IV

335 20 2
                                    


...🌊...

Di suatu sore, dokter muda yang sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan gadis-gadis itu pergi untuk menenangkan dirinya. Ia berdiri menghadap luasnya laut terbentang, dan menikmati lembutnya angin membelai wajahnya.

Pria itu menghirup udara panjang.

Kakinya mulai melangkah memasuki sumber kehidupan berwarna biru, air. Dingin sekali.

Rasanya masih sama seperti saat dirinya terhuyung tanpa arah di dalam ricuhnya ombak.

"Eren, kita sudah berjanji untuk pergi ke laut bersama-sama, kan? Tapi sekarang dimana dirimu?"

Armin mengambil sebuah cangkang keong laut yang terdampar di pesisir. Ia kemudian mendengar langkah seseorang mendekat padanya.

Armin menoleh dan mendapati sosok gadis bersurai hitam panjang disana. Gadis itu semakin mendekat.

"Armin, kan?" Tanya gadis itu.

"Iya, kenapa?" Sahut Armin bertanya.

"Namaku Pieck. Satu markas dengan Annie."

Pieck berdiri sejajar dengan Armin.

"Kau belum pernah melihatku ya?" Tanya Pieck lagi.

Armin menggeleng.

"Padahal aku menetap di Eldia 4 tahun yang lalu."

Tak ada jawaban yang didapat oleh Pieck.

"Bagaimana hubunganmu dengan Annie?"

"Hubungan apa?"

"Bukankah kau sering menemui Annie ketika Annie pulang dari markas, Armin?"

"Ah.. Iya. Aku hanya ingin berbagi cerita harianku dengannya."

Suasana kembali senyap.

"Kalau kau menyukainya, katakan saja. Sebelum Berthold mendahuluimu" Goda Pieck.

Mendengar hal itu, pipi Armin mendadak merah.

"T-tidak, bukan seperti itu!" Sangkal Armin.

Pieck melihat wajah Armin kemudian tertawa kecil.

"Haha, tidak apa-apa jika kau memang menyukai Annie. Kau juga manusia, kan? Ada masa nya jatuh cinta."

Armin hanya diam, masih mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Baiklah, aku duluan ya. Oh ya, kau dapat surat dari Eldia. Besok pagi ambil lah di kantor Willy Tybur."

Pieck berlalu pergi meninggalkan Armin yang masih setia menatap sang surya yang perlahan menghilang.

Setelah Pieck menghilang dari kawasan laut, Armin juga ikut pergi dan kembali ke asrama.

Ding Dong!

Armin mendapati bel nya berbunyi beberapa kali. Dirinya yang sedang mencatat penelitian pun terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya.

Pria itu langsung berjalan menuju pintu asrama.

"Selamat malam, Armin."

Dengan hormat, Armin mempersilahkan tamu itu masuk dan menyeduh teh untuk diberikan kepadanya.

"Sedang mengerjakan penelitian?" Tanya nya seraya meneguk teh yang dihidangkan.

"Ung" Gumamnya mengiyakan.

Yelena menepuk pundak Armin sekilas. Membuat sang target kembali memfokuskan pandangannya yang sempat buyar tadi.

"Ayolah, sudah aku katakan semuanya demi kebaikanmu. Kau hanya harus meledakkan bom di kediaman Tybur di hari ulang tahun Marley nanti bersamaku. Lalu saat Willy berpidato di Istana Negara, biar Mikasa yang menyerangnya." Armin menunduk.

Here With Me [Armin x Annie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang