Sabtu Terakhir Di Agustus

14 4 3
                                    

Yang Kedua puluh enam
Sabtu Terakhir Di Agustus

Agustus, 2023.

"Yaudah sekalian aku ikut jalan"

Dan ia serta motor beat merahnya sudah ada di sana, telat lima menit dan anak-anak sudah berbaris berbanjar dua ke belakang untuk jalan santai sabtu ini.
Cuaca tanpa rinai dan cukup cerah, aku meletakkan aqua gelas dan menghampiri aga mendekat, Ada tenda dan tali di atas motornya.

"Di letak situ aja dulu" Aku menunjuk koperasi sekolah tepat dibsamping aga
"Loh koperasi tapi" Aga terlihat ragu dan menghentikan langkahnya
"Ga papa letak sana aja dulu"
Ia bersalaman dengan rekan kerjaku yang lain.
"Udah mulai jalannya"

Aku kembali membagikan aqua gelas membiarkan aga menyapa orang-orang di sana. Ia sempat merekam beberapa momen hari ini, aku lebih banyak mengabadikan lewat foto.
Hari ini aga datang dengan kaos lapangan berwarna hitam serta celana hitam, lalu aku menemukan hal baru kali ini ia nggak menggunakan topi lorengnya akan tetapi mengenakan topi hitam.
Aku menatap topi itu lama lalu menyadari sesuatu

Itu topi pemberian ku
Hadiah ulang tahun ke 24 dariku

Aku tersenyum menatap topi itu, dan kami berjalan bersama selama belasan menit. Bercerita cukup banyak walau dengan pembahasan yang nggak jauh dari kehidupannya.
Saat ia atau aku-entahlah yang lebih dulu mendekat, berjalan berdampingan aku berkata

" topinya bagus kak" ujarku menatapnya
"Iya bagus"
"Bagus kali ini" Aga berkata sambil menunjuk topi itu sekali.
Kami tersenyum, lagi. Akan ada banyak adegan senyum di sini asal kalian tau saja.

Kami belok kiri dan membicarakan rumah orang lain, menanyakan ini rumah siapa dan mengatakan jika daerahku ini masih sepi di jam delapan lewat itu.

"Emang tempat kakak udah rame jam segini?"
"Belum"
"Sama aja" ada tawa kami diakhir

Kami menyebrang dan ia berlari kecil membantu ke barisan depan aku menyusul kemudian menunggu yang tertinggal

"Tungguin" Ia menghentikan langkahnya di depan sana
"Tunggu kak"
Aku menghela nafas sambil terus berjalan mendekat

Kami juga menyapa setiap orang yang kami kenal, yang ia kenal.
Dan mengatakan sesuatu seperti nama mereka atau hanya sekedar mengatakan jika itu kenalannya

"Temenku kerja di sini"
"Oo aku tau namanya"
"Ia itu temen seangkatan ku"
"Loh kan dia anak 2000an kak"
"Iya dia seangkatan ku, kan aku lambat masuk smp"
"Gimana?"
"Iya aku setahun nggak sekolah" 

Obrolan terputus karna harus mengatur anak-anak didikku yang nggak berada di jalurnya.
Aku kembali bertanya

"Oo jadi kakak gap year setahun gitu?"
"Iya"
"Kok aku baru tau"
"Ya ga nanya"
"Gimana mau nanya sampai ke sana, ga kepikiran sampe sana aku"
Ia hanya tersenyum
"Kerja dulu" Ia menambahkan.

Kami juga membahas sepatu, ia berkata kalau ingin menggunakan sepatu tapi mengurungkan niat diakhir sebelum kemari.
Aku berkata mengenakan sandal seperti yang ia kenakan juga lebih nyaman.

"Aku besok sabtu kekgini ga bisa ikut lagi"
"Udah mulai kuliah? Yalah biar makin pinter"
Ia berkata sambil merekam anak-anak di depan kami.
"Iya"
"Santai kan ada guru lain nanti"
Aku mengagguk sambil menatap sepatu di bawah sana.

Percakapan di bab ini ada sedikit lebih banyak, oh kenapa aku begitu senang aga mengenakan topinya? Aku sampai harus memukul kepalaku agar sadar, agar orang-orang nggak melihat ku dengan aneh karna tersenyum dan tertawa sendirian (tidak untuk ditiru).
Ia ternyata cocok dengan topinya, dengan warna hitam kesukaan nya.

Desemberku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang