pasrah

285 49 9
                                    

Melody tak bisa berkata-kata saat tau dirinya akan di nikahkan dengan pria yang tak pernah ia bayangkan. Namun disisi lain saat kedatangannya di keluarga ini Melody bisa merasakan kehangatan layaknya keluarga. Nafiya yang selalu memberi kasih sayangnya tanpa memandang siapa.

Meera selalu menjadi kakak pengertian dan selalu memberinya cinta. Tapi ia ragu dengan Arsyad, tatapan mata yang tak pernah berubah dari awal pertemuan Melody dan Arsyad sampai detik ini.

Melody masih terdiam menatap gaun pengantin di hadapan nya, gaun pernikahan yang akan ia kenakan esok.

"Lo bisa kabur sekarang kalo lo gak mau nikah sama gue. " ucap Arsyad berdiri di ambang pintu. Melody terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya pada Arsyad.

"Kenapa juga aku harus kabur? " tanya Melody polos

Arsyad berdecak kesal, menatap sinis Melody. "Gue tau lo gak mau nikah sama gue begitu juga sebaliknya jadi lebih baik lo kabur sekarang dari pada pernikahan itu terjadi. " jelas Arsyad, Melody yang mendegar ucapan Arsyad malah tersenyum bahagia sembari menghitung sesuatu di jarinya.

"Kamu bicara lebih dari 20 kata. " ucapnya semangat

"Kayaknya emang gesrek nih anak bisa-bisanya ngitungin ucapan gue. " gumam Arsyad tak habis pikir

"Khem jadi? "

"Apa? "

"Kabur. Lo mau kabur gak? Astagfirullah lama-lama gue makan lo gitu aja gak ngerti. " sewot Arsyad

Melody menggeleng cepat dengan jari telunjuk yang bergerak ke kiri dan kanan menolak tawaran Arsyad. "Aku mau pasrah aja ah kan siapa tau emang udah takdir nya gini. "

Arsyad menghela napas dalam menatap prustasi Melody. "Ternyata lo bisa goblok juga, Terserah lo mau gimana gue capek. " ucap Arsyad pergi dari sana meninggalkan Melody yang tengah bingung menatap kepergian Arsyad.

Sebenarnya mel juga gak mau nikah sama dia tapi kalo bukan keluarga nya mel gak punya siapa-siapa lagi. Batin Melody

*******

Meera tengah pokus dengan pelajaran yang tengah ustadz Arif terangkan di depan kelas.

"Jadi siapa yang belum paham? " tanya ustadz Arif, semua santri diam tak ada yang menjawab pertanyaan ustadz Arif.

"Oke saya anggap kalian semua sudah paham sama pelajaran saya. " ustadz Arif kembali ke mejanya merapihkan beberapa buku dan duduk sejenak.

"Baik kita akhiri semuanya dengan baca hamdalah dan doa kafarattul majlis. "

"Alhamdulillah hirabbilallamin, Allahumma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa'ahu. Wa arinal baathila baathilan warzuqnaj tina bahu.

Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik. " ucap semua santri serempak.

"Baik jangan lupa kerjakan pr yang saya kasih tadi. " ucapnya yang langsung berjalan ke arah pintu. "Sebentar saya dulu yang keluar. Saya pamit wassalam. "

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. "

Amelia tertawa kecil saat melihat Ustadz Arif berjalan cepat sembari menundukkan pandangan nya. "Lucu ya ustadz Arif. " celetuknya

Meera mengerutkan keningnya bingung. "Lucu apa? "

"Ustadz Arif tuh gak pernah hafal sama nama kita padahal kan beliau udah ngajar satu tahun lebih di kelas kita. Kemarin aku gak sengaja ketemu beliau di jalan pas mau ke mesjid, aku panggil ustadz dia malah bilang siapa? Anak baru ya? Maaf saya gak kenal santri putri. " jelasnya sembari meniru ucapan ustadz Arif

Bukan Pengganti 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang