Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Sakura dalam mencipta racikan obat, percobaan dan kegagalan mewarnai usaha Sakura dalam prosesnya sampai pada akhirnya kini gadis itu telah berhasil membuat penawar racun tersebut. Nyatanya Sakura perlu sedikit menambahkan bahan dan tumbuhan tersebut kebetulan ada di desa ini, membuat hasil kerja keras Sakura memiliki akhir sempurna.
Dengan tekad Sakura meninggalkan tempat tersebut dan ingin cepat-cepat menemui Sanae-baa sama yang kabarnya berada di kamar Shinya untuk menemani cucunya itu.
Sakura mengetuk pintu, setelah mendapatkan sahutan akhirnya gadis itu pun memasuki ruangan.
"Sakura? Kau berhasil membuatnya?"
Gadis itu tersenyum lebar dan mengangguk cepat. "Ya! Sanae-baa sama. Aku yakin ini akan berhasil. Maaf karena ternyata aku butuh waktu lebih lama," ujarnya sedikit menyesal lantaran membuat wanita berumur tersebut menunggu selama tiga hari.
Sanae menggeleng. "Tidak, jangan meminta maaf. Aku mengerti itu pasti tidak mudah. Terimakasih karena sudah berjuang untuk membantu,"
"Ini sudah menjadi tugasku, Sanae-baa sama,"
Kemudian Sanae pun mundur, sedangkan Sakura mengumpulkan rambutnya menjadi satu genggaman di belakang lalu mengikatnya guna memudahkan dalam proses pengobatan. Setelahnya si gadis meluangkan waktu untuk mengambil nafas panjang dan membuangnya perlahan, di tangannya kini telah ada sebotol ramuan, Sakura hanya perlu meminumkannya pada Shinya, menunggu beberapa saat kemudian mengeluarkan racunnya.
Waktu berjalan cukup lama. Sanae terlihat terpukau atas bagaimana sigapnya Sakura dalam melakukan pengobatan pada cucunya, pergerakan gadis itu tampak yakin namun juga hati-hati dalam artian baik, begitu teliti serta telaten.
Sampai akhirnya Sakura menghela napas, terlihat adanya setumpuk cairan kental berwarna gelap pada sebuah wadah yang mana itu adalah racun yang telah mencair dan Sakura mengambilnya dari tubuh Shinya.
Jika dilihat lebih teliti, keadaan tubuh Shinya yang semula pucat pun kini mulai berangsur normal, bahkan terlihat lebih rileks walaupun kedua matanya masih terpejam.
"Sakura, bagaimana?"
Gadis itu menoleh pada Sanae yang mana wanita berumur itu mulai mendekatinya. "Semua sudah baik-baik saja, Sanae-baa sama. Hanya membutuhkan beberapa waktu untuk Hanagaki-sama siuman,"
Mendengarnya membuat Sanae bernafas lega, kemudian fokus Sanae langsung mengarah pada cucunya yang terlihat mulai terbatuk-batuk dan segera saja dirinya mendekati.
"Shinya? Apa yang kau rasakan?"
Laki-laki itu meringis lalu terlihat mencoba duduk dengan bantuan Sanae, tatapannya langsung tertuju pada sang nenek. "Aku... tubuhku terasa kaku, dan sesak,"
"Beristirahatlah Hanakagi-sama, setelah itu saya yakin keadaan anda akan jauh lebih baik."
Shinya langsung mendongak, dan mengernyit mendapati sosok asing di sana, gadis yang sempat berbicara dan tak pernah Shinya lihat sebelumnya.
Sanae yang menyadari kebingungan cucunya langsung tersenyum dan mendekati Sakura kemudian merangkulnya. "Dia Haruno Sakura, shinobi yang tetua kita sewa untuk menolongmu dan menangkap seseorang yang telah menyerangmu. Sakura berada di sini bersama dengan dua temannya." Jelas Sanae.
"U-uh... begitu? Jadi... dia yang menolongku?"
Sang nenek mengangguk. "Ya... selain cantik, Sakura juga hebat. Dia gadis muda yang sempurna!"
Sakura terlihat tersenyum canggung, merasa tak enak dengan ucapan Sanae yang seakan melebih-lebihkan tentang nilai positif pada dirinya.
Laki-laki itu mengangguk mempercayai, tatapannya segera jatuh pada gadis yang sejak beberapa detik lalu berada dalam rangkulan neneknya. "Baiklah. Terimakasih karena sudah menolongku."
...
Sakura tampak tergesa untuk menuju rumah tempatnya bermalam di desa ini, gadis itu perlu menyampaikan sebuah asumsi yang dimilikinya pada kedua rekan satu timnya, asumsi yang semakin kuat ketika menyadari jenis racun yang diterima oleh Shinya.
Pintu terbuka dan Sakura langsung menemukan Neji serta Shino yang duduk di ruang tengah. "Uhm? Kalian sudah pulang rupanya."
Neji mengangguk. "Kami baru tiba. Dan belum mendapatkan petunjuk apapun mengenai siapa musuh yang menyerang putra pemimpin desa,"
Tepat. Sakura yang merasa ini moment yang pas pun langsung bergabung dengan mereka. "Aku menemukan sesuatu,"
"Hm? Apa?" Shino menyahut.
"Aku baru saja berhasil menyembuhkan Hanagaki-sama, dan aku memiliki sebuah asumsi. Ada satu kandungan racun yang aku kenal, dan itu biasanya hanya ada di kawasan daerah shinobi, jadi aku menyimpulkan jika musuh kita saat ini adalah seorang shinobi yang pandai dalam memahami tanaman obat,"
"Kau yakin?" Kembali Shino bicara.
"Uhm..." Sakura pun bergumam, sejujurnya dirinya juga tidak yakin. "Sejujurnya aku juga tidak terlalu yakin, karena bisa saja musuh menjadi pihak kedua dimana mereka mendapatkan racun itu dari seorang ninja. Seperti membelinya atau apapun itu,"
"Sepertinya aku lebih percaya pada asumsi pertamamu, Sakura. Karena, jika dilakukan oleh manusia biasa maka pergerakan mereka tidak akan semulus itu," bagi Neji, setidaknya sedikit saja petunjuk seharusnya bisa ditemukan di sekitar sini, namun setelah beberapa hari mengamati desa nyatanya tak ada hal yang mencurigakan.
"Tapi, bisa saja beberapa bukti telah lenyap karena termakan waktu? Mengingat penyerangan mereka juga sudah terjadi beberapa bulan lalu, kan?" Shino hanya menyampaikan kemungkinan lain, dan Shino pikir ucapannya juga masuk akal.
"Tidak ada jaminan selama setelah melemahnya putra pemimpin desa mereka tidak lagi datang," Neji kembali bicara.
"Tapi, daripada itu... siapa shinobi musuh yang pintar dalam pembuatan racun?"
Pertanyaan Sakura memancing keheningan, ketiganya terlihat mulai merenung dan berkutat dengan pikirannya masing-masing.
"Entah kenapa aku teringat Orochimaru,"
Kembali ucapan Sakura menarik perhatian keduanya.
Neji mengernyit samar. "Dia... yang sempat mengacaukan ujian chunin dahulu? Dan membunuh Hokage ke-tiga?"
Gadis itu mengangguk cepat. "Ya! Aku memang sudah lama tidak bertemu dengannya lagi, tapi... argh! Sudahlah, lebih baik kita langsung tanyakan saja pada Hanagaki-sama nanti, setelah keadaan Hanagaki-sama sudah jauh lebih baik."
Mendengar itu membuat Neji menghela nafas, sia-sia mereka berpikir keras sejak tadi, jika memiliki jalan pintas seperti itu lebih baik sejak awal saja mereka tak perlu menduga-duga. "Sakura, kau mengerjai kami atau bagaimana?"
Sakura meringis menahan cengirannya. "Maaf, aku hanya merasa tidak sabar mengetahuinya. Tapi keadaan Hanagaki-sama tidak memungkinkan untuk aku bertanya masalah serius seperti ini,"
"Aku akan mencari udara segar."
Shino terlihat bangkit dan berjalan keluar rumah. Menyisakan Neji dan Sakura, dimana Sakura tampak menampilkan wajah bingungnya.
"Apakah dia marah?" Sakura berujar.
Membuat Neji menatapnya untuk beberapa waktu, kemudian menggelengkan kepalanya samar. "Kurasa tidak."
Setelahnya mereka pun saling diam, di rumah yang sepi dan hanya terdapat mereka berdua saja, sampai akhirnya untuk mengusir kesunyian dari pihak Sakura memutuskan untuk bicara,
"Uhm... Neji-san, menurutmu siapa dalang di balik ini semua?"
Neji mendadak memberikan tatapan intens pada si gadis, yang mana membuat gadis itu pun tersenyum kecil dan mengangkat tangannya tanda menyerah. "Baiklah, maaf, aku tidak akan bertanya lagi."
...
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔
Фанфик🌸𝐍𝐞𝐣𝐢𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Sakura genin itu kemampuan bertarungnya masih di bawah rata-rata. Maka, di setiap kegiatan menjalankan misi, ia hanya bisa terdiam atau bertarung sebisanya dan selalu berakhir dilindungi oleh rekan misi yang lain. Hingga kepergi...