Prolog.

79 6 4
                                    

Ini tentangmu, pernah sekali aku bertanya harus menuliskan apa, lalu kau berkata untuk menuliskan tentang dirimu. Kau berkata begitu diiringi emotikon tertawa. Dan aku menjawab dalam hati, bahwa kau sudah lama kutulis dalam berbagai jurnal yang aku miliki. Kali ini judul bukunya adalah bulan desember.
Dan, kau lah desember itu sendiri, tidak lain dan tidak bukan, itu adalah dirimu.
Di atas honda beat milik rekan kerjaku, ia berkata bahwa selalu menulis setiap kejadian yang berkaitan dengan orang-orang yang ia sayangi, aku memutuskan untuk menjadikan mu satu judul dalam satu buku yang berisikan kamu seorang.
Mungkin ini terlalu berlebihan, tapi kupikirr begitulah seorang penulis membuat kamu menjadi abadi. Seperti pelukis yang mengukir setiap sudut wajah orang terkasihnya, maka aku akan merangkaimu ke dalam tiap kata yang semoga mudah kau mengerti.
Lampu belajar dengan warna yang berganti tiap beberapa detik ini agak menggangu, tapi aku enggan mematikannya. Kupikir ia bisa menemani satu-dua halaman di judul ini.. Aku pernah membicarakanmu di judul yang lain dari bukuku, tapi kupikir akan lebih baik menjadikannya satu buku dengan judul “desemberku” dan kata itu cukup memiliki makna bagiku.
Di sini akan banyak peperangan antara perasaanku dan logikaku. Yang aku masih belum tahu siapa pemenangnya. Tiap hari selalu berbeda pemenangnya, besok bisa saja logikaku, kemarin perasaanku, hari ini kuputuskan tidur lebih awal agar prtengkaran mereda sejenak.
Fase itu terus berlanjut dan akan terus begitu, sebelum menemukan pemenang sebenarnya.
Katanya, seseorang akan hidup diingatan kita, dan kenangan bukan hal yang bisa dihilangkan. Aku takut lupa akan senyum malu-malu mu yang canggug namun betah kupandang itu. Aku takut untuk terang-terangan mengabadikannya ke dalam kameraku. Aku takut aku mungkin saja lupa perasaan senang bisa berkenalan denganmu desember kala itu, aku ingin mengigat hal baik lebih banyak. Karna nantinya, jika sesuatu yang amat sangat menyakitkan hadir, aku tak akan membenci siapapun. Entah itu aku sendiri, ataupun kamu, yang aku tak ingin membencimu, di masa depan ataupun masa kini.
Hai kamu, aku mencari satu hal untuk bisa menemuimu terus-menerus. Jika satu alasan usai, aku akan mencari satu alasan baru agar sampai di depan mu, lagi.
Ini hal baru yang menyenangkan sekaligus menyebalkan, semua yang ekspektasiku ciptakan amat sangat merepotkan. Dan, aku adalah si paling menyebalkan dari kisah ini. Yang menyebabkan pertengkaran itu sendiri. Tapi tak apa, setiap orang ada masanya, dan setiap orang melewati fasenya satu-persatu. Aku tengah ada di fase ini. Dan, aku menemukanmu.
Dimulainya babak baru ini, DESEMBERKU resmi dibuka:

“SELAMAT MENIKMATI”

Desemberku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang