FILWU

195 30 5
                                        













Dari awal bu Adira menjelaskan tentang materi, Vivi malah tidur dengan posisi menutup wajahnya menggunakan buku paket. Dirga, Farrel dan Chika yang melihat pun merasa aneh, karena baru kali ini lagi Vivi tertidur di jam pelajaran. Kemarin kemarin, Vivi sudah tidak pernah tertidur disaat jam pelajaran.

"Penjelasannya dicukupkan, barangkali ada pertanyaan?" tanya bu Adira.

"Tidak buu." jawab mereka serempak.

"Okee baikk, berarti kalian sudah paham yaa. Sekarang kalian kerjakan latihan soal di halaman 204 ada sepuluh soal yaa, abis pelajaran ibu langsung dikumpulka di ruang guru." setelah memberikan tugas, bu Adira segera keluar meninggalkan kelas duabelas ips empat.

Bersamaan dengan keluarnya bu Adira, Vivi langsung mengangkat wajahnya dan berdiri dari tempat duduknya.

"Kemana?" tanya Chika.

"Luar." Vivi menjawab tanpa membalikan badannya dan langsung melengos pergi begitu saja.

Chika nampak berfikir, apakah Vivi seperti itu akibat perkataan ayahnya semalam?





•••


Seharian penuh, Vivi selalu membolos pelajaran. Paling ia hanya masuk beberapa jam saja, lalu keluar kembali.

Tugas yang diberikan pun tak ia kerjakan. Dikelas, ia hanya tidur dan bermain mobile legend. Bahkan hari ini Vivi tidak banyak berbicara seperti biasanya. Tentunya, itu membuat orang bertanya-tanya.

"Vi." panggil Chika diambang pintu kelas. Yang dipanggil langsung menoleh. "Mau pulang dulu apa langsung ketempat les?"

"Gaakan les gue, mau nongki di bang Topan." jawab Vivi.

"Dih apaan ngga les?"

"Ya gue les buat apa lagian? gue duluan ye ati-ati." kata Vivi langsung berpamit dan pergi meninggalkan Chika begitu saja.

Chika sangat yakin jika Vivi masih memikirkan perkataan ayahnya. Ya lagian siapa yang tidak down dan sakit hati jika dibandingkan seperti itu oleh ayahnya sendiri?

•••


Hari hari pun telah berlalu, Vivi sudah kembali seperti biasa. Bawel dan absurd. Namun, ia juga kembali selalu bolos dan tidak pernah mengerjakan tugas. Bahkan, kini ia jarang sekali berdiam di kelas.

"Vivi, Vivi." panggil Chika sambil menoel-noel pipi Vivi yang sedang tertidur.

Merasa tidurnya terganggu, Vivi langsung membuka mata dan berkata. "Buset, gue disurga kah?" tanya nya sambil mengucek kan matanya menetralkan pandangannya.

"Ish apaan si." ucap Chika dengan sebal.

"Gue kira bidadari, ternyata masa depan gue. Kenapaa cantik?" tanya nya.

"Gelii pliss, stop panggil gue cantik yaa. Ohh iya, btw nanti pulang sekolah gue mau minta anter, boleh gaa?"

"Kalau buat tuan putri sih tanpa ditanya pun jawabanya udah tentu boleh, mau kemana?"

"Gue kayak pengen makan eskrim gitu, tapi bingung dimana."

"Ohh tenang nanti gue bakal bawa lu ke tempat yang sangatttttt indah dan cocok untuk menikmati es krim, apalagi makannya sama gue, behhh perpaduan yang sempurna."

"Dihh, tapi terserah deh yang penting nanti anterin ya."

"Siap tuan putrii."


•••


Sesuai perkataannya tadi disekolah, kini Vivi sedang menemani Chika membeli ice cream. Entah Chika akan dibawa kemana saat ini oleh Vivi, ia hanya diam saja tidak banyak protes.

Hingga pada akhirnya ia sampai di suatu taman yang memang banyak pedagang kaki lima. Mungkin karena ini sudah sore, keadaan taman pun sedikit ramai. Kebanyakan keluarga keluarga harmonis yang sedang jalan - jalan sore.

"Rame banget Vi." ucap Chika sambil memberikan helm kepada Vivi.

"Iye sore soalnye, tapi tenang sekarang kite beli eskrim di sono noh." Vivi menunjuk pada salah satu kedai Ice cream. "Nanti makannya gak daerahan sini." jelas Vivi dan Chika hanya mengangguk mengiyakan.

Setelah membeli ice cream Vivi pun segera membawa Chika menuju tempat yang tidak terlalu ramai pengunjung. Keduanya duduk di kursi yang memang sudah tersedia. Pemandangan di depannya terlihat sangat menenangkan mata, danau dengan air yang tenang ditambah pemandangan matahari yang hendak terbenam.

"Gapape ye disini?" tanya Vivi.

"Yaa gapapa, emang kenapa?" Chika malah kembali bertanya pada Vivi.

"Ya takutnye kan lu kaga suka gitu." Chika pun hanya tersenyum lalu menyantap ice cream nya yang tadi ia beli.

Keduanya terdiam sambil menikmati ice cream dan pemandangan di depan matanya, hingga pada akhirnya Chika menoleh kepada Vivi lalu bertanya. "Lu kenapa deh Vi?"

Yang ditanya pun menoleh tak mengerti. "Hah? gue kaga ngapa ngapa ini. Kenapa emang? lu khawatir sama gue yee? wah udeh mulai suka nih jangan jangan." ceroscos Vivi dengan wajah tengilnya.

"Ck, serius ah Vi." Chika berdecak malas.

"Lah serius gue juga, lagian lu aneh tiba - tiba nanya gue kenape."

"Ya lu akhir - akhir ini jadi jarang dikelas lagi, jarang les, ga pernah ngerjain tugas. Kenapa coba?"

"Gue dari pertama juga emang begitu pann."

"Ngga ah, kemaren kemaren ngga gitu." Vivi pun diam tidak kembali menjawabnya. "Sorry kalau gue lancang, tapi lu bisa cerita apapun kok ke gue, kan sekarang kita udah temenan."

Vivi masih belum menjawabnya, ia masih fokus memandangi danau dan menikmati ice cream nya. Terjadi keheningan diantara keduanya selama beberapa menit hingga pada akhirnya Vivi menoleh pada Chika lalu berbicara.

"Lu kaya gini pasti kasihan ye sama gue? gara-gara bokap gue ngata ngatain gue waktu itu?" ucapnya sambil terkekeh. "Kalem Chik, lu gaperlu ngerasa kasian ke gue, dah biasa begitu mah. Lu juga gausah sok peduli kek gini."

Perkataan Vivi tersebut membuat kerutan di dahi Chika muncul. "Ga ada yang kasian sama lu tuh, gaada yang so peduli juga. Gue cuman pengen lu balik lagi jadi Vivi yang gue kenal sejak 3 minggu kemaren. Katanya mau masuk siswa eligible."

"Yaaa yang udah ma udah lah Chik, lagian mau gue belajar sekeras apapun, gue berusaha sekuat apapun, atau nantinya gue masuk siswa eligible terus masuk kampus PTN pun gue bakal tetep sama dimata bokap."

"Gue gatau dan gangerti sesakit apa lu sama bokap lu. Tapi gue yakin kalau lu bisa, gue yakin lu bakal bisa bikin bokap lu bungkam sama pembuktian pencapaian lu nantinya. Katanya kita mau kuliah ditempat yang sama, jadi gaa?" ucapan Chika membuat hati Vivi sedikit tersentuh, selama ini ia tidak pernah mendapatkan kata-kata seperti ini dari orang terdekatnya.

"Kalo jadii, yu mulai bareng gue, kita mulai pelan-pelan dari awal lagi. Gue bakal usahain buat selalu nemenin lu, sampe lu bisa ngebungkam bokap lu dengan pencapaian lu nantinya." lanjut Chika tanpa sadar

Vivi masih terdiam, haruskah ia menuruti apa kata Chika?

"Okee, gue bakal ikut lu buat mulai dari awal lagi. Gue bakal belajar, demi lu. Demi bisa masuk kampus yang sama, sama lu." ucap Vivi sambil tersenyum.

"Jangan, lu jangan pernah sekalipun belajar karena kehadiran seseorang. Kaya yang tadi lu bilang, lu belajar demi gue, jangan Vi. Terus jangan punya tujuan sesuatu karena kehadiran seseorang juga. Karena kalau nanti orang itu pergi, rencana lu yang udah dibuat bakal ancur gitu aja, terus lu bingung harus lanjutinnya gimana. Lu harus belajar demi diri lu, demi ngebuktiin ke semua orang kalau lu bisa dan lu mampu."

















Jangan lupa voment ya kawan - kawan!

-see u-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fall in love w u [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang