Setelah tiba di tempat tujuan di malam hari berikutnya, mereka dipersilahkan untuk istirahat hingga keesokan harinya barulah mereka membahas kelanjutan misi.
Pihak desa telah menyiapkan satu rumah khusus untuk tempat tinggal ketiganya selama misi berlangsung. Terdapat tiga kamar terpisah di dalamnya, lalu ruang tamu, dapur serta kamar mandi. Seperti rumah pada umumnya dan ini cukup nyaman untuk mereka beristirahat.
Dan pagi ini Sakura, Neji serta Shino terlihat duduk di ruang tengah, sedang membahas apa rencana awal mereka di hari pertama misi. Ketiganya terlihat masih diam, bergulat dengan pikirannya masing-masing.
"Sepertinya aku ingin melihat bagaimana kondisi remaja yang tak sadarkan diri itu," Sakura pun bicara, rasa menggebu terlihat jelas seolah Sakura ingin buru-buru melihat apa efek yang diberikan oleh musuh untuk melemahkan putra pemimpin desa ini.
Neji memperhatikannya dalam diam, sebelum akhirnya menyahut, "Jadi, tujuan awalmu adalah menyembuhkannya?"
Sakura mengangguk. "Ya. Karena aku rasa, kita bisa mendapatkan informasi lebih jelas darinya, dia sendiri yang mengalami penyerangan itu maka dialah yang memiliki cerita aslinya, siapa tahu ada sebuah kejelasan jika dia sadar,"
Keheningan tercipta, seakan mereka menyerap apa yang baru dikatakan oleh si gadis. Walaupun Hokage telah sedikit memberikan penjelasan, namun memang mereka masih merasakan ada banyaknya hal yang tak mereka ketahui, sumber informasi masih sangat sedikit. Walaupun mungkin tak banyak, namun sepertinya sesuatu yang mereka tidak ketahui ini justru menjadi hal sangat penting.
Kemudian Shino berdehem, kepalanya mengangguk setuju. "Kalau begitu, aku dan Neji akan langsung memeriksa sekitar sini, sedangkan kau menemui putra pemimpin yang tak sadar itu,"
"Benar. Terdapat kejanggalan dengan cerita yang tetua katakan, kupikir ada sesuatu yang disembunyikan atau tidak mereka ketahui. Memang lebih baik mendengarnya langsung dari anak itu," Neji menyahut.
"Juga ditakutkan adanya kekeliruan dalam penyampaian informasi. Musuh yang memilih untuk membuat putra pemimpin tak sadar adalah kecerobohan menurutku jika alasannya hanya takut mutiara itu dikuasai desa. Ingin mengendalikan mutiara secara paksa? Seperti terdapat alasan lain mengapa mereka memilih ingin melenyapkan putra pemimpin desa ini," Shino menjabarkan, mengeluarkan unek-unek yang sejak awal mengganggu pikirannya, ini adalah kata yang sebenarnya ingin Shino katakan sejak awal tepatnya pada saat mereka berdiskusi di perjalanan kemarin.
Neji dan Sakura terdiam, merasa ucapan Shino pun masuk akal.
Para tetua mengatakan, musuh merasa bisa mengendalikan mutiara secara paksa jadi memilih untuk melenyapkan putra pemimpin yang dikabarkan dapat dengan mudah mengendalikan kekuatan dari mutiara itu. Namun, sepertinya daripada alasan tersebut, agaknya terdapat alasan lain, dan mereka yakin kesadaran putra pemimpin akan bisa menjawab semuanya.
"Maka aku memang harus menyembuhkannya lebih dulu, dengan begitu misi kita bisa lebih jelas,"
Setelah membuat keputusan, akhirnya ketiganya pun memilih untuk langsung bersiap, mempersiapkan segala keperluan yang kemungkinan berguna dalam menjalankan misi nantinya.
Sebelum bertugas, ketiganya mengunjungi kantor desa dimana para tetua berada, untuk membicarakan rencana yang telah para shinobi Konoha rancang. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah ketiganya berpisah, dimana Neji Shino mulai menyelidiki kejanggalan di sekitar desa dan Sakura mengunjungi kamar tempat remaja itu dirawat.
...
Hanagaki adalah sebuah klan kecil yang telah ditakdirkan sebagai keluarga pemimpin Desa Shinjagakure, menggunakan sistem turun temurun dalam menentukan kepemimpinannya.
Maka, Hanakagi Shinya lah sang calon pemimpin kali ini, seorang remaja yang mendapatkan nasib sial lantaran mengalami takdir dimana telah berbulan-bulan tak sadarkan diri akibat efek penyerangan yang diterimanya.
Shinya telah kehilangan kedua orang tuanya beberapa tahun lalu. Yang artinya desa tersebut telah lama kehilangan pemimpin mereka dan kini hanya mengandalkan para tetua sebagai pengurus sembari menunggu Shinya cukup umur untuk mendapatkan gelar kepemimpinan mengingat remaja itu kini masih berusia 16 tahun.
Shinya sejak kepergian kedua orang tuanya hanya tinggal bersama Hanagaki Sanae─neneknya. Sanae lah pengganti orang tua bagi Shinya, merawat Shinya dengan penuh kasih sayang berharap kelak bocah itu akan menjadi orang yang hebat.
Oleh sebab itu, melihat keadaan Shinya sekarang sangat amat memukul bagi Sanae, wanita berumur itu hanya bisa menangis memikirkan bagaimana nasib cucunya.
Sakura yang kini berdiri di samping Nenek Sanae pun merangkulnya dan memberikan usapan, berharap itu mampu meredakan kesedihannya. Sakura ikut menatap bagaimana sosok Shinya kini terbaring lemah.
"Sanae-baa sama, anda tenang saja, saya berjanji akan membantu kesembuhan Hanagaki-sama," Sakura berujar.
Wanita berumur itu menoleh untuk memperhatikan gadis muda yang kabarnya akan membantu kesembuhan cucunya serta membantu permasalahan yang tengah di hadapi desa tersebut. Sanae tampak tersenyum hangat. "Terimakasih, Sakura."
Gadis itu balas tersenyum dan mengangguk. "Ijinkan saya untuk memeriksa keadaan Hanakagi-sama, Sanae-baa sama,"
Sanae mengangguk mempersilahkan. Sakura akhirnya mendekati ranjang tempat Shinya terbaring, memperhatikan beberapa saat sebelum kemudian sedikit membungkuk untuk memudahkannya dalam pemeriksaan. Pendar kehijauan muncul di permukaan tangan Sakura dan segera gadis itu meletakkan di beberapa organ vital Shinya.
Berlangsung beberapa waktu yang cukup lama, peluh bahkan sudah membanjiri pelipis si gadis hingga titik terakhir yang Sakura tuju adalah kening laki-laki itu, kedua mata Sakura memejam untuk merasakan sesuatu. Sampai kemudian pendar tersebut pun memudar.
Sakura berdiri tegak dan kembali mendekati Sanae. "Sanae-baa sama, sepertinya aku sudah mengetahui sesuatu tentang keadaan Hanakagi-sama,"
Sanae tampak sedikit berbinar, merasakan adanya secercah harapan mendengar ucapan Sakura. "Bagaimana keadaannya? Apakah kau mampu menyembuhkan cucuku?"
Senyuman simpul Sakura berikan disusul anggukan kepala, Sakura bahkan telah memikirkan daftar tanaman obat yang dibutuhkannya dalam penyembuhan Shinya. "Mereka membuat racun yang mampu memanipulasi kesadaran korban, itu membuat siapapun yang menerimanya dapat tertidur dalam jangka yang tak diketahui,"
Tatapan Sakura kembali mengarah pada Shinya. "Dia sedang tertidur, namun jika tidak diobati maka dia akan selamanya seperti ini," dan emerald itu pun kembali memperhatikan Sanae setelah mendapatkan ide. "Sanae-baa sama, apakah di desa ini memiliki sebuah tempat yang biasanya ditumbuhi oleh tanaman obat?"
Tanpa diduga Sanae mengangguk, padahal niatnya jika di sini tak ada maka Sakura akan meminta pihak konoha mengirimkan beberapa tanaman yang telah Sakura pilih. Namun anggukan itu mampu membuat Sakura bernafas lega karena berkemungkinan mempercepat pengerjaannya.
"Kami memilikinya. Kebetulan aku sering membuat jamu dengan tanaman-tanaman obat milikku. Kita bisa pergi ke sana jika kau membutuhkannya,"
Sakura mengangguk antusias. "Tolong bawa aku ke sana Sanae-baa sama. Aku membutuhkan beberapa tanaman obat... seperti daun aeternitas, daun pluvia, bunga sanctus dan bunga ventus,"
Sakura membutuhkan daun aeternitas untuk menghidupkan kembali syaraf-syaraf kaku milik Shinya dimana tubuh tak tergerak dalam waktu lama mengakibatkan ketegangan di tubuhnya. Daun pluvia memiliki efek dingin, dimana itu juga bisa membuat Shinya lebih rileks. Bunga sanctus dan ventus adalah perpaduan yang cocok menurut Sakura untuk memberantas racun yang berkeliaran di tubuh Shinya, membuat zat berbahaya itu secara perlahan larut dan akan mudah di keluarkan oleh Sakura nantinya ─mengingat saat ini zat racun itu kaku dan menempel di organ vital Shinya.
"Sepertinya aku memiliki semua tanaman itu, ayo ikut denganku."
Sakura berbinar dan mengangguk antusias, segera saja gadis itu mengikuti langkah Sanae. Semoga saja, Shinya bisa segera sadar dan mempermudah misi mereka.
...
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔
Fanfiction🌸𝐍𝐞𝐣𝐢𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Sakura genin itu kemampuan bertarungnya masih di bawah rata-rata. Maka, di setiap kegiatan menjalankan misi, ia hanya bisa terdiam atau bertarung sebisanya dan selalu berakhir dilindungi oleh rekan misi yang lain. Hingga kepergi...