Meera terus tertawa saat tau adiknya juga akan menikah sama seperti dirinya bahkan akan di hari yang sama.
"Cie yang mau nikah. " ledek Meera sembari menoel-noel dagu Arsyad
Arsyad berdecih kecil. "Setidaknya cad gak nikah sama tante-tante kayak kakak. " ucapnya menatap malas Meera
Seketika Meera terdiam, sekakmat gue. Pake lupa lagi ni mulutnya pedes kalo udah ngomong. Batin Meera
Arsyad yang melihat reaksi kakaknya itu langsung tertawa puas. "Mangkanya jangan macem-macem. "
Meera menghela napas panjang menyenderkan kepalanya di bahu Arsyad. "Ternyata nasib kita sama yah dek, sama-sama nikah sama orang yang gak dikenal. "
Tangan Arsyad terulur mengusap kepala kakaknya lembut memandang ke arah jendela. "Nanti juga terbiasa. "
"Nikah sama orang yang gak kita suka, tinggal dan menatap wajah yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Arkan dan Arshan beruntung mereka masih bisa menikmati masa remajanya. "
"Mau gimana lagi udah terlanjur, hari pernikahan udah di depan mata. Kakak lebih mending sebelum nya bisa perkenalan dan menyiapkan diri untuk semuanya aku di kasih tau empat hari sebelum pernikahan. "
Meera memeluk Arsyad dari samping dengan keadaannya masih menyenderkan kepalanya di bahu Arsyad. "Pasti ada hikmahnya kok tenang aja kan enak kamu bisa pacaran tapi gak dosa. "
Arsyad kembali memandang gadis remaja yang tengah tertidur dengan handuk basah di kepalanya serta selimut tebal menyelimuti tubuhnya. Ia menghela napas panjang saat tangan gadis itu mulai bergerak kecil.
Eungh...
Perlahan mata gadis itu terbuka pandangannya menatap ruangan yang sangat asing bagi dirinya. Ia menatap sekeliling dan terpaku saat ia melihat Arsyad, laki-laki itu menatap datar Melody tanpa merubah posisi sedikit pun.
Melody menatap Arsyad dengan wajah sayunya, dan matanya menatap wanita yang memeluk tubuh Arsyad yang sepertinya tertidur.
Perlahan Arsyad membenarkan posisi Meera dan melepaskan pelukannya, setelahnya Arsyad bangun berdiri berjalan menghampiri Melody yang masih menatap nya lemah.
Arsyad mengambil handuk di kepala Melody, mengambil termometer di atas nakas tanpa mengatakan apapun Arsyad memasukkan nya kedalam mulut Melody yang masih diam tak bergeming.
Setelah beberapa menit dan termometer nya berbunyi Arsyad langsung mengeceknya setelahnya Arsyad keluar dari ruangan sembari menggendong perempuan yang tengah tertidur itu.
Melody terus menatap Arsyad sampai pintu kamar itu tertutup kembali. Melody menghela napas panjang perlahan ia bangun dari tidurnya sembari memegangi bagian kepalanya yang masih terasa pusing.
"Gue di rumah Arsyad? Cewe itu siapa? Dia beda sama yang gue temui malem itu. " gumamnya
"Kakek, nenek. Mel kangen kalian, kenapa kalian pergi ninggalin mel? mamah, papah gak pernah anggap mel. Mel gak punya siapa-siapa lagi sekarang. "
Tubuhnya bergetar kecil, ia mulai menangis terisak. air matanya terus mengalir dengan deras membasahi pipi gembilnya. Ia semakin mengeratkan pelukan pada lututnya.
******
Arkan, Arshan, Arsyad ketiganya masih diam memandang satu sama lain tanpa suara sedikit pun. Mereka sekarang berada di kamar Arsyad.
Arkan menghela napas menyandarkan tubuhnya di sofa, menyilangkan tangannya sembari manatap langit-langit kamar.
"Sekarang keadaan dragon gimana? " tanya Arshan tiba-tiba

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pengganti 2
Ficção Adolescentesequel cerita dari peran pengganti jadi yang belum baca peran pengganti mending baca dulu biar nyambung. Cerita ini menceritakan tentang kehidupan Nafiya dan anak-anaknya. Arsyad, Arkan, Arshan, dan Meera. Perjodohan Meera dan Galen dan pernikahan...