2.Monster Kecil

208 13 0
                                    


"Hei Atama, gw dengar adik lo buat masalah lagi tuh."

Atama menukikkan alis kesal. Jengah sekali ia setiap hari mendengarnya. Padahal adiknya itu masih berbeda sekolah dengannya tapi bagaimana bisa nama anak itu selalu terdengar setiap hari di indra pendengarannya.

"Dia itu monster tau, bagaimana bisa dia semudah itu membuat temannya pindah sekolah."
"Gw penasaran gimana selama kni dia belajar caranya bersimpati dengan seseorang."
"Bahkan saat ini ia tak memiliki sedikitpun hati nurani."

Atama mengorek kupingnya gatal. Ia harus segera menyelesaikan pembicaraan ini. Tapi bagaimana bisa ia menangani seseorang secerewet ini..emm cerewet ya?

"Lo gak dengerin gw ya! Kok bisa keluarga terpandang seperti Nareksa memiliki kedua anak seperti kalian? Gw jadi ragu kalian cuma anak pungut."

"Tentu saja aku mendengarmu bodoh, gw juga penasaran gimana orang tua Lo dulu ngajarin Lo buat gak ikut campur urusan orang lain."
"Lo udah kayak burung sawah tau gak, be ri sik.."

•🌻•

Atama mengistirahatkan tubuhnya di UKS sekolah. Hari ini ia terlalu lelah untuk mendengarkan omelan sang ayah saat berada dirumah. Hari sekolahnya sudah terlalu melelahkan apalagi harus menghadapi ayahnya nanti.

"Tuan muda."

Ayolah sungguh apa mereka tak bisa semenit saja meninggalkannya sendiri disini.

"Tuan, anda har_"

"Aku mengerti kak, tolong sebentar saja tinggalkan aku sendiri disini."

"Tapi.."

"Ayah tak akan marah jika kakak tak membicaranku apalagi mengadukanku padanya."

Lelaki disampingnya menghela nafas. Matanya melirik jam di dinding, sudah jam 5 sore. Tuan besar pasti sudah menunggu keduanya dirumah.

"Tuan Candra.. saya mohon."

"Ck, kau memang paling tak bisa membuatku tertidur tenang." Ucap Atama beranjak dari tidurnya.

Ia berjalan terlebih dahulu. Langit sore menemani perjalanannya. Sekolahnya juga sudah terlihat sepi, walau masih ada beberapa orang yang sibuk mengurusi hidupnya masing-masing.

"Apa ayah sudah dirumah?"

"Sepertinya sudah tuan, tuan besar pasti akan selalu menepati janjinya saat menyangkut sesuatu yang penting."

"Sepenting apa sampai harus hari ini, dan kenapa harus diriku."

•🌻•

Bugh

"A-ayah, maaf.. maafkan Aleon."

Bugh

"Dasar anak tak tau diri apa kau akan terus membuatku menyelesaikan kekacauan yang kau buat?"
"Kau yang terburuk Aleon."

Matanya membulat saat mendengar sesuatu yang seharusnya tak terjadi. Atama bergegas menghampiri arah suara tersebut berasal dan mendapatkan sang ayah yang hampir memukul adiknya kembali."

"BERHENTI! APA YANG AYAH LAKUKAN."
Dengan langkah tergesanya, Atama menghampiri Aleon dan memeluknya.

Apa yang sebenarnya dipikirkan ayahnya sampai melakukan kekerasan pada anaknya sendiri.

"Apa kau akan membelanya Atama? Cih kenapa wanita itu melahirkan anak yang sama-sama tak berguna."

"Cukup, cukup ayah. Kita tak melakukan apapun, kenapa ayah sampai sejauh ini."

"Tak melakukan apapun katamu, orang yang kau panggil adik itu menghancurkan hidupku dengan perlahan."
"Dia parasit!"

"AYAH!"

Atama menatap ayahnya kecewa, kenapa sang ayah harus mengatakan sangat menyakitkan didepan mereka.

Ia menuntun Atama untuk berdiri tegak dan perlahan menghantarkannya kekamar tapi sebelum benar-benar pergi tuan Nareksa itu mengintruksi keduanya untuk berhenti.

"Kau tak melupakan janjimu pada ayahmu kan Atama, setelah mengurusinya cepat temui ayah diruang kerjaku boy."

Tangannya mengepal kuat, bibirnya menggeram ingin sekali dirinya mengeluarkan umpatan pada ayahnya itu.

Dengan perlahan ia mendudukkan Aleon pada tempat tidurnya. Dirinya berjongkok didepan adiknya sambil menggenggam kedua tangannya erat.

"Apa ayah membuatmu terluka, kakak boleh melihatnya?"

Tak ada jawaban apapun dari Aleon membuat Atama sedikit cemas, apa ayahnya sudah sering berbuat sejauh ini? Atama tak pernah memikirkan sekalipun.

Bagi Atama, ia akan lebih rela ayahnya memukulnya daripada harus sang adik yang menjadi sasaran sang ayah. Tarikan tangan Aleon dari tangannya membuatnya tersadar kembali.

"Nggak usah peduliin gw, ayah pasti sudah menunggu."

"Lo gak akan jelasin apapun gitu ke gw? Aleon gw ini kakak Lo kalo Lo lupa, dan gak ada salahnya kalo lo_"

"Aleon baik-baik aja, tolong tinggalin gw sendiri dulu ya kak."

Atama menghela nafas kecil sebelum berdiri dari duduknya.

"Dasar anak nakal, cepat tidur kakak akan segera menemui ayah."
"Ingat, jangan membuat masalah kembali, berdepat dengan ayah itu merepotkan tau." Ucap Atama sebelum menutup pintu kamar Aleon.

Sekarang masalahnya tinggal sang ayah, semoga saja ini tak akan lama.

Ya semoga saja...

°°°

~to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~to be continued

The Nareksa || Lee Haechan ft. NCT DREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang