3.Tuntutan

157 10 0
                                    


Tok Tok Tok

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun Atama melangkahkan kaki keruang kerja ayahnya. Ia melihat sang ayah duduk dengan menatap serius laptop didepannya seperti orang gila.

"Apa yang sebenarnya ayah inginkan dariku."

Tuan Nareksa melirik anak sulungnya pelan. Atama menatapnya bagaikan orang paling keji didunia, walau itu juga tak salah sih. Ia tak akan menyangkal semua perbuatannya tapi baginya itu semua untuk masa depan anak-anaknya juga, terutama Atama..anak itulah yang akan meneruskan perusahaannya nanti.

"Ambillah berkas diatas meja ayah, Atama."

Atama menukikkan alisnya heran tapi ia masih tetap menuruti perintah ayahnya.

"Apa ini?"

"Laporan pekerjaan tentu saja, dan kau yang akan mengurusinya mulai saat ini."

"Ayah gila! Aku bahkan baru tahun pertama SMA."

"Berhentilah mengeluh, umur bukan alasan untuk menjadikanmu dewasa."

"Tidak, aku tak akan mengambilnya."
"Urusi saja perusahaanmu sendiri." Ucap Atama berniat keluar dari sana tapi seruan ayahnya menghentikan langkahnya.

"Sayang sekali, apa aku harus mengorbankan masa muda adikmu untuk menggantikanmu Atama?"

Rahang Atama mengeras, ia berbalik dan mengambil berkas itu kembali.

"Aku yang akan melakukannya, jangan pernah kau mengusik kehidupan adikku tuan Nareksa." Ucap Atama berlalu darisana tanpa mengucap permisi.

Tuan Nareksa menatap Atama yang semakin menjauh. Ia tersenyum kecil sebelum memfokuskan dirinya pada laptopnya kembali.

"Dia persis seperti diriku, aku menyukainya."

•🌻•

Layar komputer didepannya yang biasa dipenuhi dengan game kini berubah menjadi grafik-grafik aneh yang tak familiar olehnya.

Secara kecerdasannya, mungkin Atama akan cepat memahaminya. Tapi sungguh, ia belum siap.

"Tuan muda, apa anda memerlukan sesuatu?"

"Tidak ada, aku akan segera menyelesaikan ini dan segera tidur."
"Kau juga lebih baik pulanglah, kita memperkerjakanmu bukan untuk menyiksamu."

"Baiklah saya akan segera pulang, tolong beritahu saya jika ada masalah, kalau begitu saya permisi."

Hanya anggukan kecil yang Atama lakukan. Ia tak boleh membuang-buang waktu hanya untuk pekerjaan tak penting ini. Besok adalah kelulusan adiknya sekaligus kenaikan kelasnya. Atama harus segera menyelesaikan pekerjaannyanya.

•🌻•

Kakinya melangkah cepat setelah mengetahui kabar adiknya yang barusaja bawahannya katakan. Air matanya tak habisnya meluruh begitu saja, ia khawatir... sungguh.

"Bodoh..Aleon bodoh." Gumamnya sambil mencari kamar inap sang adik.

Brakk

"ALEON! Dasar sialan, siapa yang melakukan ini semua Hah!"

"Lo bisa tenang dulu gak sih!" Seru seseorang yang didalam sana.

Ah ternyata bukan hanya dirinya saja yang ada disana. Ada banyak temannya disana. Tapi bagaimana bisa mereka sampai disini.

"Kok Lo bisa disini? Kalian juga, kok bisa ada dikamar rawat adik gw."

Bahkan sekarang Atama terlihat seperti orang bodoh sendiri disini. Ia menatap bingung teman-temannya satu persatu.

"Ta, ada yang mau gw jelasin sama Lo tapi bukan disini." Ucap Rendi menepuk pundak temannya untuk membawanya keluar.

Rendi menghela nafas sebelum menceritakan apa yang barusaja menimpa Aleon. Ah seharusnya ia juga membawa Mahendra bersamanya tapi sepertinya lelaki itu pasti enggan ikut campur dalam urusan ini.

"Aleon kelahi sama Saputra Linandra."

"Saputra Linandra? Maksud Lo Saputra adiknya bang Mahen?"
"Dasar sialan, sekarang kemana tu anak?"

"Kanada." Ucap Rendi yang membuat Atama terdiam.
"Gw gak tau pasti apa yang sebenarnya terjadi sama mereka berdua, yang jelas mereka sekarang musuhan Ta."

"Bang Mahendra, dia pasti tau sesuatu kan? Dia kakaknya."

"Bang Mahen juga gak tau apa-apa, dan gw saranin sih jangan bahas hal apapun soal Saputra ke bang Mahendra."


°°°

~to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~to be continued

The Nareksa || Lee Haechan ft. NCT DREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang