6.Tinta Hitam

106 13 0
                                    


Srekk

Srekk

"Argh diamlah sialan!"

Diruang belajar yang remang-remang tersebut Atama menjambak rambutnya kasar. Ruangan yang hanya terbantu cahaya rembulan dimana ia seorang diri mengerang frustasi.

Siapa yang tau, seseorang yang digadang-gadang sangat sempurna itu hanyalah seseorang yang hidupnya penuh dengan ketakutan.

"BERISIK, KALIAN BERISIK! PERGI..PERGI, tolong pergi." Teriaknya yang perlahan terisak.

Rasanya kepala Atama hampir pecah saja. Entah apa yang terjadi padanya malam ini. Tenggorokannya tercekat rasanya sangat mual.

Kertas-kertas berserakan ditempat itu. Atama hanya sulit berkonsentrasi, dan entah kenapa dalam keheningan ia justru membuat suara-suara itu kembali mengganggu indra pendengarannya.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu itu mengalihkan pandangannya. Siapa yang malam-malam mengganggunya, tidak mungkin itu adiknya. Anak itu pasti sudah dialam mimpi saat ini. Semua penjaga juga ada didepan.

Ay- ah itu bahkan lebih mustahil. Dengan perlahan ia menegakkan badannya badan berjalan mendekati pintu untuk membukanya.

"Siap_ Ayah?"

Seseorang yang tidak pernah Atama duga, dia ayahnya. Entah gerangan apa yang membuatnya menghampiri anaknya duluan.

"Berkas yang ayah berikan padamu apa sudah kau check kembali? Ayah membutuhkannya untuk rapat besok." Ucap tuan Nareksa yang membuat Atama mendengus kesal.

Sudah ia duga, tak mungkin ayahnya datang hanya untuk mengucapkan selamat malam.

"Apa kau akan berdiam diri didepan pintu Atama? Cepat ambilkan."

"Ayah, tak bolehkah sehari saja aku berlibur mengurus laporan-laporan itu?" Pinta Atama setelah memberikan lembaran-lembaran kertas tersebut.

"Jangan berbicara omong kosong, lagian kau yang akan menjadi pewarisku nantinya."
"Jadilah seseorang yang tak memiliki celah untuk dikalahkan, ayah pastikan kau akan dihargai banyak orang nantinya." Ucap tuan Nareksa sebelum beranjak dari tempat tersebut.

Atama kembali sediri dengan keheningan yang menemani. Kakinya seakan melemas, ayahnya memang tak berteriak tapi ia tau ayahnya sedang mengancamnya.

Ia meluruh saat badannya didekat kasur. Kepalanya ia sendarkan dengan lelah. Air matanya kembali meluruh. Ah kenapa dirinya menjadi cengeng seperti ini. Kedua lututnya Atama peluk dengan erat, kepalanya ia tenggelamkan di kedua lututnya.

Menjadi salah satu bagian dari Nareksa cukup hanya dengan satu syarat,

Mereka harus sempurna dalam berbagai aspek.

•🌻•


"Ini..ini..dan ini, ada beberapa buku yang belum ada, besok gw bawain."

Jibran menatap Atama kesal, dia memang memintanya untuk membawakan buku yang ia punya untuk Jibran pelajari. Tapi tak ada dalam ekspetasinya akan dipinjamkan 10 buku langsung oleh Atama.

"Lo mau bikin gw gila ya Ta?"

"Lah kemarinkan Lo yang mint_"

"Ya tapi gak sebanyak ini sahabatku...inimah Lo mau didik gw jadi salah satu pasien RSJ."

Sepuluh buku yang setebal kamus bahasa itu, Jibran genggam erat sebelum memasukkannya ke mobil.

"Gapapa lah Bran, biar bisa nemenin gw." Ucap Atama bercanda.

"Ck, udah gw bilang kalau gak tahan tuh berobat bukannya makin ditumpuk."
"Masalah yang Lo punya itu bukan koin dalam celengan yang nantinya bakal bermanfaat yang ada kalo Lo tumpuk tu masalah jadi satu, tu kepala Lo yang beledug kek gunung meletus."
"Paham Lo." Ucap Jibran tanpa memandang Atama, menata buku yang Atama berikan tadi agar tidak jatuh di perjalanan.

"Lo setau apa tentang gw Jibran? Lo bahkan gak tau apa yang sebenarnya terjadi."

Jibran menghentikan kegiatannya dan menutup mobil dengan keras. Sebelum memusatkan perhatiannya pada Atama ia menghela nafas panjang, kenapa temannya itu terlalu banyak berbicara.

"Gw emang gak tau apa yang Lo rasain Atama, karena bukan gw yang ada ditubuh ini."
"Tapi coba deh otak Lo dibuat mikir, masa depan Lo gak akan secerah harapan yang Lo minta kalo mental sama fisik Lo aja gak dijaga."

Jibran menghentikan percakapannya saat merasa Atama juga tak meresponnya kembali. Ia perlahan tersenyum manis sebelum menepuk pundak Atama pelan.

"Obat yang Lo butuhin saat ini cuma istirahat Atama, istirahatin badan Lo, istirahatin batin Lo."
"Lo terlalu lelah sama ini semua kan? Istirahat, istirahat satu hari gak akan bikin Lo bodoh."

°°°

~to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~to be continued

The Nareksa || Lee Haechan ft. NCT DREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang