siapa sangka

355 62 7
                                    

Arsyad satu-satunya anak yang sekolah umum dan jarang sekali ke pondok pesantren milik kakek kakungnya itu.

Banyak santri yang hanya tau jika Meera hanya memiliki dua adik yaitu Arkan dan Arshan saja, nama Arsyad sangat asing di telinga mereka.

Arsyad memilih sekolah umum karna ia ingin berbeda dari kakak-kakaknya dan memiliki dunianya sendiri. Nafiya dan gus Arshya pun mendukung keputusan anaknya itu.

Nafiya dan gus Arshya juga tak marah saat anaknya membentuk geng motor dan menjadi ketua, mereka selalu mengijinkan asal Arsyad izin lebih dulu pada mereka. Nafiya dan gus Arshya pun tak jarang ikut memantau perkembangan geng motor anaknya, dan ketika ada masalah gus Arshya akan menghubungi Alaska untuk membantu mereka.

Alaska juga mengijinkan markasnya untuk menjadi markas geng motor Arsyad.

"Jadi gimana bos? " ucap Surya yang baru saja datang bergabung

Arsyad menghela napas panjang menggeleng samar Ia juga tak tau apa yang harus ia lakukan untuk kakaknya itu, satu sisi ia ingin membantu kakaknya untuk membatalkan rencana pernikahan itu tapi di sisi lain ia tak mau membuat ummanya kecewa.

"Gak tau gue bingung. " jawabannya sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku

"Ya udah pasrah aja bos, lagian kakaknya bos lebih dulu bilang iya soalnya. "

"Tapi gue gak tega liat dia nangis terus. "

Surya menghela napas. "Ya mau gimana lagi sekarang posisinya serba salah soalnya. " Arsyad mengangguk setuju dengan ucapan Surya.

"Oh iya bos malem ini si rey ngajak kita tanding lagi. " ucap Glen saat tiba-tiba ia ingat sesuatu

Arsyad mengangguk samar. "Terima aja dan bilang nyokap gue mau gabung malem ini. " ucap Arsyad santai

Glen, Surya, Adi ketiganya terkejut saat mendengar ucapan bosnya itu. "Bos serius? " ucap Adi tak percaya

"Lo liat muka gue bercanda? " ketiganya menggeleng bersamaan.

"Aneh ya nyokap gue suka banget marah-marah kalo gue pulang malem atau ikut balapan. Tapi nyokapnya si bos malah pengen ikut gabung. " gumam Glen yang masih di dengar oleh Arsyad.

Arsyad tersenyum tipis. "Ini belum seberapa kalian bakal lebih kaget kalo tau ternyata nyokap gue itu dulunya pembalap nasional dan juara 1 internasional taekwondo. " ucap Arsyad bangga saat mendegar cerita ummanya sebelum ber transmigrasi

"Oh pantes si bos kalo balapan selalu menang ternyata ada gennya. "

"Bentar lagi bel, yuk cabut kelas. " ucap Arsyad.

Arsyad itu sebenarnya tidak taat peraturan sekolah ia hanya taat pada apa yang di katakan Nafiya, biasanya ia akan telat masuk tapi untuk saat ini ia malas berdebat dengan ketua OSIS.

Ketiganya mengangguk setuju bangun dari duduknya hendak pergi ke kelas tapi di tahan oleh seseorang.

Seorang gadis menghampiri Arsyad dan ketiga temannya "Tunggu jadwal kalian hari ini beresin perpustakaan. "

"Kalo gue gak mau? " tanya Arsyad sembari sedikit membungkukan tubuhnya untuk menyeimbangi tinggi nya

"Gue bakal aduin ke pihak guru supaya lo di kasih surat peringatan. " ancamnya menatap nyalang Arsyad

Arsyad tersenyum tipis perlahan ia maju ke depan dan itu membuat nyali sang gadis menciut, perlahan gadis itu mundur dengan raut wajah yang sedikit panik.

"Gue gak takut. Jangan mentang-mentang lo ketua OSIS lo bisa seenaknya sama gue. " ucap Arsyad dingin

Gadis tersebut terpojok tak bisa bergerak lagi karna terhalang meja, "gue cuman ngejalanin tugas gue. " ucapnya

Bukan Pengganti 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang