Suasana makan di sore ini yang awalnya tenang kini sedikit canggung karena bergabungnya sang ayah. Ini makan malam terhening yang pernah mereka lakukan."Bagaimana sekolah kalian?"
Ucapan tuan Nareksa membuat semua alat makan berhenti berdenting.
"Kalian tak ingin menjawabnya? Apa perlu kusuruh tuan Navasya kemari dan mengatakan semua aib kalian didepanku?"
"Kalian tau itu perkara yang sangat mudah untuk kulakukan."Tuan Navasya, ayah dari Jibran. Beliaulah yang saat ini menjadi kepala sekolah sekaligus pemegang donatur terbesar disekolah keduanya.
Dan gilanya kedua ayah mereka juga bersahabat baik sejak dulu. Selama keduanya bersekolah disana, tak ada sedikitpun ruang bebas bagi mereka. Bahkan untuk berteman, sang ayah hanya mengijinkan dengan seseorang yang memiliki kasta setara dengan mereka.
"Baik-baik saja, ayah tak perlu khawatir akan hal itu, Peringkat kita disekolah juga tak menurun." Ucap Aleon setelah melihat Atama hanya menundukkan kepala.
Diseberang sana tuan Nareksa terlihat bahagia. Entah apa yang ia pikirkan.
"Kau tak ingin mengatakan apapun padaku boy?" Ucap tuan Nareksa tepat menghadap kearah Atama berada.
Atama yang terpanggil masih terdiam ditempat. Ia masih tak menjawab pertanyaan ayahnya sampai sang adik menyikutnya pelan.
"A-ah tak ada masalah apapun ayah, kau tak perlu kawatir."
"Kau yakin, kudengar anak pertama Linandra itu mengajakmu bermain di club musik? Apa kau tertarik dengan hal murahan itu?"
"Iya! Aku sangat tertarik ayah. Itu mimpiku sejak dulu!" Ucapnya dalam hati.
"Tidak, aku hanya ingin melihatnya."
Ingin sekali Atama berseru dengan keras bahwa ia sangat menyukai musik, dia ingin mengatakan 'iya' pada ayahnya. Tapi sayang anak itu hanya bisa mengatakan 'tidak' untuk kesekian kalinya.
"Ayah tak ingin mendengar kau masuk club itu Atama, jangan permalukan Keluarga Nareksa."
"Iya.."
"Aleon.. kau memang masih peringkat pertama tapi apa kau sadar nilaimu turun semua?"
Tuan Nareksa sebenarnya sudah mengetahui apa saja yang kedua anaknya lakukan disekolah, tapi ia hanya ingin bertanya kepada mereka untuk memastikan saja.
Aleon yang sejak tadi melanjutkan makannya kembali terhenti. Sialnya kenapa sang ayah bisa mengetahui nilainya yang bahkan ia sendiri tak mengetahuinya. Tapi sepertinya ia melupakan tuan Navasya disana. Pengaruh orang itu cukup besar dan berdampak bagi ia dan kakaknya.
"Keluarlah dari club basket, apa gunanya kau mengikutinya jika nilaimu saja turun begitu."
Cukup, Atama rasa sudah cukup sampai disini. Ia tak ingin sang adik meledak-ledak didepan sang ayah. Atama dapat melihat sorot mata Aleon yang menjadi tajam sebelum akhirnya terkekeh pelan. Ada apa dengan adiknya sebenarnya?
"Kenapa ayah sangat ikut campur dengan urusanku? Aleon minta maaf sebelumnya, tapi sungguh kau melewati batas mu malam ini tuan Nareksa."
Aleon memundurkan kursinya berniat pergi darisana. Emosinya naik saat sang ayah mencampuri urusan basketnya. Ia muak, sungguh. Tanpa harus ayahnya ucapkanpun suatu saat nanti ia akan berhenti sendiri.
"Tunggu sampai turnamen nanti berakhir dan aku akan benar-benar mengakhirinya ayah, jadi kau tak perlu mengatakan hal yang memuakkan seperti itu berulang kali."
•🌻•
"Lo beneran mau keluar dari basket dek?"Atama menghampiri Aleon yang kini sedang berkutat dari bukunya. Adiknya itu tampak sangat serius dengan buku-buku yang ada didepannya. Ah ia jadi merasa melihat diri sendiri.
"Dek?"
"Ck."
Atama tersentak saat tangan yang berusaha memegang pundak sang adik harus terhempaskan.
"Lo kenapa?"
"Kakak yang kenapa? Udah ah keluar sana, lo ganggu belajar gw tau gak."
"Gak sopan ya Lo lama-lama sama gw."
"Lo seharusnya bersyukur! Ayah masih kasih kesempatan buat Lo masuk ke club yang Lo suka."Atama mengatur nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya.
"Coba sekali aja Lo liat gw? Apa pernah ayah turutin satu hal dari gw? Gak, gak pernah Aleon..GAK PERNAH!"Aleon berdiri menghadap kakaknya dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah Atama liat sebelumnya.
"Kak, entah ada atau tidaknya gw diclub yang gw sukai itu gak akan berpengaruh apa-apa buat Lo."
"Gw akui, ayah memang gak adil, gw juga berharap Lo diberlakukan adil sama ayah."
"Tapi cuma Lo satu-satunya orang yang diandalkan ayah."Aleon yang menunduk kepalanya, rasanya ingin sekali ia tertidur tenang saat ini.
"Maaf karena gw gak bisa apa-apa, ayah maksa Lo buat dewasa sebelum waktunya."
"Gw tau sefrustasi apa Lo sekarang, tapi gw mohon biarin gw urus urusan gw sendiri."
"Biarin gw hidup sesuai takdir gw saat ini."Diamnya Aleon membuat Atama sedikit heran. Seharusnya tidak seperti ini, Aleon yang ia kenal tidak seputus asa itu dengan hidupnya. Ia perlahan mendekati dan mengangkat dagu sang adik. Dan kejadian berikutnya benar-benar membuat Atama khawatir setengah mati.
"Aleon..."
Darah mengalir begitu saja dihidung Aleon.
"LO MIMISAN ANJIR."
°°°
~to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nareksa || Lee Haechan ft. NCT DREAM
General FictionSpesial Lee Haechan Birthday project 2023... "we demand to much to always feel lacking" "life doesn't always go the way you want, but walk according to what you believe." Sisi lain yang tak pernah sekalipun dunia ketahui tentang seorang Candra Ata...