| 8 | Membuat Moment

768 127 23
                                    

Di sebuah hutan yang berada tidak jauh dari desa, tampak dua orang gadis sedang sibuk memilah-milah beberapa tanaman dan langsung dimasukan ke dalam keranjang. Si pirang dengan model rambut kuda poni terlihat menggerutu sejak kedatangan mereka ke tempat tersebut.

"Mengapa aku harus ikut? Hey, Jidat. Kupikir kau sendiri saja cukup jika hanya untuk mencari tanaman obat di sini," imbuh Ino. Tangannya bergerak memetik pucuk tanaman obat dengan malas.

Sakura sejak tadi hanya bisa menghela napas. "Jadi, kau tidak mau menemaniku? Pig, anggap saja kita sedang beristirahat sekarang. Kita bisa sedikit santai karena daftar tanaman obat yang dibutuhkan cukup mudah didapatkan,"

"Aku lebih suka menjalankan misi bersama Shikamaru dan Choji kau tahu," ceplos Ino. Yang mana langsung tersadar dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Tatapan Ino secara perlahan mengarah pada Sakura yang kini juga memperhatikannya, perasaan bersalah Ino semakin besar ketika menyadari air muka si musim semi sudah berubah menyendu.

Ya ampun, Ino melupakan fakta bahwa sekarang Sakura kehilangan kedua rekan timnya, lebih tepatnya Naruto dan Sasuke masih meninggalkan desa dan ucapan Ino tadi pasti telah menyinggung perasaan Sakura. Ino sangat menyesal.

"Jidat ... aku tidak bermaksud─"

"Sudahlah, aku tidak apa-apa," Sakura pun mencoba melupakannya dan lebih memilih kembali pada kegiatannya. Gadis itu berjalan sedikit lebih jauh untuk memetik tanaman yang dibutuhkan.

Ino memandangnya prihatin, dengan sebelumnya menghela napas akhirnya Ino pun memilih untuk mendekati Sakura. "Apa belum ada kabar kapan Naruto akan kembali? Ini terhitung sudah dua tahun, kan, sejak kepergiannya?"

Pertanyaan Ino kembali menarik perhatian Sakura, gadis musim semi itu mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, aku tidak mendapatkan kabar apapun. Bahkan Kakashi-sensei juga sibuk dalam menjalankan misi,"

Ino mengerti, diantara temannya yang lain, memang hanya Sakura yang sangat jarang mendapatkan misi sejak kepergian Naruto. Sakura tampak lebih fokus mengasah kemampuannya bersama Tsunade dan lebih sering berada di rumah sakit untuk setidaknya membantu tenaga medis di sana.

Sakura segera memperhatikan Ino ketika teman blondenya itu tiba-tiba berdehem, sebelah alis merah mudanya terangkat karena bingung. "Ada apa?"

Yang ditanya hanya bisa senyum malu-malu. "Jidat ... lantas, bagaimana hubunganmu dengan Neji-san? Hey! Aku tidak jarang melihat kalian bersama!"

"Apa maksudmu? Kami tentu saja berteman baik," dengus Sakura dengan menggelengkan kepalanya heran.

Lengan Ino sedikit menyenggol lengan Sakura untuk memberikan godaan. "Apakah benar seperti itu? Selain Tenten-san dan Lee-san, sepertinya hanya kau orang asing yang dekat dengannya," Ino mengedipkan sebelah mata.

Langsung saja Sakura memukul ringan punggung Ino sampai si korban mengaduh dan meringis.

"Jangan bercanda!" Sakura mencoba mengabaikan wajah menyebalkan Ino yang mana gadis pirang itu kini tersenyum menggoda ke arahnya, dan itu sungguh menyebalkan. Jika tidak mengingat Ino adalah teman sekaligus seorang wanita mungkin Sakura sudah menonjok wajahnya.

Atau memukul kepanya? Sama seperti kebiasaan Sakura yang suka memukul kepala Naruto. Ah! Berbicara mengenai Naruto, jujur saja Sakura merindukannya. Bibir si musim semi melengkung ke atas dan kini tatapannya mengarah ke hamparan kebiruan di langit.

"Naruto ... aku merasa dia telah menjadi semakin kuat sekarang,"

"Eh?" Ino segera berjalan lebih dekat saat suara Sakura tertangkap pendengarannya, lantas kepalanya mengangguk setuju. "Aku harap begitu. Jangan sampai saat dia kembali justru si bodoh itu merusak ekpektasi kita,"

𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang