"Woi Kontol!"
"Apaan Bangke?!"
"Kontol lu!"
"Bangke lu!"
"Kau yang bangke!"
"Ya kau yang bangke! Anjing!"
"Anjing kau!"
Komandan Adrus yang mendengar percakapan prajuritnya dengan prajurit penjaga dari dalam salah satu kendaraan Sd.Kfz. 251, hanya bisa membuat ekspresi datar. Adrus mengambil salah satu speaker yang volumenya disetel ke maksimal.
"Diam kalian janc*ok!"
Suara komandan Adrus yang keluar dari speaker terdengar oleh sebagian besar prajurit yang ada dan para prajurit yang berada dekat dengan kendaraan komandan Adrus merasa kalau telinga mereka akan pecah.
Setelah Komandan Adrus berbicara, suasana langsung menjadi hening lalu Adrus melanjutkan perkataannya. "Kepada para prajurit penjaga. Kami ingin melakukan kudeta demi kebaikan kami dan kebaikan kalian sendiri karena kesalahan besar yang dilakukan oleh count Morusli. Kami akan menyerang sebentar lagi kalau kalian tidak menyerah, sebaiknya kalian menyerah karena kami juga tidak ingin membunuh saudara kami sendiri."
Para prajurit penjaga saling menadang satu sama lain. "Beikan kami waktu 10 menit untuk mendiskusikannya."
Setelah sepuluh menit berlalu, para prajurit penjaga dan para pelayan di dalam kediaman tidak memberikan respon apapun. Komandan Adrus yang membaca situasi merasakan sesuatu yang tidak nyaman dengan hal tersebut. Ia memerintahkan beberapa orang prajuritnya dan sebuah tank untuk mendobrak paksa gerbang tembok dengan meriam tank T-34-72.
12 prajurit dan 1 buah tank maju mendekati tembok gerbang. Tepat saat mereka berjalan maju, rentetan tembakan dari senapan mesin DP 27 terdengar yang membunuh 1 orang prajurit dan 2 lainnya terluka. Para prajurit Komandan Adrus yang bersembunyi di beberapa gedung perkotaan bergaya abad pertengahan langsung keluar dari persembunyian mereka langsung memberikan tembakan balasan ke arah tembok kastil keluarga Morusli.
Di dalam tembok kediaman, terlihat beberapa orang yang sedang memegang senjata dan terdapat para wanita berpakaian pelayan sedang membantu menyusun persenjataan dan juga membawakan amunisi. "Cepat tumpuk amunisinya agak jauh dari pos! Para pria kalian pertahanka kastil ini dari para pemberontak!"
Para prajurit militer Farest yang menjaga kediaman Count Morusli memilih untuk berjuang meskipun mereka kalah jumlah karena mereka yakin akan memenangkan pertempuran karena mereka telah menghubungi markas pusat untuk mengirimkan bala bantuan dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Dalam waktu sepuluh menit saja genderang perang saudara seakan telah ditabuh dimana terdapat 2 kelompok dengan persenjataan, pakaian, dan menggunakan bahasa yang sama saling melawan satu sama lain,
Di dalam kastil, beberapa orang prajurit Farest melubangi tembok istana untuk mendapatkan pandangan menembak yang lebih baik.
"Cepat lubangi disana! Pasukan mereka kebanyakan berada di perkotaan! Kita harus bisa menembak kearah kota secepat mungkin!"
Para prajurit penjaga menggunakan ban lengan berwarna hitam di lengan kiri mereka yang menjadi identitas kalau mereka berada di sisi yang bersebrangan dengan komandan Adrus. Dari salah satu balkon kastil terdapat beberapa orang prajurit penjaga yang membawa 1 buah mortar kelas berat 120 Krh/40. Mereka langsung mempersiapkan mortar tersebut dibawah tekanan tembakan yang sangat ramai dari pasukan musuh.
Salah satu pria elf memasukkan peluru mortar kaliber 120mm kedalam larasnya lalu peluru tersebut dilemparkan oleh ledakan proyektil dan jatuh di salah satu truk angkut milik pasukan Adrus.
*Boom!
"Hit! Ganti arah! Di sebelah toko roti di belakang taman bunga terdapat peluncur Katyusha!"
Rentetan tembakan dari belasan senapan mosin-nagant M1891 tiba-tiba menghujani posisi para penembak mortar di balkon yang menyebabkan sang spotter terbunuh dan tak lama kemudian balkon tersebut meledak karena salah satu peluru mortar di dalam kotak terkena peluru nyasar yang membuatnya meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ezgardian (Prototype)
Viễn tưởngCerita tentang Indra Solikhin yang seorang warga Indonesia biasa yang kehilangan sahabatnya yaitu Utsman karena covid. Suatu hari, Indra mendapatkan sebuah nasi berkat dari orang tua mendiang sahabatnya. Saat sedang enaknya makan, Indra tiba-tiba te...