Di sebuah tanah lapang yang luas tempat latihan para ninja, nampak sesosok gadis kecil beranjak remaja tengah terduduk di bawah pohon dengan kedua kaki yang menyila, lalu kedua tangannya menyatu di depan dada dan terlihat membentuk sebuah segel, tak lupa kedua mata gadis itu kini terpejam.
Beberapa kali kernyitan hadir di area keningnya, serta bulir peluh mengalir di bagian pelipis. Gadis kecil bersurai merah muda itu masih mencoba fokus, mengalirkan chakra pada satu titik dimana itu adalah sebuah tempat penabungan chakra dalam tubuhnya yang suatu saat nanti akan ia gunakan jika waktunya telah tiba.
Tanpa ia sadari, ada sosok lain yang tengah mengawasi, laki-laki dengan rambut kecoklatan yang panjang dan diikat rendah, nampak berdiri di sebuah batang pohon di atas sana. Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada manik rembulan itu terus memandang tubuh gadis kecil yang tengah berlatih itu.
Hingga mentari hampir tenggelam, keduanya masih berada dalam posisi yang sama. Sampai, gadis itu pun membuka mata dan bernapas lega ketika kegiatannya di hari itu telah diselesaikan. Peluh di pelipis pun langsung dielapnya sembari bangkit dari duduknya.
"Sakura, cukup untuk hari ini." gumam si gadis pada dirinya sendiri. Bibirnya tak lupa menghadirkan senyuman hangat, ia telah berusaha keras dan ia yakin suatu saat nanti usahanya ini akan membuahkan hasil.
Dengan mengedarkan pandangannya sesaat, akhirnya Sakura pun meninggalkan tempat berniat pulang karena langit gelap beberapa waktu lagi akan mengambil tugasnya.
Hingga, langkah gadis itu terhenti ketika mendengar sebuah hentakan cukup kuat dari arah belakangnya, seperti kaki yang berpijak ke tanah.
"Kau sangat berkerja keras."
Suara berat itu membuat tubuh Sakura berbalik, gadis kecil itu mengernyit bingung melihat kehadiran Neji yang tidak ia sadari. "Neji-san?"
Jarak yang cukup jauh membuat laki-laki itu pun melangkah guna memperpendek jarak diantara mereka. "Kau menunjukkan peningkatan pesat setelah kepergian-nya."
Sakura kembali diserang keterkejutan serta rasa bingung yang lagi-lagi menghantamnya. Namun, ia sangat jelas mengetahui siapa sosok yang dimaksud oleh Neji.
Sakura tersenyum mendengarnya. "Aku hanya tidak ingin terus-menerus menyusahkan timku, dan mencoba berusaha semampuku,"
Dengan wajah minim ekspresinya Neji mengangguk memahami hal tersebut, memang menyebalkan jika diri sendiri tak mampu membantu tim ketika dalam bahaya. "Aku yakin kau akan bisa berjalan beriringan dengan mereka."
Jelas saja yang dimaksud mereka oleh Neji adalah teman satu tim Sakura. "Aku sangat berharap akan hal itu, aku tak ingin lagi berjalan di belakang bayang-bayang mereka, aku ingin bisa bekerjasama dengan Naruto dan Sasuke-kun. Dan mungkin ... denganmu juga, Neji-san, dan pastinya shinobi yang lain juga,"
"Kerja kerasmu dalam berlatih mengingatkanku pada teman satu timku."
"Lee-san?"
Neji sedikit terkejut melihat Sakura mengetahui siapa sosok yang dimaksud olehnya, namun tak lama laki-laki itu pun mengangguk. "Benar, dia sangat ingin mengalahkanku, dan aku yakin suatu saat nanti dia akan bisa mencapai mimpinya itu."
"Kau sangat kuat Neji-san, pasti akan sulit bagi Lee-san untuk mengalahkanmu,"
"Dengan kerja keras dia pasti bisa melakukannya, bahkan kau pun bisa mengalahkanku jika kau terus berlatih."
Sakura sempat tertegun mendengarnya. Ia tak menyangka Neji yang dulunya sangat angkuh nan tak peduli dengan sekelilingnya kini mampu mengatakan sesuatu yang bahkan bisa mempengaruhi semangat dalam diri Sakura, membuat gadis itu semakin bersemangat dalam memperkuat pertahannya.
"Hari semakin larut, lebih baik kau segera pulang." setelah mengucapkannya, Neji pun melangkah meninggalkan tempat.
Namun, gadis kecil merah muda itu masih terdiam, sepenggal pertanyaan mulai hadir di dalam otaknya, "Sejak kapan Neji-san berada di sini? Lalu, untuk apa? Dan, mengapa ia melakukannya?"
Sakura menggeleng mencoba mengabaikan semua itu, mungkin saja Neji tidak sengaja melintas.
Kau tidak tahu saja Sakura. Neji hingga menekan chakra nya hanya untuk memperhatikanmu berlatih, hahaha.
"Kau tak ingin pulang, Sakura?"
Sakura tersentak ketika mendengar suara Neji, ia pun berbalik lalu mendapati laki-laki itu masih berdiri tak jauh dari tempatnya. Saat ini yang bisa Sakura lihat adalah punggung Neji yang tertutup rambut panjang indahnya yang berjarak kurang lebih sekitar tiga langkah di depannya sekarang.
"Mari, aku akan mengantarmu, kau terlihat lelah dan mungkin membutuhkan bantuan?" Kepala Neji menoleh dan melirik Sakura dari ekor matanya.
"Ah?! Ano ... aku, baik-baik saja, Neji-san. Dan, aku bisa pulang sendiri," dengan gugup gadis itu menjawab.
Tak lupa kini ia mengelus tengkuknya merasa ada yang aneh dengan sikap Neji kali ini, atau perhatian kecil yang Neji berikan sejak dulu pun sudah hadir namun tak disadari oleh Sakura? Entahlah.
"Cepatlah." akhirnya laki-laki itu kembali mengambil langkah untuk pergi.
Melihat itu sempat membuat Sakura kebingungan mengenai apa yang harus ia lakukan, membiarkan Neji pergi? Atau justru mengikuti langkahnya?
Sakura pun berdecak dan langsung saja berlari kecil mengejar ketertinggalannya untuk menyamai langkah dengan laki-laki Hyuga itu.
Keduanya pada akhirnya berjalan beriringan menyusuri desa, dengan situasi canggung yang sudah menemani mereka sejak kebersamaan mereka terjalin.
Sakura menghela napas dengan memperhatikan langkah kakinya serta Neji yang nampak kompak dalam pergerakannya. Entah mengapa, ia selalu merasa segan dengan sosok Neji, mungkin karena laki-laki itu berasal dari keluarga terpandang dan tidak begitu dekat dengannya?
Iya, hal itu membuat Sakura merasa harus menjaga etika serta tak bisa menunjukkan sisi liarnya, ah tidak, itu nampak begitu kasar, mungkin kalimat yang lebih tepat adalah Sakura menjadi tidak bisa bersikap bagaimana biasanya ia bertingkah di depan temannya yang lain, seperti Naruto contohnya.
"Kau tidak nyaman?"
Reflek Sakura menoleh, hampir kedua alis berwarna senada dengan rambutnya itu menyatu, memandang penuh tanya pada sosok Neji yang kini masih berjalan di sampingnya, juga dalam keadaan tenang seperti biasa.
Menyadari kebingungan yang dirasa oleh Sakura membuat laki-laki itu menoleh, hingga emerald itu mengunci manik rembulannya, hijau meneduhkan itu membuat Neji lupa bagaimana caranya berkedip, hingga suara dari si gadis membuyarkan lamunannya.
"Neji-san? Ada apa?"
Secara cepat laki-laki itu kembali memperhatikan ke depan, kedua tangan masih setia berada di dalam saku celana ninjanya. "Kau merasa tak nyaman berada di dekatku?"
"Eh?! A - ano ... tidak, bukan begitu Neji-san," Sakura bergerak kikuk, sejujurnya ia tak menduga Neji akan bekata seperti itu. Walaupun Sakura memang sudah yakin Neji menyadari tingkah tak nyaman yang Sakura tunjukkan, tapi Sakura tidak menyangka Neji akan mengutarakannya.
"Bersikaplah seperti bagaimana kau berada di dekat Naruto. Aku lebih menyukai sisimu yang seperti itu."
...
Di sini aku ambil mereka masih di usia 13 tahunan ya, masih sama-sama gennin.
Mungkin beberapa chapter lagi baru deh aku ambil time skip pada saat mereka remaja, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔
Fanfiction🌸𝐍𝐞𝐣𝐢𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Sakura genin itu kemampuan bertarungnya masih di bawah rata-rata. Maka, di setiap kegiatan menjalankan misi, ia hanya bisa terdiam atau bertarung sebisanya dan selalu berakhir dilindungi oleh rekan misi yang lain. Hingga kepergi...