. Eren ingin kita semua hidup dengan damai dan bahagia, terutama kau."
"Huhuhu..."
Mikasa masih menangis dalam posisi duduk bersimpuh.
"Ayo kita wujudkan mimpi Eren.." Bisik Armin seraya memeluk Mikasa lembut.
Perlahan, Mikasa dapat menenangkan dirinya.
Ia mulai paham dengan keadaan yang memang mengharuskan Eren melakukan ini semua. Mikasa menyeka air matanya dan mulai mengatur pernafasan agar stabil.
-
"Dimana Zeke-san?" Tanya Annie pada Pieck.
Pieck yang sedari tadi menyendiri di dalam kabin hanya diam. Ia tak merubah posisi tubuh atau mimik wajahnya.
Melihat itu, Annie beralih pada Yelena yang berada tak jauh dari Pieck.

KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me [Armin x Annie]
Fanfiction[FAN FICTION] Armin Arlert, seorang bangsa Eldia yang terdampar di pulau musuh setelah terkena ledakan bom saat berada di perairan. Ia diselamatkan oleh seorang gadis rupawan bernama Annie Leonhart dan berakhir menjadi sandera di tanah lawannya, Mar...