Kamu Dan Aku

15 2 2
                                    

Kamu Dan Aku
Yang ke dua puluh

Juli, 2023.

  Sportify ku berputar pada "Back To December" lagi, haruskan kuganti  playlist sportify nya? Ngomong-Ngomong itu playlist yang kubuat untuk aga, aku hanya memasukkan lagu yang sering aga pilih untuk story WA nya dan beberapa lagu galau yang kusuka.
Ini sudah lagu baru, dan aku akan memulai bab ini juga.

"Aku bisa ngarang agar cerita ini happy ending"

Itu salah satu keahlian yang kumiliki, ia abadi di cerita ini walau itu nggak terjadi di kisah nyatanya.
Katanya, jalani saja rasa suka mu sampai kau lelah, maka nanti kau akan kehilangan minat untuk semua hal tentang orang itu.
Kalimat itu benar karna aku lelah, dan berujung menyerah, aga nggak perlu mengatakan apapun untuk membuatku lelah karna ia sudah berhasil membuatku menghilang.

Aku 'lost interest', itu sebutan kebanyakan orang. Lalu ia hadir, di tengah lelahnya aku dan ribut kepalaku, aga dan aku seolah harus bertemu untuk satu atau dua bulan kedepan lagi, aku harus berurusan dengannya lagi karna sekolah tempatku bekerja butuh pelatih pramuka dan mereka ingin aga yang mengambil peran itu. Padahal aku sudah berkali-kali berkata bahwa aga nggak bisa melatih pramuka di hari sabtu tapi apa? Aku yang di protes banyak orang. Haha, aga memang luar biasa, kan?

Itu hari kamis, aku masih ingat karna ini sudah 5 hari sejak kejadian itu, aga harus datang ke sekolah untuk membicarakan soal latihan pramuka di tempat ku bekerja, aku butuh waktu yang cukup lama sampai aga mengirim pesan bahwa ia sudah di jalan dan sebentar lagi sampai.

"Kami otw"
"Okee"

Dan pesan terakhir itu masih betah di room chat ku hingga kini, aga masih nggak berubah, selalu nggak melakukan apapun, dan karna itu aku berusaha untuk mengirim hal paling penting soal pekerjaan padanya, nggak ada basa-basi selain pramuka. Mungkin, tanpa pramuka ia dan aku nggak melakukan percakapan lagi, untuk selamanya.

Aku menyusun kursi serta menyiapkan 5 air mineral di atas meja, karna aga akan membawa 2 orang murid untuk ikut membantu latihan nantinya, jadi akan banyak tamu hari ini.

Kalian pasti sudah tahu aku perlu menyiapkan baju serta riasanku sehari sebelum pertemuan itu terjadi, dan ia datang, aga dengan hoodie hitam serta celana levis itu turun dari beat merah tampannya, di belakang aga ada 2 murid aga yang masih mengenakan seragam sekolah. Aku memunculkan kepala, tapi nggak merasa bergemuruh, sedikit berdebar tapi tetap tenang tanpa senyum dan hanya menatap lurus padanya.

Ia bersalaman dengan rekan-rekan kerjaku, dan berjalan melewati ku, aga memelankan langkahnya dan mengulurkan tangan lebarnya itu padaku, dan hanya kutatap
sinis sambil berdecak kesal sambil melihat uluran tangannya. Ia lalu berjalan melewatiku lagi.

Kami berdiskusi cukup lama untuk menentukan jadwal latihan yang cocok untuk aga dan sekolah, aku juga sempat menunjukkan sertifikat yang sudah siap pada aga, tanganku dingin serta bergetar tremor, padahal sudah tremor tapi berdiri di samping aga tanganku semakin gemetar gugup, padahal aku sudah berusaha setenang mungkin.

"Ini yang aku tambah".
Ia mengagguk masih melihat sertifikat nya
"Oo ini, bagus bagus"
"Bagus kan?" Tanyaku masih nggak percaya
"Bagus kok" aga berulang kali mengatakan ini.

Aga nggak langsung pulang, ia duduk di teras basa-basi mengobrol dengan rekan kerjaku yang lain, aku memberi kode untuk memotret aga pada salah satu rekan ku dan ia heboh berkata
"Oh iyaaa aku lupa" maaf karna aku yang berencana agar ia memotret aga secara diam-diam.
Aga sempat melihat ke arah kami tapi aku acuh lalu duduk berhadapan dengannya walau disamping ku masih ada rekan kerja yang lain.

"Aku liat nggak bagus kalau warna coklat semua soalnya hurufnya nggak keliatan" Ini masih tentang sertifikat.
"Iya bagus hitam" aga menjawab.

Lalu
"Ckrek" suara kamera berbunyi kencang di sampingku, ah sial kita ketahuan.
Aga berkata
"Kalau mau foto bilang-bilang atuh"
Sambil tertawa dan akhirnya kami foto bersama-sama.

Nggak tahu kenapa tapi aku seolah kehilangan aku yang amat menyukainya.
Kamu dan aku seperti nya sudah bisa kuterima dengan tenang tanpa bertentangan antara hati dan otakku, seolah hatiku menyerah kalah karna lelah dan otakku berteriak kegirangan seolah paling bahagia di dunia ini.

Kamu dan aku yang cukup tanpa berlebihan, dan aku yang malas untuk berinteraksi dengan mu lagi, bukan karna aku benci tapi karna aku ternyata nggak bisa biasa aja jika itu tentang mu, aku harus menenangkan diriku sendiri, aku harus meyakinkan diriku lagi, aku harus meluruskan ekspektasiku jika itu soal kamu.

"Ayo foto"
"Besok lah" dan aku nggak akan berkata seperti itu untuk yang kedua kali.

"Aga, kamu dan aku nggak bisa jadi kita, aku tahu itu, aku sadar dan menerima nya kali ini.
Kamu punya manusia masa lalu dan masa sekarang yang akan tetap sama, aku bertambah laju mundurku karna mereka hadir dan kamu begitu bahagia.
Aku seketika ingin ada di masa itu, menjadi bagian di sana.
Tapi, lelah mulai menyerang tanpa berbalik arah, menggugurkan harapan yang belum juga menyapa ringan di kepalaku.
Berkata seolah kamu nggak perlu tenaga untuk berpikir tentangku, kamu sudah amat nyaman ada di duniamu, dengan segala manusia di dalamnya.
Katanya, matahari harus segera terbit itu memiliki makna, bahwa aku juga bisa memulai pagi yang baru, tanpa aga di kepalaku, tanpa resah  memikirkan ujung hari ini"

- Aga, 2023.

Desemberku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang