Setelah pertemuannya dengan Eren waktu itu, hari demi hari dijalani Armin seperti biasa. Hingga hari ini genap 30 hari ia bekerja di sebuah rumah sakit umum yang megah di pusat kota Marley.
Sampai detik ini pun Armin masih belum dapat percaya bahwa ia bisa bekerja disana. Impiannya terwujud hanya dalam sekejap mata. Kehidupannya pun ikut berubah seiring berjalannya waktu.
Armin dikenal baik oleh orang-orang di pusat kota. Meski hanya seorang sandera, Armin dihormati seperti penduduk asli Marley karena kecerdasan dan keramahannya. Memang Armin adalah pria yang manis. Siapa yang tak suka berbicara dengannya? Tidak ada.
Salah.
Annie masih cuek bebek ketika berbicara dengan Armin. Mereka masih sering bertemu saat Armin mengunjungi benteng utama untuk mengevakuasi korban.
"Hai" Lirih Armin ketika berpapasan dengan Annie.
Annie yang sudah melewati Armin pun menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang dan menatap mata Armin beberapa saat.
"Apa?"
Pria itu tersenyum sayu.
"Sudah malam begini kenapa belum pulang?" Tanya Armin.
"Aku baru selesai rapat"
Armin mendekat pada Annie.
"Kau ada waktu? Aku ingin mentraktirmu karena telah menyelamatkanku waktu itu"
Gadis itu hening. Namun, ia segera menyahut. "Baiklah."
Mereka berdua keluar dari markas dan berjalan menuju sebuah kedai ramen. Sesampainya disana, tak membuang-buang waktu, mereka langsung pergi memesan dan duduk.
"Kau tidak mengurus pasien?" Tanya Annie.
"Sudah selesai."
Suasana kembali hening.
"Bagaimana luka di kaki mu? Sudah sembuh?"
"Sudah."
Hening lagi dan lagi.
"Apa kau sudah bertemu dengan Eren?"
"Sudah, dia benar-benar berbeda dengan Eren 4 tahun yang lalu."
"Benar, kan? Aku merinding saat melihat tatapan matanya waktu itu."
Flashback.
Armin's POV :
Kala aku memasukkan kepalaku dalam kereta kencana itu, kulihat sosok yang begitu asing.
Namun kenyataannya, dia bukanlah sosok asing bagiku. Sahabatku, Eren. Laki-laki bersurai coklat itu muncul dengan penampilan yang sangat berbeda sejak terakhir kali aku bertemu dengannya.
Dia, dengan wajah datarnya mengangkat pandangannya bertemu dengan mataku. Seraya berkata, "Lama tidak bertemu, Armin."
Jantungku berdegup begitu kencang. Hatiku bersorak bahagia melihat kehadiran teman kecilku setelah cukup lama dirinya menghilang. Aku ingin sekali memeluknya saat itu, namun sepertinya Eren yang sekarang tidak butuh pelukan atau apapun itu kecuali kebebasan.
Terpancar dengan jelas keinginan untuk hidup dengan bebas di matanya. Ya, memang sejak kecil Eren selalu mendambakan hidup diluar tembok dengan bebas tanpa takut serangan dari prajurit Marley.
"Bergabunglah dengan kami, Armin." Tutur Zeke kepadaku sesaat setelah kuda mulai melangkahkan kakinya.
Aku terdiam. Dalam hatiku tersirat rentetan pertanyaan yang sangat perlu untuk dijawab.
"Bergabung dengan Eldia? Bukankah aku memang sudah menjadi Eldia sejak lahir?" Tanyaku yang sebenarnya tau apa maksud dari 'bergabung' itu.
"Bukan, kau sudah tau tentang rencana ku. Jangan berpura-pura bodoh." Sahut Eren ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me [Armin x Annie]
Fanfic[FAN FICTION] Armin Arlert, seorang bangsa Eldia yang terdampar di pulau musuh setelah terkena ledakan bom saat berada di perairan. Ia diselamatkan oleh seorang gadis rupawan bernama Annie Leonhart dan berakhir menjadi sandera di tanah lawannya, Mar...