9.Shion

92 8 0
                                    

Atama tak sabar, hari ini ia sudah berjanji pada adiknya untuk mengajaknya pergi berlibur. Dimana pun itu ia hanya berharap bisa menghabiskan waktu bersama Aleon dengan sebaik mungkin.

Atama tau seberapa kesal Aleon setiap mengendarai motor yang selalu ia gunakan. Karena itu hari ini ia berinisiatif menggunakan mobil.

Cuacana hari ini lumayan cerah, mungkin pergi ke pantai juga tak ada masalah. Dulu keluarganya seringkali mengajak keduanya untuk berlibur walau hanya dipantai terdekat.

Bibirnya terangkat, tinggal beberapa meter lagi ia akan segera bertemu dengan Aleon. Adiknya itu mengatakan untuk menjemputnya ditempat les, entah apa yang ia lakukan disana padahal hari Minggu seperti ini.

Tringg...

"Ck, ganggu banget njirr." Kesal Atama dengan tangan yang meraba sekitar berniat mencari handphonenya yang berdering.

"Halo?"

"Kamu dimana Atama? Bukankah ayah mengatakan untuk tak pergi kemanapun."

Matanya melotot dan langsung membaca nama sipemanggil. Dan benar saja itu ayahnya. Ah sial Atama bodoh, seharusnya ia tak mengangkatnya tadi.

"Kurasa semua laporan dari kantor cabang sudah kutanda tangani semua ayah, bukankah itu artinya pekerjaanku hari ini selesai?"

"Jangan berbicara omong kosong, kamu masih harus memimpin rapat hari ini."
"Kutunggu dirimu dalam 30 menit Atama, dan kau sudah harus disini saat itu juga."

"Tapi ayah.."

"Ayah tak menerima alasan apapun Atama Nareksa"

Panggilan baru saja tertutup, ia langsung memukul setir didepannya. Kenapa harus sekarang? Kenapa harus dirinya? Dengan tergesa ia segera memutar balik arah tujuannya dan tak lupa menelepon Rendi.

"Halo? Kenapa Ta?"

"Tolong jemput Aleon ditempat les nya, gw gak bisa ketemu sama dia sekarang."

"Lo gila! Bukannya hari ini Lo ada janji sama dia?"

"Karena itu tolong bilang sama dia kalo gw masih sibuk."

"Lo beneran mau batalin gitu aja, gw takut Aleon marah Ta."

"Bokap gw anjirr, pengen gw jadiin ayam geprek tu orang."

Diseberang sana Rendi hanya bisa menggelengkan kepalanya seperti biasa. Atama memang tak ada sopan-sopannya pada sang Ayah. Ya walaupun jika ia menjadi Atama pun akan melakukan hal yang sama, bahkan mungkin lebih parah?

"Sabarin aja, orang sabar banyak cuan."

Atama mengangguk setuju dengan ucapan Rendi. Buktinya rekeningnya selalu penuh dengan uang sang ayah.

•🌻•


"Kau bilang dia sepupu dari Jibran?"

"Benar tuan, orang itu memiliki marga yang sama dengan tuan Jibran."

"Gw jadi penasaran sekaya apa keluarga Jibran."

Atama memandang seseorang yang mendekat pada mejanya. Kalau saja ia tau pria didepannya ini sepupu dari Jibran pasti anak itu ia ajak kemari.

"Tuan muda Nareksa?"

Atama mengangguk pelan dan mempersilahkan tamunya itu duduk. Dilihat dari wajahnya sepertinya pria didepannya ini lebih muda darinya, tapi entahlah ia akan menanyakannya nanti.

"Maaf menunggu lama tuan."

"Tak apa, kau bisa berbicara santai denganku tuan muda Navasya."

"Perkenalkan nama saya Shion Tarendra Navasya."
"Jika berkenan, anda bisa memanggil saya Shion saja."

"Ah Shion? Sepertinya kita seumuran, perkenalkan namaku Candra Atama Nareksa."
"Panggil saja Atama."

"Baiklah, mari kita mulai rapat hari ini."

Sepanjang rapat keduanya dimulai. Atama sedikit takjub dengan presentasi yang Shion lakukan. Ia bahkan ragu bisa melakukan hal yang sama dengannya.

"Sebenarnya aku juga ingin memisahkan perusahaan cabang kami dengan cabang utama, tapi kakekku tak menyetujuinya."

"Apa alasannya? Maaf tapi bukankah itu malahan merugikanmu."

"Kau benar, karena itu kakek menolaknya."
"Bukankah perusahaan ini terlalu besar jika hanya menjadi cabang perusahaan?"

"Kenapa tidak mengambil opsi lain, seperti mengambil alih perusahaan utama?"

"Saudaraku yang akan mewarisinya, aku tak berhak apapun akan hal itu."

Saudara? Apa yang Shion maksud adalah Jibran? Tapi bukankah Jibran akan lebih memilih membangun sebuah Cafe daripada memimpin perusahaan. Sahabatnya itu pasti tersiksa.

"Atama!" Sentak Shion saat Atama tak menjawabnya.

"H-hah?"

"Apa kau memiliki saran pada perusahaan kita berdua tuan muda? Kau terlihat memikirkan sesuatu."

"Kupikir dengan inovasi baru dengan produk baru tentunya, kita bisa menyatukan perusahaan kita Shion."

"Kau rupanya tak ingin membantuku untuk memisahkan diri dengan perusahaan utama ya ternyata?"

Atama menyerit bingung sejak kapan Shion merubah isi pembicaraan rapat menjadi 100% masalah pribadinya.

"Tak ada hak untukku campur tangan dengan keluargamu Shion, tolong mengertilah."
"Kalau begitu saya pamit duluan, permisi."

Langkah Atama terhenti sesaat sebelum ia membuka pintu keluar.

"Kupikir karena dirimu teman dari Jibran kau juga bisa membantuku sebagai teman juga Atama, tapi ternyata aku salah."

"Kau mengetahui aku sahabat Jibran? Lalu kenapa kau harus membahas itu denganku, apa kau tak takut ku adukan padanya."

"Aku bahkan belum melakukan apapun Atama Nareksa."

°°

Shotaro OsakiasShion Tarendra Navasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shotaro Osaki
as
Shion Tarendra Navasya

°°°

~to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~to be continued

The Nareksa || Lee Haechan ft. NCT DREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang